Sunday, July 29, 2012

Meloncat Dari Satu Situasi Ke Situasi Lain

“Janganlah kalian berjalan dari satu situasi kepada situasi lain, agar kalian tidak seperti keledai penggilingan. Ia berjalan, tetapi jalan yang dilaluinya adalah jalan yang sudah dilewatinya. Tetapi berangkatlah dari situasi ke arah yang menciptakan situasi. Sesungguhnya kepada Tuhan jua berakhirnya semua persoalan.” Berangkat dari satu situasi kepada situasi lain dalam ibadah tidak dibenarkan. Beramal untuk memperoleh pangkat, derajat, ketenaran, kehebatan, termasuk melaksanakan ibadah tidak karena Allah semata. Sebab perbuatan ini, terkaitnya amal dengan kepentingan pribadi yang sangat dominan. Adapun beramal seperti ini disebut seperti orang yang berjalan ke satu arah, akan tetapi ia menghendaki pula menuju arah lain. Ia tidak istiqamah dalam ibadah. Ia beramal, sebenarnya agar mendapat pahala dan keridhaan dari Allah, akan tetapi di samping itu ia masih juga berharap agar diketahui manusia dan mendapat kehormatan sebagai orang saleh atau orang dermawan. Ia berpindah niat ikhlas kepada niat riya’. Beramal yang hakiki sifatnya adalah amal ibadah semata-mata ditujukan kepada Allah Al Wahidul Qahhar, seperti firman Allah dalam surat An Najm ayat 42, “Sesungguhnya kepada Tuhanmu berakhirnya segala yang dikehendaki.” Keikhlasan ibadah yang ditujukan semata-mata karena Allah, adalah tauhid yang sesungguhnya. Karena hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu. Tujuan akhir semua amal dan ibadah, tidak lain adalah ridhanya Allah Ta’ala. Sehingga dengan ridha itu, segala macam pahala tidaklah mempengaruhi amalan seorang hamba mencapai ridha Allah Ta’ala. Ridha Allah melebihi surga yang disediakan Allah kepada orang beriman. Mendapatkan ridha Allah dalam hidup duniawi dan hidup ukhrawi telah melebihi surga yang dijanjikan oleh Allah SWT. Ridha Allah Ta’ala adalah puncak dari hubungan hamba dengan Allah Maha Pemelihara Alam semesta. Seorang muslim tidak menginginkan amal ibadahnya sia-sia. Oleh karena itu ibadah yang dilaksanakan, ditujukan semata-mata untuk Allah belaka. Ibadah dengan niat dan kehendak lain, tidak hanya mengurangi nilai ibadah itu sendiri, akan tetapi akan menjadi ibadah yang sia-sia. Perhatikan sabda Nabi Muhammad saw., “Barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya (tidak kepada selain itu), maka hijrahnya itu akan menemukan Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi siapa yang berhijrah untuk mendapatkan keduniaan, atau untuk mendapatkan perempuan yang ingin diperistrinya, maka ia akan mendapatkan seperti apa yang diniatkan itu juga.” Memahami hadis Rasulullah saw. ini, jelas bahwa tiap-tiap perkara yang diamalkan banyak bergantung pada niat orang yang mengamalkan.[] (Syaikh Ibnu Athaillah)

Jangan Meremehkan Amal

“Tidak ada amal yang lebih diharapkan memperoleh pahala daripada amal yang engkau lihat sangat enteng dan engkau anggap remeh keberadaannya.” Keadaan amalnya orang yang beramal berpengharapan bagi pembentukan jiwa manusia dan diharapkan diterima oleh Allah Ta’ala, adalah amal yang gaib (ia tidak tahu bahwa ia telah berbuat kebaikan). Ia lebih percaya bahwa suatu amal itu hanya bisa dilaksanakan apabila mendapat izin dari Allah Ta’ala. Ia juga yakin bahwa amal apa pun hanya bisa terwujud baik yang berkaitan langsung kepada Allah, atau yang berkaitan dengan manusia, tidak akan ada apabila belum mendapat izin dari Allah Ta’ala. Seorang hamba dalam perwujudan kerja dan cita-citanya tidak boleh hanya berharap dari amalnya saja. Amal tidak boleh dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh kehendak nafsu duniawi, untuk mencari pangkat, keuntungan dagang, atau kepentingan pribadi lainnya. Seorang mukmin sejati beramal semata-mata karena Allah, tidak karena ada maksud lain di balik amal yang ia wujudkan bagi hubungannya dengan Allah SWT. Seorang hamba wajib melaksanakan amal itu secara kontinyu dalam bentuk apapun dan tidak merasa bosan karena sesuatu dalam mewujudkan hubungannya dengan Allah Ta’ala. Amal dan ibadah itu adalah suatu kewajiban yang dikerjakan secara sirri (Secara diam-diam, tidak dinampakkan) karena kuatir dihinggapi mendatang sifat riya. Beramal (umpamanya berinfak), disampaikan ibarat tangan kanan memberi, tangan kiri tidak melihat (amalan yang dirahasiakan kepada manusia dan kepada diri sendiri), itulah yang lebih utama. Beramal bagi orang yang arif dituntut hati yang ikhlas, tidak perlu dihitung-hitung dan diingat-ingat. Amal yang sudah dipersembahkan kepada Allah adalah semata-mata karena Allah belaka, jangan diingat-ingat dan dikenang lagi. Kalau masih diingat-ingat juga, maka amal tersebut menjadi amal yang riya atau membanggakan amal. Amal seperti ini, adalah amal yang tidak diragukan kebenaran niatnya. Amal yang telah diterima oleh Allah adalah amal yang sudah dilupakan oleh yang beramal dan dilupakan oleh orang lain. Terputus dari ingatannya semua amal yang pernah dikerjakan. Itulah amal dari para salihin dan siddiqin. Amal saleh hamba Allah hendaklah dipelihara kebaikannya dan diselamatkan dari kotoran yang melekat dari kehendak hawa nafsu manusia dari ujub dan riya. Semua kebaikan itu adalah milik Allah, karena Ia Maha Baik, Maha Indah, Maha Sempurna. Ia yang Maha Kuat, Maha Berkuasa, dan Maha Meliputi seluruh kekuasaan dan kekuatan yang ada pada manusia. Manusia menerima kebaikan itu dari Allah yang maha Suci, maka hendaklah ia memelihara dan mensucikan kebaikan-kebaikan itu. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Fatir ayat 10, bahwa Allah jua pemilik kekuaasan dan kemuliaan itu semua. Sedangkan perbuatan dan kata-kata kebaikan yang dikerjakan dan diucapkan manusia, terangkat kepada Allah. Itulah amal haq yang terangkat dengan penuh kehormatan ke sisi Allah SWT dan diterima oleh-Nya. Amal yang diterima oleh Allah itulah yang akan menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Jangan engkau anggap enteng amal yang telah engkau kerjakan dengan tulus dari hatimu yang murni, tanpa kehendak selain dari kasih sayang dan ridha Allah semata. Sekecil apapun amal yang telah dipersembahkan kepada Allah dan manusia, semuanya adalah kebaikan yang diangkat kepada Allah, dan menjadi kemuliaan dirimu di sisi-Nya. Kadang-kadang amal kebaikan yang kecil itu juga, yang kita anggap enteng, akan memberi kehormatan besar, dan memberi keselamatan bagi kebaikan manusia. Kadang-kadang pula amal yang kita banggakan dan sangat banyak, apalagi menjadi sebutan manusia, bisa jadi tidak memberi manfaat, dan kadang-kadang pula menjadi fitnah. Perhatikan semua amal ibadah yang diajarkan Rasulullah saw. dengan penuh perhatian, dengan rasa khusyu dan tawadhu, kerjakan menurut kemampuan. Jangan memborong amal itu karena ingin dikenal sebagai orang alim dan saleh. Kerjakanlah amal yang menurut pengetahuan kita sesuai dengan ajaran dan sunah Nabi saw., dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. Itulah tuntutan yang benar, dan sunah yang patut diikuti. Untuk menyelamatkan amal ibadah manusia dari ujub dan riya, Allah memberi penangkal yang gunanya menghindarkan manusia dari maksud dan hawa nafsu duniawi dan keinginan yang merusak amal ibadah. Penangkal itu dinamakan “Al Warid”. Apkah Al Warid itu? Al Warid adalah nurullah yang memantul ke dalam batin orang-orang arifin, salihin dan shidiqqin yang tinggi makrifatnya sehingga menjadi kekuatan luar biasa yang dapat menjadi perisai yang mampu menghancurkan semua godaan dan nafsu duniawi. Sinar yang masuk ke dalam hati manusia yang berupa nur Ilahiyah yang sangat halus, lalu menjadi benteng pertahanan bagi iman yang bertahta dalam hati anak Adam, sehingga manusia keluar dari wujud manusia dengan hawa nafsu duniawiyah, memasuki ruhaniyah yang tinggi berupa makrifat pada maqam Rabbaniyah yang sangat halus (latifah ruhya) dalam batas-batas manusia sebagai hamba Allah. Basirah ruhaniyah yang ada dalam dadanya mampu menepis tabis yang menutup mata kepala manusia, sehingga rahasia-rahasia yang tersembunyi dari pandangan mata manusia dapat dilihat oleh basirah (mata hati yang terang), karena tersiram oleh nurullah. Tabir yang tersingkap itu, telah membuka basirah manusia sehingga mampu pula ia mendobrak semua pengaruh dan godaan duniawi yang biasanya menjadi penghalang bagi manusia yang ingin memasuki maqam makrifat yang lebih tinggi. Makrifat yang telah mencapai nurullah itu mampu mentransparasi alam gaib dengan kekuatan Al Warid tadi.[] (Ibnu Athaillah)

Ucapan Tanpa Amal

Kepada seluruh penduduk negeri ini, sadarilah bahwa sesungguhnya banyak sekali ditengah-tengah kalian kemunafikan, tetapi sedikit sekali keikhlasan; banyak sekali kata-kata tanpa pengamalan. Padahal, perkataan tanpa pengamalan tidaklah berarti apa-apa, bahkan ia akan menjadi hujjah, bukan dalih. Perkataan tanpa pengamalan ibarat rumah tanpa daun pintu dan tanpa penjaga; ibarat kekayaan yang tidak dibelanjakan. Ia hanya klaim tanpa bukti, gambar tanpa ruh, patung yang tidak memiliki dua tangan, tanpa kedua kaki, dan tanpa perut. Sebagian besar amalmu seperti jasad tanpa ruh. Ruhnya adalah ikhlas, tauhid, keteguhan memegang kitab Allah ‘Azza wa Jalla dan Sunnah Rasul-Nya. Janganlah berlaku lalai. Berbaliklah agar engkau sukses. Kerjakanlah perintah dan jauhilah larangan serta terimalah takdirmu. Hati sekelompok orang di antara manusia merasakan agungnya kelembutan, penyaksian dan kedekatan dengan-Nya. Karena itu mereka tidak merasakan sakitnya takdir dan bencana, sehingga berakhirlah hari-hari penderitaan dan mereka tidak mempedulikannya. Kemudian mereka memuji Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya. Ketahuilah bahwa berbagai bencana telah menimpa umat manusia sebagaimana telah menimpa kalian semua. Kemudian di antara mereka ada orang yang sabar; di antara mereka pula ada yang terhindar dari bencana it dan juga sikap sabar menghadapi bencana itu. Kemudaratan ada pada saat lemah iman; ketika seseorang masih sebagai anak kecil. Sikap sabar ada ketika dia menjadi pemuda. Sikap menerima ada tatkala dia balig. Sikap ridha ada tatkala dia dekat. Dia melihat Allah dengan ilmunya. Kegaiban dan kefanaan ketika adanya hati dan menyendiri bersama Allah ‘Azza wa Jalla adalah keadaan penyaksian dan percakapan. Batinnya fana, keberadaannya fana, dan dia lenyap dari makhluk lalu ditemukan di sisi Allah. Dia menghilang dan hanyut sehanyut-hanyutnya. Kemudian, apabila Allah menghendaki, Dia akan membangkitkan dirinya. Apabila Dia berkehendak untuk mengembalikannya, Dia akan mengembalikan beserta seluruh kehanyutan dan keterpisahannya; sebagaimana bersatunya kembali berbagai jasad makhluk pada Hari Kiamat setelah hancur dan tercerai-berai. Dia menghimpun kembali tulang-tulang mereka, daging dan perasaan mereka. Kemudian memerintahkan kepada malaikat Israfil untuk meniupkan ruh ke dalamnya. Ini benar-benar terjadi pada segenap makhluk. Sementara bagi sekelompok orang, Allah mengembalikan mereka tanpa perantara; dengan pandangan yang menghancurkan mereka dan dengan pandangan yang mengembalikan mereka. Syarat cinta adalah engkau punya keinginan bersama Zat yang kau cintai. Engkau tidak dipalingkan dari-Nya, baik oleh dunia, akhirat, ataupun makhluk. Kecintaan kepada Allah SWT bukanlah sesuatu yang enteng sehingga bisa diklaim oleh setiap orang. Betapa banyak orang yang mengklaim cinta kepada Allah tetapi justru jauh dari-Nya? Betapa banyak orang yang tidak mengklaim cinta kepada Allah tetapi justru ada di sisi-Nya? Janganlah meremehkan seorang Muslim pun, sebab berbagai rahasia Allah tersebar pada mereka. Bersikaplah tawadhu’, dan jangan berlaku takabur atas hamba-hamba Allah. Sadarilah kelalaianmu. Sebab, engkau tidak lain kecuali berada dalam kelalaian yang sangat parah; seolah-olah shirath benar-benar telah terperikan dan tergambarkan pada dirimu dan seolah-olah engkau telah melihat tempatmu di surga. Ini sebuah keterperdayaan yang sangat luar biasa. Setiap orang di antara kalian sesungguhnya telah bermaksiat kepada Allah dengan melakukan kemaksiatan yang besar. Akan tetapi, dia tidak pernah memikirkan hal itu dan tidak pula bertobat. Dia malah menyangka bahwa semua itu telah dilupakan. Padahal semua itu tertulis di dalam lembaran-lembaran catatan amal-amal mereka lengkap dengan catatan waktunya. Dia akan diperhitungkan amalnya dan akan disiksa, baik atas dosa kecil ataupun dosa besar yang dilakukannya. Oleh karena itu, hendaklah orang-orang yang lalai segera menyadari; hendaklah orang-orang yang tidur segera bangun, dan segera meraih rahmat Allah ‘Azza wa Jalla. Barangsiapa yang kemaksiatannya semakin besar dan dilakukan terus menerus serta tidak mau bertobat dan tidak pula mau menyesali diri, berarti sesungguhnya dia telah menghendaki kekufuran. Kepada pencinta dunia tanpa akhirat dan pencinta makhluk tanpa Khalik, engkau tidak takut selain kepada kefakiran dan tidak mengharap selain pada kekayaan. Hendaklah engkau menyadari bahwa rezeki itu telah dibagi-bagi; tidak akan bertambah atau berkurang; tidak akan mendahului atau terlambat. Engkau meragukan jaminan Allah SWT. Engkau begitu bernafsu mencari apa yang bukan bagianmu. Hasratmu benar-benar telah menghalangimu dari upaya menyertai para ulama dan dari upaya menyaksikan kebajikan. Engkau takut keuntunganmu akan berkurang dan takut pula rekanmu berkurang. Hendaklah engkau menyadari, siapakah yang memberi makan kepadamu pada saat engkau berupa janin di dalam kandungan ibumu? Engkau bersandar pada dirimu sendiri dan makhluk; bersandar pada dinar dan dirham; bersandar pada perniagaan; dan bersandar pada penguasa negeri. Padahal, kepada siapa saja engkau bersandar, berarti sandaranmu adalah tuhanmu. Siapa saja yang engkau takuti dan engkau harapkan, berarti dia pun tuhanmu. Siapa saja yang kau lihat baik dalam kemudaratan ataupun kemanfaatan, sementara engkau tidak melihat bahwa Allah SWT berperan, berati dia pun adalah tuhanmu. Kecil kemungkinan engkau akan melihat kabarmu. Allah akan mengambil pendengaran dan penglihatanmu; juga kekuatan dan hartamu; termasuk seluruh sandaranmu selain Allah. Allah juga akan memutus hubungan antara dirimu dan makhluk; atas mengeraskan hati mereka atas dirimu; akan mencabut kedua tangan mereka darimu; akan mencelamu atas kesibukanmu; akan menutup pintu-pintu dari hadapanmu. Dia akan melemparkanmu dari satu pintu ke pintu yang lain. Dia tidak akan memberimu rezeki sesuap atau sebesar atom pun. Apabila engkau berdoa kepada-Nya, maka Dia tidak akan mengabulkan doamu. Semua itu karena perbuatan syirik kepada-Nya; karena kau bersandar kepada selain-Nya; karena pencarianmu akan nikmat selain-Nya; dan karena permintaan tolong dengan semua itu dalam kemaksiatan kepada-Nya. Semua ini telah kau lihat terjadi pada banyak kaum. Sebagian besar terjadi di kalangan orang-orang yang bermaksiat. Di antara mereka terdapat orang yang berupaya memperbaiki dirinya dengan taubat, kemudian Allah menerima taubatnya; Dia melihatnya dengan tatapan rahmat; dan Dia memperlakukannya dengan penuh kemuliaan dan kasih sayang. Hendaklah manusia bertaubat, baik para ulama, para ahli fikih, orang-orang yang hidup zuhud, ataupun para ahli ibadah. Tidak ada seorang pun di antara kalian semua kecuali membutuhkan pertobatan. Kabarmu ada pada saya di dalam kehidupan dan kematianmu. Apabila awal berbagai urusan terbentuk atas diri saya, akan terbukalah bagi saya akhirnya saat kematianmu. Apabila tersembunyi dari diri saya asal harta salah seorang di antara kalian semua, saya akan menunggu saat keluarnya. Apabila kau mengeluarkan nafkah untuk anak-anak dan keluargamu, untuk orang-orang fakir di antara hamba-hamba Allah, dan untuk berbagai kemaslahatan mahluk, niscaya engkau akan mengetahui bahwa harta itu datang dari yang halal. Apabila keluar atas orang-orang yang jujur yang merupakan orang-orang pilihan Allah, engkau akan tahu bahwa asal dan cara menghasilkannya adalah dengan sikap tawakal kepada Allah SWT dan bahwa ia halal secara mutlak. Saya tidak bersamamu di pasar-pasar. Akan tetapi, Allah ada di antara saya dan hartamu dengan satu dan lain cara. Kepada anak muda, waspadalah kalau Allah melihat di dalam hatimu ada selain Diri-Nya; waspadalah bahwa Allah melihat di dalam hatimu ada rasa takut kepada selain Diri-Nya, harapan kepada selain-Nya, dan kecintaan selain kepada-Nya. Oleh karena itu, hendaklah engkau berusaha membersihkan hatimu dari selain Diri-Nya. Hendaklah tidak memandang kemudaratan ataupun kemanfaatan kecuali bahwa itu dari Allah. Engkau selalu berada dalam rumah-Nya dan menjadi tamu-Nya. Kepada anak muda, ingatlah bahwa segala sesuatu yang kau lihat berupa wajah-wajah yang dipoles dan kau cintai adalah cinta yang semu, yang menyebabkanmu dikenai hukuman. Sebab, cinta yang benar yang tidak akan mengalami perubahan adalah cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dialah Yang seharusnya kau lihat dengan kedua matahatimu. Itulah cinta orang-orang yang benar yang dipenuhi keruhanian. Mereka tidak mencintai dengan keimanan, tetapi dengan keyakinan dan kesaksian. Hijab telah tersingkap dari matahatimu sehingga engkau melihat perkara-perkara yang gaib. Engkau melihat apa yang tidak mungkin dapat mereka jelaskan. Ya Allah limpahkanlah kepada kami kecintaan kepada Diri-Mu beserta ampunan dan kesehatan. Bagianmu adalah yang telah dititipkan bagimu di dunia sampai waktu yang telah ditentukan di sisi Allah SWT. Tidak ada seorang pun yang dapat menolaknya untuk tunduk kepadamu pada saat ada izin dari orang yang memilikinya. Bagian itu akan mentertawakan makhluk dan merusak akal mereka, dan memperolok-oloknya; ia mentertawakan orang yang mencari apa yang bukan bagiannya, dan orang yang mencari bagiannya tanpa izin dari Allah ‘Azza wa Jalla. Apabila kaum Muslim berpaling dari pintu dunia dan menghadap pintu Allah SWT, niscaya dunia akan keluar dan mengikuti mereka. Oleh karena itu, carilah pemahaman dari Allah ‘Azza wa Jalla. Apabila dunia telah menghadap para wali Allah, mereka akan berkata kepadanya, “Pergilah kamu dan tipulah orang selain kami. Kami benar-benar telah mengenal dirimu. Kami sungguh telah melihatmu. Janganlah kamu melintas di antara kami, sebab kami telah mengetahui ihwa dirimu. Jangan kamu berhias di hadapan kami, karena sesungguhnya dinarmu hanya polesan dan perhiasanmu hanya patung cekung dari kayu tanpa ruh. Kamu hanya memiliki tampilan lahiriah tanpa makna; tontonan tanpa identitas.” Tatkala tampak di hadapan kaum Muslim berbagai cacat dunia, mereka segera lari darinya. Tatkala tampak di hadapan kaum Muslim berbagai cacat makhluk, mereka akan meninggalkannya, menghindar darinya, lari darinya, dan merasa jijik terhadapnya. Mereka lebih banyak akrab dengan gurun sahara, puing-puing bangunan, gua-gua, jin, dan para malaikat penziarah dunia. Datangalah kepada mereka malaikat dan jin dalam satu bentuk dalam yang bukan bentuknya yang asli. Jin dan para malaikat itu menampakkan diri kepada mereka pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk orang-orang zuhud dan para rahib suci yang senantiasa kehausan; juga dengan orang-orang yang terasing yang menampakkan diri dalam bentuk apa saja yang mereka kehendaki. Bentuk-bentuk itu di kalangan jin dan malaikat, adalah seperti baju-baju yang bergantung di rumah salah seorang di antara kalian, yang bisa dipakai kapan saja. Seorang murid sejati di dalam mengharapkan Allah ‘Azza wa Jalla di alam permulaan pencarian-Nya, akan menyempitkan pandangannya terhadap makhluk, mengurangi pendengarannya terhadap kata-kata mereka, dan mengecilkan pandangannya dari sesuatu sekecil apa pun yang merupakan bagian dunia. Dia tidak mampu melihat sesuatu pun dari makhluk-makhluk yang ada. Hatinya senantiasa linglung, akalnya senantiasa gaib, dan matanya senantiasa tajam. Dia senantiasa demikian keadaannya, sehingga dunia meletakkan tangan rahmat di atas kepala hatinya, sehingga ketenangan akan menghampiri dirinya. Ketenangannya akan senantiasa demikian hingga memunculkan bau harum kedekatan (taqarrub) kepada Tuhannya, Allah SWT. Pada saat demikian, keberadaannya, dia akan selaras. Apabila dia bersikap kukuh di dalam tauhid, keihkhlasan dan makrifat kepada Allah, serta kecintaan kepada-Nya, akan datang kepadanya keteguhan dan keluasan makhluk dari Allah sehingga dia akan mampu memikul beban makhluk tanpa dia sendiri merasa terbebani. Dia akan mendekati mereka, mencari mereka, dan seluruh kesibukannya senantiasa ditujukan untuk kemaslahatan mereka. Dia tidak berpaling dari Allah `Azza wa Jalla, barang sekejap pun. Seorang zahid pemula akan menghindarkan diri makhluk. Sementara orang zahid yang sempurna kezuhudannya tidak akan pernah khawatir terhadap mereka. Dia tidak menghindar dari mereka, namun justru mendekati mereka. Sebab, dia senantiasa berjalan dengan makrifatnya kepada Allah wa Jalla. Siapa saja yang makrifat kepada Allah, dia tidak akan lari dari apapun; tidak juga takut kepada siapapun. Seorang zahid pemula akan senantiasa menghindari orang-orang fasik dan orang-orang yang gemar berbuat maksiat. Sedangkan orang zahid puncak justru mendekati mereka. Bagaimana mungkin mereka tidak berani mendekati mereka, sementara segala obat bagi mereka telah mereka miliki ? Oleh karena itu, ada pula yang bertutur, “Tidak menertawakanmu di depan di depan orang orang fasik kecuali seorang yang makrifat.” Barangsiapa yang makrifatnya kepada Allah demikian sempurna. Dia akan menjadi penunjuknya dalam melemparkan jaring untuk berburu makhluk di samudera dunia. Allah akan memberikan kekuatan hingga dapat menghancurkan iblis dan bala tentaranya; mengambil makhluk dari tangan mereka. Wahai orang yang menyendiri dengan zuhud karena kebodohannya, kemarilah! Dengarlah apa yang saya katakan, “Wahai para zahid di dunia, kemarilah kalian dan mendekatlah kalian kepadaku! Kalian telah duduk dalam khalwat-khalwat tanpa dasar. Apa yang kalian peroleh? Kemarilah, dan pungutlah buah hikmah, agar Allah merahmati kalian. Aku tidak menginginkan manfaat apa-apa dari kehadiran kalian kepadaku, tetapi aku menginginkan manfaat itu untuk kalian.” Kepada anak muda, ingatlah bahwa engkau perlu kerja, engkau perlu mempelajari pertukangan. Engkau membangun dan sekaligus meruntuhkan ribuan kali hingga engkau menjadi baik. Bangunlah sesuatu yang tidak akan runtuh. Jika engkau rapuh dalam membangun dan meruntuhkan, Allah SWT akan membangunkan bagimu suatu bangunan yang tidak akan runtuh. Kepada kaum Muslim, kapan engkau mau berpikir? Kapan engkau mau menyadari tujuanmu? Bergabunglah bersama para pencari Allah ‘Azza wa Jalla. Apabila engkau bersama mereka, hendaklah engkau melayani dengan harta dan dirimu. Para pencari Allah yang sejati memiliki banyak tanda yang terpancar jelas di wajah mereka. Akan tetapi, karena pada diri dan batinmu ada banyak kotoran, dan pada pemahamanmu ada penyakit, maka engkau tidak mampu membedakan antara orang-orang yang jujur dan orang-orang zindik; antara perkara-perkara yang halal dan yang haram; antara yang beracun dan yang tidak beracun; antara orang Musyrik dan yang bertauhid; antara orang Mukhlis dan orang Munafik; antara orang yang gemar bermaksiat dan orang yang taat; serta antara orang yang mencari Allah dan orang yang mencari makhluk-Nya. Oleh karena itu, berkhidmatlah kepada para syaikh yang senantiasa mengamalkan ilmunya sehingga mereka mengenalkanmu pada banyak perkara sebagaimana adanya. Hendaklah bersungguh-sungguh dalam bermakrifat kepada Allah, karena sesungguhnya apabila engkau mengenal-Nya, engkau akan mengenal yang selain-Nya. Oleh karena itu, hendaklah engkau mengenal-Nya dan kemudian mencintai-Nya. Apabila engkau tidak melihat-Nya dengan mata kepalamu, maka lihatlah Dia dengan matahatimu. Apabila engkau memandang nikmat dari-Nya, engkau akan mencinai-Nya dengan segera. Nabi Muhammad saw bersabda, “Cintailah Allah demi apa yang Dia berikan kepada kalian dari nikmat-Nya dan cintailah aku karena kecintaan Allah kepada diriku.” Hendaklah kaum Muslim menyadari bahwa Allah telah memberikan makanan kepada mereka saat berada dalam perut ibu mereka. Dia kemudian mengeluarkan dari perut itu dan memberi mereka kesehatan, kekuatan dan daya. Dia juga telah melimpahkan kepada mereka ketaatan kepada-Nya dan menjadikan mereka Muslim yang senantiasa mengikuti jejak Nabi-Nya, Muhammad saw., sehingga bersyukur kepadanya dan mencintainya adalah seperti bersyukur kepada Allah dan mencintai-Nya. Apabila engkau melihat kenikmatan dari Allah, akan hilanglah cinta kepada makhluk dari dalam hatimu. Seorang yang makrifat kepada Allah, yang cinta kepada-Nya, yang senantiasa memperhatikan-Nya dengan matahatinya, yang senantiasa memandang kebaikan dan keburukan dari sisi-Nya; tidak akan menetap pada dirinya sikap memperhatikan siapa saja dari kalangan makhluk yang berbuat baik atau yang berbuat buruk kepadanya. Apabila pada mereka tampak kebaikan, dia akan melihat kebaikan itu karena kehendak Allah semata. Apabila pada mereka tampak keburukan, mereka juga akan memandangnya juga karena semata-mata otoritas Allah ‘Azza wa Jalla. Pandangannya beralih dari memperhatikan makhluk ke arah memperhatikan Khalik. Dia memberikan kepada syariat Allah haknya (untuk dijalani) dan dia tidak mengabaikan hukum-hukum-Nya. Hati seorang ‘arif senantiasa berpindah dari suatu keadaan ke keadaan lain, sehingga bertambah kuatlah kezuhudannya terhadap makhluk, pengabaiannya terhadap makhluk, dan keberpalingannya dari mereka. Dia senantiasa merindukan pertemuan dengan Allah dan semakin bertambah kuat tawakalnya kepada Allah. Dia tidak punya keinginan untuk mengambil sesuatu dari makhluk. Kalaupun dia mengambil sesuatu dari makhluk, dia mengambilnya melalui tangan Allah ‘Azza wa Jalla. Ikatannya semakin bertambah kuat dan erat antara dirinya dengan makhluk. Lalu ditambah dengan satu ikatan yang lain, yaitu ikatan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Orang yang selalu membutuhkan makhluk dan senantiasa bersekutu dengan mereka, hendaklah bersikap hati-hati akan datangnya kematian, sementara engkau ada dalam naungannya. Allah tidak akan membuka bagi ruhmu. Dia juga tidak akan memperhatikan ruhmu karena kemurkaan-Nya atas setiap orang yang menyekutukan-Nya, yang bergantung pada selain Diri-Nya. Apabila engkau ingin berkhalwat dengan Maulamu, maka hendaklah engkau berkhalwat (menyendiri) dari keberadaan dirimu, pengaturanmu, atau kegelisahanmu. Engkau berdiri tegak di tempat pertapaan sementara hatimu ada di rumah-rumah makhluk, menunggu kedatangan dan hadiah mereka. Waktumu telah habis sementara gambaran tanpa bentuk ada pada dirimu. Hendaklah engkau tidak menempatkan dirimu pada sesuatu yang Allah tidak menempatkan dirimu padanya; yang tidak datang kepadamu penempatan dari Allah ‘Azza wa Jalla; yang engkau tidak mampu atasnya, tidak juga makhluk. Bila Dia menghendaki sesuatu dari dirimu, Dia akan mempersiapkan untuk hal itu. Jika engkau tidak memiliki batin yang shahih dan hati yang kosong dari selain Allah ‘Azza wa Jalla, maka khalwatmu tidak akan bermanfaat. Ya Allah, semoga Engkau memberikan manfaat atas apa saja yang kuucapkan dan semoga Engkau memberikan manfaat kepada mereka atas apa yang kuucapkan dan yang mereka dengarkan.[] (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Amal Shalih

Amal Salih Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa yang berhias untuk manusia dengan apa yang mereka cintai, sementara dia menentang Allah dengan apa yang Dia benci, niscaya dia akan menemui kemurkaan Allah kepadanya.” Hendaklah engkau mendengarkan ucapan-ucapan kenabian, terutama engkau, wahai kaum Munafik, orang yang menjual akhirat dengan dunia, dan yang menjual Allah Azza wa Jalla dengan makhluk. Dengarkanlah wahai orang yang menjual apa yang kekal dengan apa yang fana. Ingatlah bahwa daganganmu akan merugi dan modalmu akan habis. Celakalah, jika engkau menjerumuskan dirimu kepada murka Allah. Sebab, orang yang berhias untuk manusia dengan apa yang mereka sukai, niscaya Allah akan murka kepadanya. Oleh karena itu, hendaklah engkau menghiasi wujud lahirmu dengan adab syariat dan menghiasi wujud batinmu dengan mengeluarkan makhluk dari dalam hatimu. Tolaklah pintu makhluk dan hancurkanlah mereka dari dalam hatimu, sehingga mereka seolah tidak pernah diciptakan. Engkau tidak akan melihat pada tangan mereka kemudaratan dan kemanfaatan. Sesungguhnya engkau menyibukkan diri dengan upaya menghiasi jasadmu dan meninggalkan usaha untuk menghiasi batinmu. Menghiasi hati adalah dengan tauhid, ikhlas, percaya dan menggantungkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, mengingat-Nya dan melupakan yang selain Dia. Nabi Isa a.s. berkata, “Amal salih adalah yang seseorang tidak suka untuk menanggungnya.” Kepada orang yang lemah akal, orang yang gila dalam hubungannya dengan akhirat, orang yang berakal dalam hubungannya dengan dunia, ingatlah bahwa akal yang kau miliki tidak akan berguna bagimu. Berjuanglah untuk menghasilkan keimanan, pasti engkau akan menghasilkan keimanan untuk dirimu. Hendaklah engkau bertobat, meminta maaf dan menyesal, serta mengalirkan air matamu. Sebab, menangis karena takut kepada Allah Azza wa Jalla, dapat memadamkan api dosa serta memadamkan api murka Allah Azza wa Jalla. Apabila engkau bertobat dengan hatimu maka sesungguhnya cahaya tobat yang jujur akan bersinar pada wajahmu. Wahai anakku, hendaklah engkau berjuang dalam menjaga batinmu selama engkau mampu menjaganya. Lalu jika datang kepadamu yang mengalahkan, maka engkau akan terhalang. Sesungguhnya cinta dapat meruntuhkan dinding kegelapan dan menutup dinding malu, dinding wujud, dan dinding untuk melihat makhluk. Orang yang merasa berat memikulnya, akan diperintah untuk mengeluarkannya. Orang yang menanggung beban yang dikalahkan akan bercelak mata dengan tanah dari kakinya. Karena hal itu merupakan sifat hawa nafsu dan sifat hati, sifat makhluk, dan sifat Tuhan. Bersungguh-sungguhlah agar engkau tidak ada, dan Dia tetap ada. Berjuanglah agar engkau tidak bergerak untuk menolak kemudaratan dari dirimu dan bukan untuk mendatangkan manfaat untuk dirimu. Sebab, jika engkau melakukan hal itu, maka Allah Azza wa Jalla akan menampilkan orang yang melayanimu dan menyingkirkan hinaan dari dirimu. Jadilah engkau bersamanya seperti mayit bersama orang yang memandikannya, dan seperti penghuni gua (ashhaabul-kahfi) dengan Jibril a.s. jadilah engkau bersamanya tanpa mewujud, tanpa memilih dan tanpa mengurus. Pada dasarnya, Dia menetapkanmu di sisi-Nya, di atas kedua kaki keimanan dan hawa nafsumu pada turunnya beban qadha dan qadar-Nya. Iman itu ada dan akan tetap bersama qadar, sedangkan kemunafikan itu kabur. Orang Munafik pada saat melewati hari-hari dan malamnya, akan mejnadi kurus badannya dan menjadi gemuk hawa nafsu serta wataknya; menjadi buta kedua mata batin dan hatinya. Pintu rumahnya ramai dan yang masuk ke rumah itu hancur. Ingatannya kepada Allah Azza wa Jalla dengan lidahnya saja, tidak dengan hatinya. Bencinya hanya karena dirinya, bukan karena Allah. Sementara orang mukmin, ingatnya kepada Allah adalah dengan lidah dan hatinya. Dalam sebagian besar waktunya. Hatinya selalu ingat dan lidahnya diam. Bancinya karena Allah dan Rasul-Nya, bukan karena hawa nafsu, watak dan dunianya. Dia tidak hasud dan tidak dihasud orang lain; tidak juga menentang orang yang beruntung yang mendapat bagian dari bagiannya. Wahai anakku, hendaklah engkau merasa takut terhadap upaya menentang orang yang beruntung karena sesungguhnya dia selamat, sedangkan engkau binasa, terjerumus, terhina dan tercemar. Bagaimana engkau mengubah nasibnya dengan penentanganmu padahal Allah mengetahui apa yang dia miliki. Apabila engkau menentang Allah dalam ilmu-Nya dengan apa yang kau miliki atau milik orang lain, maka gugurlah engkau dari pandangan-Nya, dan ilmumu tidak akan berguna. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla: Bekerja keras lagi kepayahan (QS 88:3) Sekarang hendaklah engkau bertobat kepada Allah Azza wa Jalla. Orang yang terjaga itu cerdas. Janganlah berpaling dari tujuan kepada-Nya karena cobaan yang Dia turunkan kepadamu. Tunggulah saat cobaan dibebaskan darimu dan janganlah berputus asa. Karena dari suatu saat ke saat lain ada kelonggaran. Allah SWT berfirman: Setiap waktu Dia dalam kesibukan (QS 55: 29) Kelonggaran itu berpindah dari suatu kaum ke kaum yang lain. Sabarlah bersama-Nya dan relallah dengan takdir-Nya atas dirimu. Allah SWT berfirman: Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu, sesuatu yang baru (QS 65: 1) Apabila engkau bersabar, niscaya cobaan kepadamu akan terasa ringan, dan Dia akan menjadikan hal baru yang Dia sukai dan engkau sukai. Apabila engkau tidak bersabar dan berpaling, maka cobaan yang menimpamu akan terasa berat, dan Dia akan menambahnya dengan siksaan karena engkau berpaling dari-Nya dan karena penentanganmu kepada-Nya, karena ketetapanmu bersama hawa nafsu, karena tujuanmu dan karena kecintaanmu terhadap dunia, serta karena ambisimu dalam mengumpulkan dunia. Hendaklah kaum Muslim menyadari, bahwa jika hal itu ada dan mesti ada, maka hawa nafsumu berada pada pintu dunia, hatimu berada pada pintu akhirat, serta batinmu berada pada pintu Tuhan, sampai hawa nafsu berubah menjadi hati dan merasakan apa yang dirasakannya, hati berubah menjadi batin dan merasakan apa yang dirasakannya, dan batin berubah menjadi fana yang tidak merasakan dan tidak dirasakan. Kemudian dia menghidupkannya karena Dia, bukan karena selain Dia. Inilah puncaknya yang asli dan kekal. Berbahagialah orang yang mengetahui apa yang saya katakan dan mempercayainya. Berbahagialah orang yang beramal dan ikhlas dalam amalnya. Berbahagialah orang yang menjadikan amal dengan tangannya sehingga dapat mendekatkan kepada orang yang diberi amal. Wahai anakku, ingatlah apabila engkau telah mati, engkau akan melihat dan mengenal saya. Engkau akan melihat saya dari sebelah kanan dan kirimu, saya menolak darimu dan meminta kepadamu. Sampai kapan engkau bersekutu dengan makhluk serta berserah kepada mereka? Engkau harus mengetahui bahwa tidak seorang pun di antara mereka yang berguna atau yang bisa membahayakan dirimu, baik yang fakir atau yang kaya, baik yang mulia atau yang hina di antara mereka. Engkau harus tetap bersama Allah Azza wa Jalla. Janganlah engkau bersandar kepada makhluk dan jangan pula kepada usaha, daya, dan kekuatanmu. Bersandarlah kepada karunia Allah Azza wa Jalla. Bersandarlah kepada yang menguasai dirimu dan menguasai usaha serta rezekimu. Apabila engkau melakukan hal itu berarti perjalanan hidupmu bersama-Nya dan Dia akan memperlihatkan kepadamu keagungan qudrat-Nya. Dia akan menyampaikan hatimu kepada-Ny, kemudian setelah sampai kepada-Nya, Dia akan mengingatkan hatimu kepada hari-harinya yang lalu sebagaimana penghuni surga di surga akan teringat kepada hari-harinya di dunia. Apabila engkau telah menembus jaring sebab, maka engkau akan sampai pada musabbab. Apabila engkau telah menembus adat, maka adat akan menembus dirimu. Barangsiapa yang melayani, dia akan dilayani. Barangsiapa yang taat, dia akan ditaati. Barangsiapa yang memuliakan, dia akan dimuliakan. Barangsiapa yang dekat, dia akan didekati. Barangsiapa yang rendah hati, dia akan ditinggikan. Barangsiapa yang dermawan, dia akan diberi. Barangsiapa yang baik budi pekertinya, dia akan didekati. Adab yang baik akan mendekatkanmu dan adab yang buruk akan menjauhkanmu. Adab yang baik adalah taat kepada Allah dan adab yang buruk adalah durhaka kepada-Nya. Wahai kaum Muslim, janganlah menunda kemuliaan bagi dirimu dan memperhitungkannya. Bersegeralah untuk memuliakan dirimu di dunia sebelum datang hari akhirat. Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla merasa malu untuk menghisab hamba-hamba-Nya yang menjauhkan diri dari maksiat di dunia.” Engkau harus menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Jika tidak, maka kehinaan akan menetap pada tali lasomu. Jauhilah maksiat dalam segala tindakanmu di dunia. Jika tidak, maka segala keinginanmu akan berubah menjadi kerugian di dunia dan akhirat. Dinar adalah tempat neraka dan dirham adalah tempat kegelisahan, terutama jika engkau mendapatkannya dengan jalan haram dan menggunakannya dengan jalan haram pula. Jika demikian, berarti engkau buta dan tuli. Nabi saw. bersabda, “Cintamu kepada sesuatu membuatmu buta dan tuli” Nodailah hatimu dari dunia dan jadikanlah hatimu sakit dan haus sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberimu pakaian, makanan dan minuman. Pasrahkanlah lahir dan batinmu kepada-Nya dan janganlah engkau berusaha untuk mengaturnya. Akan tetapi, Dia-lah yang mengatur tanpa memerlukan pengaturanmu. Dunia adalah tempat beramal dan akhirat adalah tempat pahala, tempat pemberian. Hal ini merupakan hak yang sudah menjadi keumuman bagi orang-orang salih. Dan ada yang jarang di antara mereka, yaitu orang yang mengeluarkan dirinya dari amal di dunia, kemudian dia diberi anugerah dan rahmat serta dipercepat mendapat ketenangan sebelum datang akhirat. Dia hanya melaksanakan yang fardhu dan dia memperolehnya dari berbagai sunat. Maka sesungguhnya segala yang fardhu tidaklah gugur dalam segala keadaan dan tempat. Dan ini merupakan hak perseorangan dari hamba Allah Azza wa Jalla. Wahai anakku, hendaklah engkau bersikap zuhud dan berpaling dari dunia sehingga engkau akan merasa tenang di dunia. Apabila engkau memiliki bagian dari dunia, maka pasti akan sampai kepadamu. Bagianmu akan mendatangimu, dan engkau tetap mulia. Janganlah engkau makan dengan hawa nafsumu. Karena hal itu merupakan penghalang yang akan menghalangi hatimu dari Tuhanmu. Orang mukmin tidak makan untuk hawa nafsu atau dengan hawa nafsunya. Dia tidak berpakaian untuk hawa nafsunya, dan bukan untuk kesenangan, tetapi dia melakukannya untuk memperkuat ketakwaan dan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Dia memakan apa yang dapat memperkuat kaki lahirnya di hadapan-Nya. Dia makan dengan syariat, bukan dengan hawa nafsu. Seorang wali makan karena perintah Allah Azza wa Jalla. Wali abdal yang merupakan wali quthb, makan dengan perbuatan Allah Azza wa Jalla. Dan seorang wali quthb, makan dan segenap tindakannya seperti makan dan tindakan Nabi saw. Bagaimana tidak begitu, sedangkan dia merupakan pelayan, pengganti, dan khalifahnya dalam umatnya? Setiap khalifah Rasul adalah khalifah Allah Azza wa Jalla. Dia telah menjadi khalifah batin dan pemimpin orang Islam. Yang terdahulu adalah khalifah lahir, yaitu dia yang tidak menghalalkan bagi seorang muslim untuk meninggalkan ketaatan dan tidak mengikuti Nabi. Telah dikatakan bahwa pemimpin kaum muslimin, jika dia seorang yang adil, maka dia adalah quthb zamannya. Janganlah engkau mengira bahwa perkara ini mudah. Telah ditetapkan bagimu bahwa akan ada yang menghitung perbuatan lahr dan perbuatan batinmu. Tidak ada seorangpun dari kalian, kecuali dia didatangkan pada hari kiamat disertai malaikat yang mengawasinya di dunia. Malaikat itu menulis kebaikan dan keburukannya. Pada mereka ada 99 buku catatan. Tiap-tiap buku catatan, panjangnya sejauh mata memandang. Dalam catatan tersebut ada kebaikan dan keburukannya, dan semua yang keluar dari orang itu. Lalu dituntut untuk membaca semuanya maka mereka pun membacanya. Jika di dunia orang itu tidak baik, maka dituliskan dan tidak dibaca, karena dunia adalah tempat hikmah dan akhirat adalah tempat qudrah. Dunia membutuhkan sebab dan perantara, sedangkan akhirat tidak membutuhkannya. Apabila seseorang di antara kalian menolak apa yang tertera dalam catatannya, maka anggota badannya akan berbicara sesuai dengan apa yang tertulis di catatan itu. Tiap anggota badannya berbicara sesuai dengan ketentuan semua yang dia perbuat di dunia. Engkau benar-benar diciptakan untuk perkara yang besar, sedangkan engkau tidak mendapat kabar tentangnya. Allah Azza wa Jalla berfirman: Lalu apakah engkau mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakanmu secara main-main, dan bahwa engkau tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS 23: 115) [] (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Bearmal Dengan Ikhlas

Betapa banyak orang yang belajar, namun tidak beramal. Carilah ilmu dan sibukkan dirimu dengan beramal disertai ikhlas. Bila kau tidak melakukannya, maka kau tidak akan meraih kebahagiaan. Pelajarilah ilmu, karena perbuatanmu digerakkan oleh Allah. Sungguh telah kujatuhkan penutup malu dari pandanganmu dan sungguh kujadikan sesuatu yang paling hina di matamu. Engkau mengikuti nafsu, memakan dengan nafsu, bergerak dengan nafsu, maka jangan heran apabila dibinasakan oleh nafsumu sendiri. Malulah terhadap Allah dalam segenap keadaanmu. Beramallah sesuai dengan hukum-hukum-Nya. Bila kau beramal dengan zahir hukum, maka amalmu itu akan membawamu pada ilmu tentang Allah. Ya Allah sadarkanlah kami dari kealfaan orang-orang yang lalai. Bila kau berbuat dosa, maka bahaya akan datang menimpamu. Bila kau bertobat dan beristighfar kepada Allah serta memohon pertolongan-Nya, maka Allah akan berada di sampingmu. Engkau akan menemukan musibah dalam hidupmu, karenanya mintalah kepada Allah supaya menganugerahi kesabaran dan kesesuaian sehingga kau diselamatkan dan tidak mengalami kerusakan dalam hati. Pada zahir, bukan batin, pada harta, bukan agama, saat itu bahaya bukan siksa, namun nikmat. Wahai orang munafik, kau menerima orang-orang yang mengikutimu karena Allah dan Rasul-Nya hanya secara fisik, tidak secara maknawi. Kau menerima dengan lahir, bukan dengan batin. Tidak heran, kau terhina di dunia dan di akhirat. Orang yang bermaksiat dan pendusta adalah orang-orang hina. Wahai iorang-orang berilmu, jangan kotori ilmumu di depan hamba dunia. Jangan kau jual kemuliaan dengan kehinaan. Kemuliaan adalah ilmu, sedangkan orang-orang hina adalah orang-orang yang menggenggam dunia. Orang lain tidak akan mampu memberikan sesuatu yang bukan bagianmu, akan tetapi bagianmu mengalir dari bagian mereka, bila kau bersabar, maka bagianmu yang berada dalam genggaman tangan mereka akan datang, tanpa membuatmu hina. Ingatlah Zat yang memberikan rezeki, Yang tidak membutuhkan rezeki dan pemberian. Sibukkanlah dirimu dengan berbuat taat kepada Allah dan jangan menuntut sesuatu dari-Nya. Allah mengetahui yang kau butuhkan untuk kebaikanmu. Zikir lisan tanpa kesadaran hati, tidak akan mendatangkan kemuliaan. Zikir yang sesungguhnya adalah zikir hati dan rahasia, kemudian zikir lisan. Allah berfirman: Ingatlah kepadaku, aku akan mengingatmu, bersyukurlah kepadaku dan jangan kufur (QS 2: 152) Ingatlah Allah, Dia akan mengingatmu. Ingatlah Dia, sehingga zikir tersebut dapat menambal dosa-dosamu, sehingga kau dibersihkan dari dosa dan bisa menaati-Nya tanpa maksiat. Saat itulah, kau dan Dia ingat di tengah ornag-orang yang berzikir. Sibukkanlah dirimu dengan zikir kepada-Nya, jangan menyibukkan dirimu dengan berbagai permohonan kepada-Nya. Jika tujuanmu adalah kehendak Allah, maka Allah akan memenuhinya. Jika kau berhasil menjadikan Allah sebagai tujuanmu, maka Allah akan memberikan kunci-kunci simpanan-Nya dalam hatimu. Barangsiapa yang mencintai Allah, dia tidak akan mencintai yang lain. Allah akan melenyapkan cintanya pada yang selain-Nya dari dalam hatinya. Bila kecintaan kepada Allah telah bersemayam di dalam hati seseorang, maka hatinya akan kosong dari rasa cinta kepada selain-Nya. Dia akan menyibukkan zahir dan batinnya kepada Allah. Dia akan keluar dari kebiasaan, keluar dari tempat-tempat ramai. Apakah kau punya akal yang dapat kau gunakan untuk berpikir? Apakah wujudmu telah melupakan diri dari akal sehat itu? Malaikat maut akan mendatangi hidupmu, mencabut nyawamu, memisahkan dirimu dengan keluarga dan orang-orang yang kau cintai. Berusahalah, supaya nyawamu tidak dicabut pada saat kau benci untuk berjumpa dengan Allah. Tunggulah detik-detik kematian, karena di hadapan Allah, engkau lebih baik daripada ketika di dunia. Ya Allah berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa api neraka.[] (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Bersikap Tenang

Apabila engkau menghendaki suatu perkara, maka engkau harus bersikap tenang sehingga Allah memperlihatkan jalan keluarnya. (Riwayat Bukhari)

Wednesday, July 25, 2012

Asma Allah 'Al Fattah'

Al Ghazali. Al Asma’ Al Husna – Rahasia Nama-nama Indah Allah. Penerbit Mizan, Cetakan VII, April 2000. Al Fattah (Yang Maha Membuka [Hati]) adalah Dia yang dengan kekuasaan-Nya apapun yang tertutup menjadi terbuka, dan yang dengan petunjuk-Nya apapun yang tidak jelas menjadi jelas. Terkadang Dia membukakan kerajaan bagi para nabi-Nya dan menyingkirkannya dari tangan musuh-musuh-Nya, dengan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menganugerahimu (wahai Muhammad) suatu kemenangan yang gemilang (QS 48:1). Secara harfiah: Telah Kami bukakan bagimu suatu pembukaan yang gemilang, dan terkadang Dia mengangkat tabir dari hati hamba-hamba suci-Nya dengan membukakan bagi mereka gerbang-gerbang menuju kerajaan samawi dan keindahan-keindahan keagungan-Nya. Maka Dia berfirman: Apa yang Allah bukakan rahmat-Nya untuk manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya (QS 35:2). Barangsiapa yang memegang kunci-kunci alam gaib dan kunci-kunci rezeki, maka dia patut disebut pembuka. Nasihat: Manusia hendaknya mendambakan mencapai keadaan di mana kunci misteri-misteri Ilahiah akan terbuka dengan ucapannya, dan dimana dia dapat memudahkan dengan pengetahuannya kesulitan-kesulitan yang dialami makhluk-makhluk dalam urusan keagamaan dan urusan keduniaan, dan dengan demikian maka dia mendapatkan nama pembuka.[]

Taburan Rahmat Dalam Shalat

Apabila seorang hamba berdiri dalam shalatnya, maka ditaburkan di atas kepalanya kebajikan (al birr) hingga ia rukuk. Apabila ia rukuk maka ia diselimuti oleh rahmat Allah hingga sujud. Orang yang bersujud berarti ia sedang sujud di hadapan Allah SWT, karena itu hendaknya ia meminta (al yas’al) dan mendekatkan diri (al yarghab) (Riwayat Abu Sa’id Ibnu Manshur)

Dosa Menghambat Rezeki

Sesungguhnya seseorang benar-benar dihambat rezekinya disebabkan dosa yang dikerjakannya; tidak ada yang dapat menolak takdir (qadar) kecuali do’a, dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan (al birr) (Riwayat Ibnu Hibban melalui Tsauban)

Nasihat Ali kw Tentang Kebaikan

Berbuat Baik dan Menjauhi Keburukan • Kebaikan bukanlah dengan bertambah banyaknya harta dan anakmu. Akan tetapi kebaikan adalah dengan bertambah banyaknya ilmumu, bertambah besarnya kesabaranmu, dan engkau menyaingi orang lain dengan ibadahmu kepada Tuhanmu. Maka, jika engkau berbuat baik, engkau memuji Allah ‘Azza wa Jalla dan jika engkau berbuat buruk, engkau beristighfar kepada Allah. • Tidak ada kebaikan di dunia ini kecuali bagi dua golongan manusia, yaitu: Pertama, seseorang yang berbuat dosa, lalu dia cepat-cepat meluruskan perbuatannya dengan bertobat. Kedua, seseorang yang bersegera dalam amal kebajikan. Tidaklah dipandang sedikit perbuatan yang dilakukan dengan ketakwaan, maka bagaimana dapat dikatakan sedikit suatu perbuatan yang diterima (Allah)? • Kesempatan terus berjalan seperti jalannya awan. Oleh karena itu cepat-cepatlah kalian ambil segala kesempatan yang baik (sebelum ia berlalu dari kalian). • Kedermawanan yang sebenarnya adalah berniat melakukan kebaikan setiap orang. • Diantara amal kebajikan yang paling utama adalah: berderma di saat kesusahan, bertindak benar ketika sedang marah, dan memberi maaf ketika mampu untuk menghukum. • Kebaikan yang tidak ada keburukan di dalamnya adalah bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan, dan bersabar ketika mendapatkan musibah. • Berbuatlah kebaikan dan janganlah kalian meremehkannya sedikitpun. Sebab, yang kecilnya adalah besar dan sedikitnya adalah banyak. Dan jangan sekali-kali salah seorang dari kalian mengatakan, “Sesungguhnya orang lain lebih utama dalam hal melakukan kebaikan ini daripada saya.” Maka, demi Allah, perkataannya akan menjadi kenyataan. Sesungguhnya bagi kebaikan dan keburukan ada pemiliknya (pelakunya). Maka, bagaimanapun kalian meninggalkan diantara keduanya, ada orang lain yang akan mengerjakannya.

Orang-orang yang Berbuat Kebajikan (Al Birr) Menurut Al Qur'an

Al Baqarah [2]: 177 Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur (masyriq) dan barat (maghrib)itu suatu kebajikan (al birr), akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah 1. Beriman kepada Allah 2. (beriman kepada) hari kemudian 3. (beriman kepada) malaikat-malaikat 4. (beriman kepada) kitab-kitab 5. (beriman kepada) nabi-nabi 6. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya (dzawil qurba) 7. (memberikan harta yang dicintainya kepada) anak-anak yatim 8. (memberikan harta yang dicintainya kepada) orang-orang miskin 9. (memberikan harta yang dicintainya kepada) musafir 10. (memberikan harta yang dicintainya kepada)orang-orang yang meminta-minta 11. Memerdekakan hamba sahaya. 12. Mendirikan shalat 13. Menunaikan zakat 14. Menepati janjinya apabila berjanji 15. Sabar dalam kesempitan 16. (sabar dalam) penderitaan 17. (sabar dalam) peperangan Mereka itulah orang-orang yang benar (shodaqu) dan mereka itulah al muttaquun

Asma Allah Al 'Alim

Al Ghazali. Al Asma’ Al Husna – Rahasia Nama-nama Indah Allah. Penerbit Mizan, Cetakan VII, April 2000. Al ‘Alim. (Yang Maha Mengetahui). Kesempurnaannya berupa mengetahui segala sesuatu dengan pengetahuan – yang nyata dan yang gaib, yang kecil dan yang besar, yang pertama dan yang terakhir, permulaan dan hasilnya – dan berkenaan dengan banyaknya obyek-obyek yang diketahui, ini akan tidak terbatas. Maka pengetahuan itu sendiri akan menjadi yang paling sempurna, berkenaan dengan kejelasannya dan penyingkapannya, sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi penglihatan atau penyingkapan jelas yang dapat ditangkap. Akhirnya, pengetahuan bukanlah berasal dari hal-hal yang diketahui, namun hal-hal yang diketahui berasal dari pengetahuan. Nasihat : Hampir bukan rahasia kalau manusia memiliki sifat ‘yang mengetahui’, namun pengetahuan manusia berbeda dengan pengetahuan Allah Ta’ala dalam tiga hal yang khas. Pertama, mengenai banyaknya hal-hal yang diketahui; meskipun hal-hal yang diketahui manusia banyak namun terbatas pada hatinya, dan mana mungkin hal-hal yang diketahui manusia itu dapat disamakan dengan yang tidak terbatas? Kedua, penyingkapan manusia, walaupun jelas, tidak mencapai tujuan, yang di luar tujuan ini tidak mungkin lagi ada tujuan lain. Namun penglihatannya akan hal-hal adalah seperti melihat hal-hal di balik tabir yang tipis. Hendaknya Anda jangan menyangkal derajat-derajat penyingkapan, karena penglihatan batiniah adalah seperti penglihatan lahiriah, maka ada perbedaan antara apa yang jelas pada waktu sore dan apa yang menjadi jelas pada waktu pagi. Ketiga, bahwa pengetahuan Allah SWT akan segala sesuatu bukanlah berasal dari segala sesuatu itu, namun segala sesuatu itu berasal dari pengetahuan Allah Ta’ala, sedangkan pengetahuan manusia akan hal-hal tergantung pada adanya hal-hal dan hasil dari hal-hal. Nah, jika Anda kesulitan memahami perbedaan ini, maka bandingkan pengetahuan orang yang belajar catur dengan pengetahuan orang yang menemukan catur. Karena pengetahuan orang yang menemukan catur itu sendiri adalah sebab bagi adanya catur, sedangkan fakta bahwa catur ada adalah sebab bagi adanya pengetahuan orang yang mempelajari catur. Pengetahuan orang yang menciptakan catur mendahului catur, sedangkan pengetahuan orang yang mempelajari catur terjadi setelah adanya catur. Begitu pula, pengetahuan Allah SWT akan segala sesuatu mendahului adanya segala sesuatu itu, dan menyebabkan adanya segala sesuatu itu, sedangkan pengetahuan kita tidaklah seperti itu. Perbedaan manusia terjadi berkat pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu sifat Allah SWT. Namun, pengetahun itu lebih mulia, yang objek-objeknya lebih mulia, dan objek pengetahuan yang paling mulia adalah Allah Ta’ala. Begitu pula, mengetahui Allah Ta’ala adalah pengetahuan yang paling bermanfaat, sedangkan pengetahuan tentang segala sesuatu lainnya mulia karena ia adalah pengetahuan tentang tindakan-tindakan Allah SWT, atau pengetahuan tentang cara yang membuat manusia lebih dekat dengan Allah Ta’ala dan memudahkan dalam mendekat kepada-Nya. Semua pengetahuan yang selain pengetahuan itu tidak dapat mengklaim bahwa dirinya mulia dan banyak berjasa.[]

Asma Allah Al 'Adl

Al ‘Adl (Yang Mahaadil) artinya adalah Dia yang adil dan Dialah yang selalu bertindak adil, lawannya kezaliman dan penindasan. Orang tidak dapat mengetahui orang yang adil tanpa mengetahui keadilan orang itu, dan orang tidak mengetahui keadilannya tanpa mengetahui tindakannya. Maka barangsiapa ingin memahami sifat ini, maka dia harus memahami tindakan-tindakan Allah Ta’ala dari kerajaan lelangit hingga ke ujung dunia, sampai ke titik dimana dia tidak melihat kecacatan apapun dalam ciptaan Yang Mahabaik, dan tidak melihat adanya keretakan di dalamnya, namun sekali lagi hanya memperhatikan pandangannya menjadi lemah dan pudar. Karena keindahan kehadiran Ilahiah telah menguasainya dan membuatnya kagum pada keselarasan dan keteraturannya; bagi orang sepert itu, maka keadilan Allah Azza wa Jalla melekat dalam pemahamannya. Dia menciptakan berbagai golongan wujud, wujud yang fisik maupun wujud yang spiritual, yang sempurna dan tidak sempurna di antara wujud-wujud itu. Dan Dia telah memberikan kepada tiap-tiap benda eksistensinya yang diciptakan, di mana Dia itu murah hati, dan juga mengaturnya dengan tingkatan yang sesuai dengannya, di mana Dia itu adil. Diantara benda-benda besar alam semesta adalah bumi, air, udara, langit, bintang, dan Dia telah menciptakannya dan mengaturnya, menempatkan bumi di tempat terendah di antara semuanya, meletakkan air di atasnya dan udara di atas air dan langit di atas udara. Dan kalau susunan ini dibalik, maka tatanannya tidak dapat dipertahankan. Keterangan yang menjelaskan kebaikan-kebaikan dalam keadilan tatanan dan susunan ini mungkin sulit dipahami oleh banyak orang. Mari kita turun ke tingkat umum, dan kita perhatikan tubuh manusia. Tubuh manusia tersusun dari berbagai anggota yang berbeda. Dia menyusun manusia dari tulang, daging dan kulit. Dia menempatkan tulang sebagai topangan dengan daging yang membungkusnya untuk melindunginya, dan kulit yang membungkus untuk melindungi daging. Kalau tatanan ini dibalik, sehingga yang ada di dalam menjadi di luar, maka susunan itu tidak akan dapat dipertahankan. Dan jika hal itu belum jelas bagi Anda, maka perhatikan bahwa Dia telah menciptakan berbagai anggota badan bagi manusia seperti tangan, kaki, mata, hidung dan telinga. Dengan menciptakan anggota-anggota badan itu di tempat yang paling tepat di tubuh kita; jika Dia menciptakannya di bagian belakang kepala atau di kaki atau tangan atau di atas kepala, maka hasilnya berupa kecacatan, dan mudah hancur. Dengan cara yang sama Dia menempatkan tangan di bahu, dan kalau Dia meletakkannya di kepala atau di pinggang atau lutut maka yang terjadi adalah ketidakseimbangan. Begitu pula, dia menempatkan semua indera di kepala agar dapat mengawasi, mengatur dan menjaga anggota tubuh yang lain, karena memang ditempatkan untuk mengawasi. Karena jika Dia menempatkan indera di kaki, maka susunannya akan benar-benar terganggu. Ringkasnya adalah, bahwa tidak ada yang diciptakan kecuali di tempatnya yang memang dimaksudkan untuk apa yang diciptakan itu. Karena jika ditempatkan di kiri atau di kanan dari kedudukannya yang ada sekarang, atau di bawah atau di atasnya, maka hal itu akan kurang baik atau tidak berguna, buruk atau tidak pada tempatnya, dan terlihat menjijikkan. Jadi, hidung diciptakan di tengah wajah, kalau hidung diciptakan di dahi atau di pipi, maka kecacatan seperti itu akan mengurangi kemanfaatannya. Mungkin Anda sudah cukup memahami sehingga dapat menangkap kearifan ini. Juga perlu Anda ketahui bahwa Dia tidak menciptakan matahari di atas langit ke empat, yaitu di tengah-tengah ketujuh langit. Namun Dia menciptakannya dengan benar, menempatkannya di tempat yang cocok untuknya, sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Mungkin Anda tidak dapat menangkap kearifan di dalamnya, karena Anda kurang merenungkan kerajaan-kerajaan lelangit dan bumi dan keajaiban-keajaibannya. Kalau Anda merenungkannya, maka keajaiban yang akan Anda lihat melebihi keajaiban-keajaiban tubuh Anda. Dan mana mungkin tidak demikian, bila penciptaan lelangit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. Kalau Anda memiliki banyak pengetahuan tentang keajaiban-keajaiban jiwa Anda, dan merenungkannya dan juga merenungkan bagian-bagian tubuh yang membungkusnya, maka Anda akan termasuk mereka yang oleh Allah SWT dikatakan: Akan Kami tunjukkan kepada mereka tanda-tanda Kami di ufuk-ufuk dan di dalam diri mereka sendiri (QS 41:53). Mana mungkin Anda termasuk mereka yang oleh Allah dikatakan: Maka Kami tunjukkan kepada Ibrahim kerajaan-kerajaan lelangit dan bumi (QS 6:75)? Dapatkah gerbang langit terbuka untuk orang yang perhatiannya hanya tertuju kepada dunia dan yang diperbudak keserakahan dan hawa nafsu? Hal tersebut menawarkan petunjuk simbolis mengenai bagaimana memahami langkah-langkah pertama untuk mengetahui nama yang satu ini. Untuk menjelaskannya diperlukan berjilid-jilid buku, seperti juga yang terjadi dengan menerangkan makna setiap nama ini. Karena kata benda yang berasal dari kata kerja tidak akan dimengerti tanpa terlebih dahulu memahami tindakan-tindakannya, dan segala sesuatu yang ada menjadi ada karena tindakan-tindakan Allah Ta’ala. Maka siapapun yang tidak dapat memahaminya, baik secara terinci maupun secara umum, maka dia tidak akan mengetahuinya kecuali hanyalah persoalan-persoalan bahasa dan ulasan. Orang tak mungkin mengharapkan dapat mengetahuinya secara terinci, karena hal itu tak ada akhirnya. Namun, manusia memiliki jalan untuk mengetahuinya secara umum, dan pengetahuannya mengenai nama-nama sebanding dengan sejauh mana pengetahuan umumnya mengenai tindakan-tindakan dan itu meliputi segala bentuk pengetahuan. Namun, tujuan buku seperti ini hanyalah menawarkan petunjuk yang merupakan kunci untuk mengetahui bagaimana keseluruhannya dapat bekerja sama. Nasihat: Bahwa manusia dapat berlaku adil, itu sudah diketahui. Pertama, terdapat keadilan yang harus dimilikinya terhadap sifat-sifatnya sendiri, dan itu berupa dia menempatkan hawa nafsu dan amarah di bawah bimbingan akal dan agama. Karena, begitu dia menjadikan akal sebagai abdi hawa nafsu dan amarah, tentu dia akan berlaku tidak adil. Inilah keseluruhan keadilan pada diri manusia, dan pengaruh-perngaruhnya tentunya berupa menaati semua parameter Hukum. Manusia dapat dikatakan adil terhadap semua anggota tubuhnya kalau dia menggunakannya sesuai dengan cara yang diizinkan Hukum. Selain itu, kalau dia menunaikan tugas-tugasnya dengan baik terhadap sanak keluarganya, atau jika dia seorang penguasa, melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik terhadap rakyatnya. Mungkin timbul pikiran bahwa ketidakadilan akan menyebabkan kemudharatan, dan bahwa keadilan berupa memberi manfaat kepada manusia. Namun kasusnya tidaklah demikian. Karena kalau raja membuka gudang-gudang yang berisi senjata dan buku-buku serta berbagai barang, lalu memberikan uang kepada orang kaya dan senjata kepada ulama dan menyerahkan benteng kepada mereka juga; sementara dia membagi-bagikan buku kepada para tentara dan personalia tempur, menyerahkan mesjid-mesjid dan sekolah-sekolah kepada mereka juga, maka itu memang bermanfaat bagi mereka, tetapi itu juga bersifat menindas dan tidak adil, karena dia meletakkan segala sesuatunya bukan pada tempatnya. Tetapi kalau dia membawa mudharat bagi orang sakit dengan membuat mereka minum obat, atau memaksa mereka untuk dioperasi; atau membawa mudharat bagi orang jahat dengan memberi mereka hukuman mati atau memotong salah satu anggota tubuh mereka atau dengan memukul mereka, maka dia berarti telah berlaku adil karena dia telah menempatkan mereka pada tempatnya yang tepat. Manusia akan mendapatkan keuntungan keagamaan dari kepercayaannya bahwa Allah SWT itu adil kalau dia tidak merasa keberatan dengan rencana-Nya, ketentuan-Nya dan semua tindakan-Nya, entah itu sesuai dengan kehendaknya atau tidak. Karena semuanya itu adalah adil, itu memang harus begitu. Seandainya Dia tidak melakukan apa yang telah dilakukan-Nya, maka sesuatu yang lain akan terjadi yang lebih merugikan dibanding apa yang telah terjadi, seperti orang sakit yang tidak mau dioperasi maka ia akan semakin sakit kalau dibanding kalau dioperasi. Beginilah keadaan Allah SWT dan beriman kepada-Nya meniadakan keberatan, baik lahiriah maupun batiniah. Iman akan sempurna kalau ‘tidak mengutuk nasib’, tidak menuduh bahwa segalanya terjadi karena adanya pengaruh benda-benda langit, dan tidak merasa keberatan terhadap-Nya, sebagaimana hal itu lazim dilakukan. Namun kalau tahu bahwa semua ini terjadi karena sebab-sebab yang tunduk kepada Dia, diatur dan diarahkan ke akibat-akibatnya dengan sebaik-baik tatanan dan arah, yang sesuai dengan segi keadilan dan kebajikan yang paling tinggi.[]

Monday, July 23, 2012

Kumpulan Hadits Tentang Akhlak

Syarah Mukhtaarul Ahaadits Sayyid Ahmad Al-Hasyimi Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008

 7. Carilah oleh kalian derajat yang tinggi di sisi Allah, yaitu hendaknya kamu bersikap penyantun terhadap orang yang tidak mengetahui tentang diri kamu, dan hendaknya kamu memberi kepada orang yang tidak pernah memberi kepadamu. (Riwayat ‘Addi melalui Ibnu Umar ra)

 9. Sampaikanlah keperluan orang yang tidak mampu untuk menyampaikan keperluannya kepada sultan. Barangsiapa yang (menolong) menyampaikan keperluan (orang tersebut) kepada sultan, kelak di hari kiamat Allah SWT akan menetapkan kedua telapak kakinya di atas shirathal mustaqiim. (Riwayat Thabrani melalui Abu Darda)

 41. Allah mencintai seorang hamba yang mudah (berlaku baik) bila menjual, mudah bila membeli, mudah bila membayar hutang dan mudah bila menagih hutang. (Riwayat Baihaqi melalui Abu Hurairah ra)

 62. Apabila engkau menghendaki suatu perkara, maka engkau harus bersikap tenang sehingga Allah memperlihatkan kepadamu jalan keluarnya. (Riwayat Bukhari)

 83. Apabila seseorang di antara kalian keluar mengadakan perjalanan, hendaknya ia berpamitan kepada saudara-saudaranya, karena sesungguhnya Allah menjadikan keberkahan pada doa mereka. (Riwayat Ibnu Asakir melalui Zaid ibnu Arqam)

 87. Apabila seseorang di antara kalian memasuki suatu kaum lalu dipersilahkan baginya, hendaknya ia duduk, karena sesungguhnya tiada lain hal itu merupakan suatu penghormatan dari Allah yang diberikan kepadanya melalui saudaranya yang sesama muslim. Apabila tidak dipersilahkan baginya, maka hendaknya ia melihat tempat duduk yang paling longgar, lalu dudukla ia di tempat tersebut (Riwayat al Harits)

 90. Apabila seseorang di antara kalian diundang untuk suatu wallimah, hendaklah ia mendatanginya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

 112. Apabila telinga seseorang di antara kalian berdenging, hendaknya mengingatku, dan bacalah shalawat untukku, serta ucapkanlah “Semoga Allah mengingat (memelihara) orang yang menyebut-nyebut diriku dengan baik.” (Riwayat Ibnu ‘Addi)

 113. Apabila seseorang di antara kalian bersin, hendaknya mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, dan hendaknya saudaranya atau temannya menjawabnya “yarhamukallah” (semoga Allah membelaskasihanimu). Apabila saudara atau temannya mengucapkan ‘yarhamukallah’, hendaknya dijawab ‘yahdikumullah wayushilu baalakum’ (semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu) (Riwayat Abu Daud)

 151. Belas kasihanilah olah kalian tiga macam orang yaitu; orang mulia di antara kaum yang menjadi hina; orang kaya di antara kaum yang jatuh miskin; dan orang alim yang berada di tengah-tengah orang-orang yang jahil (bodoh). (Riwayat Imam al Askari)

 168. Orang yang paling kejam terhadap sesamanya ketika di dunia, kelak di akhirat ia akan mendapat siksa yang paling keras di sisi Allah. (Riwayat Ahmad melalui Khalid ibnul Walid)

 174. Berbuatlah kebajikan kepada orang yang layak menerimanya dan juga kepada orang yang tidak layak menerimanya; apabila kebajikanmu tepat mengenai orang yang layak menerimanya berarti engkau telah memberikannya kepada ahlinya, dan apabila kamu tidak mengenai orang yang layak menerimanya berarti kamu sendirilah yang menjadi ahlinya. (Riwayat al Khatib melalui Ibnu Umar ra) 

209. Keutamaan yang paling afdhal ialah menghubungkan silaturahmi dengan orang yang memutuskannya darimu, memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepadamu dan kamu memaafkan orang yang berbuat aniaya terhadap dirimu. (Riwayat Imam Thabrani)

 211. Seorang mukmin yang paling utama Islamnya, ialah terselamatnya orang-orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya; dan orang mukmin yang paling utama (afdhal) imannya ialah yang paling baik akhlaknya; dan seorang muhajir yang paling utama, ialah yang menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah, dan jihad yang paling utama ialah jihadnya seseorang melawan hawa nafsunya demi karena Allah SWT. (Riwayat Thabrani)

 261. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pemurah (jawwad), Dia mencintai sifat pemurah, dan Dia mencintai akhlaq yang mulia serta membenci akhlaq yang rendah (Riwayat Na’im melalui Ibnu Abbas r.a.)

 277. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang yang mudah lagi terbuka. (Riwayat asy Syairazi melalui Abu Hurairah ra)

 278. Sesungguhnya Allah menyukai sikap hati-hati dalam semua perkara (Riwayat Imam Bukhari) 

294. Sesungguhnya Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, Aku sakit tetapi ternyata kamu tidak menjenguk-Ku.” Anak Adam menjawab, “Wahai Rabbku bagaimana aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam?” Allah menjawab, “Tidakkah kamu ketahui bahwa hamba-Ku yang bernama Fulan sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Tidakkah kamu ketahui, bahwa seandainya kamu menjenguknya niscaya kamu menjumpai-Ku ada di sisinya? Hai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberi-Ku makan.” Anak Adam menjawab, “Wahai Rabb-ku, bagaimana aku memberi-Mu makan, sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam?” Allah menjawab, “Tidakkah kamu ketahui bahwa hamba-Ku yang bernama Fulan meminta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberinya makan. Tidakkah kamu ketahui seandainya kamu memberinya makan, niscaya kamu menjumpai (pahala) hal tersebut berada di sisi-Ku. Hai anak Adam, aku meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberi-Ku minum.” Anak Adam menjawab, “Wahai Rabbku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam?” Allah menjawab, “Hamba-Ku yang bernama Fulan meminta minum kepadamu tetapi kamu tidak memberinya minum, tidakkah kamu ketahui, seandainya kamu memberinya minum, niscaya kamu menjumpai (pahala) hal tersebut berada di sisi-Ku.” (Riwayat Muslim)

 352. Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah kelak pada hari kiamat adalah seseorang yang tidak digauli oleh orang lain karena takut akan kejahatannya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

 380. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Ibrahim, “Hai kekasih-Ku, berakhlak baiklah engkau sekalipun terhadap orang-orang kafir, niscaya engkau akan masuk ke dalam golongan orang-orang yang berbakti kepada Allah (al abror). Karena sesungguhnya Aku telah memutuskan terhadap orang-orang yang berakhlak baik bahwa Aku akan menaungi mereka dalam naungan Arsy-Ku, Aku tempatkan mereka di dalam surga-Ku yang suci, dan aku dekatkan mereka dari sisi-Ku. (Riwayat Hakim)

 388. Ingatlah, aku akan memberitahukan kepada kalian tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi tubuh (kalian), yaitu: berdiam dan berakhlak baik. (Riwayat Ibnu Abud Dunya)

 409. Hemat di dalam berbelanja (an nafaqah) merupakan sebagian dari penghidupan (ma’siyah); bersikap kasih sayang terhadap orang lain (tawaddud ilannaas) merupakan sebagian dari akal; dan bertanya dengan cara yang baik merupakan sebagian dari pengetahuan (nisyful ‘ilmi). (Riwayat Thabrani)

 425. Janganlah kalian duduk-duduk di jalanan. Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana, kami tidak dapat mengelakkannya lagi, karena sesungguhnya tempat terseut merupakan tempat duduk kami dan tempat kami mengobrol?” Nabi saw menjawab, “Apabila kalian membangkang dan tetap menjadikannya sebagai majelis kalian maka berikanlah kepada jalan haknya.” Mereka bertanya, “Apakah gerangan hak bagi jalan itu?” Nabi saw menjawab, “Merundukkan pandangan mata, mencegah diri untuk tidak melakukan perbuatan yang menyakitkan, menjawab salam, amar ma’ruf dan nahi munkar.” (Riwayat Bukhari)

 437. Ketika ada seekor anjing yang sedang berkeliling mengelilingi sebuah sumur, anjing tersebut hampir mati karena kehausan, tiba-tiba anjing itu terlihat oleh seorang wanita pelacur dari kalangan Bani Israil. Lalu wanita pelacur itu melepaskan khuff-nya, selanjutnya ia mengambil air dengan khuff-nya itu dan memberi minum anjing yang sedang kehausan tersebut, akhirnya ia mendapatkan ampunan (dari Allah) (Riwayat Bukhari dan Muslim)

 439. Muliakanlah orang-orang tua kalian sebagaimana kalian memuliakan anak-anak kalian, dan peliharalah kehormatan wanita-wanita lain sebagaimana kalian memelihara kehormatan wanita-wanita kalian sendiri. Barangsiapa dimintai maaf lalu ia tidak mau menerimanya, niscaya ia tidak akan dapat mencoba telaga(ku). (Riwayat Hakim)

 441. Pada suatu hari ada seorang lelaki berjalan di tengah jalan, lalu ia menemukan tangkai yang berduri di tengah jalan yang dilaluinya, maka ia menyingkirkan tangkai berduri itu (dari jalan). Allah menyukai perbuatannya itu lalu Dia memberi ampunan kepadanya. (Riwayat Bukhari dan Muslim) 

443. Pada suatu hari ada seorang lelaki berjalan, di tengah perjalanan ia merasa kehausan yang sangat, ia menemukan sebuah sumur, lalu ia turun ke dalam sumur dan meminum airnya. Setelah itu ia keluar dari sumur, tetapi tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya seraya memakan serangga tanah karena kehausan. Lelaki itu berkata kepada dirinya sendiri, “Sesungguhnya anjing ini sedang mengalami kehausan yang sangat seperti yang baru saja kualami.” Lelaki itu turun ke dalam sumur dan memenuhi khuff-nya dengan air, khuff yang penuh dengan air itu digigitnya lalu ia naik ke permukaan, lalu ia memberi minum anjing tersebut. Allah suka perbuatannya itu lalu Dia memberi ampunan kepadanya. Setelah itu ada seorang sahabat bertanya (sehubungan dengan kisah di atas), lalu Nabi saw menjawab, “Pada setiap makhluk yang memiliki hati basah terdapat pahala.” (Riwayat Muslim)

 447. Taat ialah, berakhlak baik; dan dosa ialah, hal-hal yang terbetik di dalam hatimu tetapi engkau tidak senang bila hal itu ditampakkan kepada orang lain. (Riwayat Muslim)

 464. Hendaknya engkau memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan kepada orang yang tidak engkau kenal. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

 481. Rendah hati (tawadhu) tidak menambah kepada seorang hamba kecuali pengangkatan, karena itu bertawadhulah kalian, niscaya Allah akan mengangkat derajat kalian. Memaafkan tidaklah menambah kepada seorang hamba kecuali kemuliaan, karena itu perbanyaklah maaf kalian niscaya Allah akan memuliakan kalian. Tiadalah sedekah itu melainkan makin menambah banyak harta, karena itu bersedekahlah kalian, niscaya Allah merahmati kalian. (Riwayat Ibnu Abud Dunya)

 489. Ada tiga perkara, barangsiapa ketiganya dimiliki olehnya, niscaya Allah akan menaunginya di bawah naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali hanya naungan-Nya, yaitu: berwudhu dalam keadaan yang tidak menyenangkan, berjalan ke masjid di kegelapan malam, dan memberi makan kepada orang yang lapar. (Riwayat al Ashbahani)

 491. Ada tiga perkara yang ketiganya kuketahui sebagai perkara yang haq (benar), yaitu: seseorang yang memaafkan suatu perbuatan aniaya, maka Allah menambah kemuliaan baginya; seseorang meminta-minta dengan tujuan untuk memperbanyak (harta) dengan cara itu, maka Allah menambah kefakiran baginya, dan seorang yang bersedekah dengan mengharap pahala Allah SWT, maka Allah menambahkan hartanya karena sedekahnya itu. (Riwayat Baihaqi)

 493. Ada tiga hal yang dapat menyelamatkan, yaitu: takut kepada Allah SWT dalam keadaan sembunyi atau terang-terangan, bersikap adil dalam keadaan ridha atau dalam keadaan marah, dan hemat, baik dalam keadaan miskin maupun dalam keadaan kaya. Dan ada tiga perkara yang dapat membinasakan, yaitu: hawa nafsu yang selalu diperturutkan, kikir yang selalu ditaati, dan kagum terhadap diri sendiri. (Riwayat Abu Syekh)

 516. Diharamkan masuk neraka setiap orang yang berwatak lembut, mudah dan akrab dengan manusia. (Riwayat Ahmad) 

550. Malu merupakan perhiasan, taqwa merupakan kemuliaan, sebaik-baik kendaraan adalah sabar, dan menanti jalan keluar dari Allah SWT merupakan ibadah. (Riwayat Hakim melalui Jabir)

 595. Seorang wanita masuk neraka sebab seekor kucing yang ia ikat dan tidak memberinya makan, serta tidak dibiarkan untuk memakan serangga tanah sehingga kucing itu mati (kelaparan) (Riwayat Bukhari Muslim)

 560. Ada dua watak, bilamana keduanya disandang oleh seseorang maka ia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan bersabar. Apabila kedua watak tersebut tidak terdapat dalam diri seseorang, maka Dia tidak akan mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan bersabar. Barangsiapa yang melihat kepada orang yang lebih atas dirinya dalam masalah agama, lalu ia mengikutinya; dan dalam masalah duniawi ia melihat kepada orang yang lebih rendah darinya, lalu ia memuji kepada Allah atas karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada dirinya, maka orang tersebut dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan bersabar. Barangsiapa melihat kepada orang lain yang lebih rendah darinya dalam masalah agama, dan dalam masalah duniawi ia melihat kepada orang yang lebih atas darinya, lalu ia menyesali nasib dirinya, maka Allah tidak mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan tidak pula sebagai orang yang bersabar. (Riwayat Turmudzi) 

561. Ada dua macam akhlak yang disukai oleh Allah, dua akhlak yang dibenci oleh-Nya. Adapun dua akhlak yang disukai oleh Allah adalah dermawan dan berani. Adapun dua akhlak yang tidak disukai oleh-Nya adalah akhlak yang buruk dan kikir. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia menjadikannya sebagai amil yang selalu memenuhi keperluan-keperluan orang banyak. (Riwayat Baihaqi melalui Ibnu Amr Ibnul ‘Ash)

 575. Orang-orang yang terpilih di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

 576. Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik akhlaknya (Riwayat Thabrani melalui Ibnu Umar ra)

 603. Terimalah apa-apa yang aku perintahkan kepada kalian, karena sesungguhnya tiada hal lain yang menyebabkan kebinasaan orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka sering bertanya dan sering menentang nabi-nabi mereka. Apabila aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah itu, dan apabila aku memerintahkan kalian untuk mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah hal itu semampu kalian. (Riwayat Syaikhan)

 605. Orang yang menunjukkan kebaikan memperoleh pahala seperti orang yang mengerjakannya, dan Allah menyukai orang yang suka menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan. (Riwayat Ibnu Abud Dunya)

 630. Pokok kebijaksanaan setelah iman kepada Allah adalah cinta kepada sesama manusia (tawaddud ilannas) dan berbuat baik kepada orang yang taqwa maupun orang yang durhaka. Sesungguhnya orang yang ahli dalam hal kebajikan sewaktu di dunia, mereka pun adalah ahli kebajikan kelak di akhirat. Dan sesungguhnya ahli kemungkaran di dunia mereka pun menjadi ahli kemungkaran kelak di akhirat. (Riwayat Baihaqi)

 679. Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang dermawan lebih disukai oleh Allah daripada ahli ibadah yang kikir. (Riwayat Turmudzi)

 691. Pemuda yang dermawan lagi berakhlak baik lebih dicintai Allah daripada orang tua ahli ibadah yang kikir lagi berakhlak buruk. (Riwayat Ad Dailami)

 704. Bersilaturahmilah kepada orang yang memutuskanmu; berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk kepadamu; dan katakanlah yang haq sekaliun terhadap dirimu sendiri. (Riwayat Ibnu Najjar)

 714. Berdiam merupakan akhlak yang utama, dan barangsiapa gemar bergurau maka ia dianggap enteng. (Riwayat Ad Dailami melalui Anas ra)

 788. Orang yang menarik kembali pemberiannya sama dengan orang yang menelan muntahnya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

 866. Orang penyantun (halim) itu hampir-hampir menjadi seorang nabi. (Riwayat al-Khathib)

 870. Berdosalah seseorang bila ia menjadi subyek dari telunjuk orang banyak, apabila dia seorang yang baik, maka hal tersebut dapat menggelincirkannya, kecuali orang yang dirahmati Allah. Dan apabila dia seorang yang jelek maka bertambahlah keburukannya. (Riwayat Baihaqi)

 945. Seseorang hamba belum sempurna imannya sehingga ia meninggalkan dusta sekalipun dalam bergurau, dan meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar. (Riwayat Ahmad)

 973. Seandainya suatu gunung berbuat kelewat batas terhadap gunung lainnya, niscaya gunung yang berbuat kelewat batas di antara keduanya akan dihancurkan. (Riwayat Ibnu La-al)

 975. Seandainya kalian mengetahui kehinaan yang terdapat dalam hal meminta, niscaya tiada seorang pun berjalan menuju ke orang lain untuk meminta sesuatu kepadanya. (Riwayat Nasai) 

997. Tiada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan amal daripada akhlak yang baik. (Riwayat Ahmad melalui Abu Darda)

 1027. Tiada seorang pemuda pun yang menghormati orang yang sudah lanjut usianya kecuali Allah menetapkan baginya seseorang yang akan menghormatinya kelak bila ia mencapai usia lanjut. (Riwayat Turmudzi melalui Anas ra)

 1043. Jika engkau meringankan suatu pekerjaan atas pembantumu, maka hal tersebut merupakan pahala kebaikan dalam timbangan amalmu kelak di hari kiamat. (Riwayat Baihaqi)

 1045. Tiada suatu akhlak yang paling baik pun yang dihiaskan oleh Allah terhadap hamba-Nya lebih utama daripada berzuhud terhadap masalah duniawi, memelihara perutnya, dan memelihara kemaluannya. (Riwayat Abu Na’im)

 1051. Tiada suatu sikap lemah-lembut pun dalam sesuatu hal kecuali sikap lemah lembut itu menghiasinya, dan tidak sekali-kali sikap ini dicabut dari sesuatu melainkan hal ini akan memburukkannya. (Riwayat adh Dhiya)

 1063. Tiada suatu perbuatan dosa pun kecuali pintu tobatnya terbuka di sisi Allah selain dari akhlak yang buruk, karena sesungguhnya orang yang berakhlak buruk itu tidak sekali-kali ia melakukan tobat dari suatu perbuatan dosa melainkan ia kembali melakukan dosa lain yang lebih berat dari yang pertama. (Riwayat Aisyah ra)

 1096. Tiada suatu pemberian pun yang dihadiahkan oleh orang tua terhadap anaknya yang lebih utama daripada akhlak yang baik (adabi hasan). (Riwayat Hakim)

 1103. Akhlak yang mulia itu ada 10 macam, terkadang semuanya terdapat dalam diri seseorang, tetapi tidak terdapat dalam diri anaknya, terkadang semuanya terdapat dalam diri seorang anak, tetapi tidak terdapat dalam diri ayahnya, terkadang semuanya terdapat dalam diri seorang hamba, tetapi tidak terdapat dalam diri tuannya. Allah membagikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya hidup bahagia. Yaitu: 1. Jujur dalam berbicara 2. Pemberani dalam medan perang 3. Selalu memberi orang yang meminta 4. Selalu membalas perbuatan baik 5. Memelihara amanat 6. Bersilaturahmi 7. Memelihara hak-hak tetangga 8. Memelihara hak-hak teman 9. Menghormati tamu 10. Dan yang laing utama di antara kesemuanya adalah malu (Riwayat Hakim melalui Aisyah ra)

 1113. Siapapun yang datang kepada kalian dengan membawa perkara yang bajik, maka berilah ia imbalan, apabila kalian tidak menemukan (apa yang akan kalian berikan kepadanya) maka berdoalah untuk kebaikannya. (Riwayat Thabrani melalui Al Hakim ibnu Umair)

 1147. Barangsiapa meminta perlindungan kepada kalian demi karena Allah berilah ia perlindungan, barangsiapa meminta kepada kalian demi karena Allah berilah ia, barangsiapa mengundang kalian, perkenankanlah undangannya itu, dan barangsiapa berbuat kebajikan kepada kalian berilah ia imbalan yang setimpal, apabila kalian tidak mempunyai sesuatu yang akan kalian berikan kepadanyam maka berdoalah untuknya hingga kalian merasakan bahwa kalian benar-benar telah memberi imbalan kepadanya. (Riwayat Ahmad)

 1242. Barangsiapa yang tidak sayang kepada orang yang lebih muda di antara kami dan tidak menghormati hak orang yang tertua di antara kami, maka ia bukan termasuk golongan kami. (Riwayat Bukhari)

 1267. Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, niscaya Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. (Riwayat Ibnu Majah melalui Abu Hurairah ra)

 1342. Janganlah kalian bersengketa karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian pernah bersengketa karena itu mereka binasa. (Riwayat Ibnu Mas’ud ra)

 1364. Janganlah kalian memukul hamba sahaya wanita kalian karena memecahkan wadah milik kalian, karena sesungguhnya wadah tersebut memiliki ajal sama dengan ajal manusia. (Riwayat Abu Na’im)

 1369. Janganlah seseorang menyuruh orang lain berdiri dari majelisnya, lalu ia sendiri duduk di tempatnya, akan tetapi memencarlah dan luaskanlah tempat duduk kalian. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

 1371. Tiada akal seperti kebijaksanaan, dan tiada wara’ seperti mencegah diri (dari maksiat), serta tiada keutamaan seperti akhlak yang baik. (Riwayat Ibnu Majah)

Agama Adalah Murah Hati dan Akhlak Yang Baik

Ini adalah agama yang telah Ku ridhai untuk diri-Ku sendiri, dan tidak dapat diinterpretasikan kecuali dalam perbuatan murah hati dan akhlak yang baik. Karena itu jadikanlah mulia dengan kedua sifat itu selama kamu menganutnya. (Hadits Qudsiy Riwayat Sumawaih, Ibnu Adiy, ‘Uqaili, Kharaaithi, Khatiib, Ibnu ‘Asakir dan Rafi’i dari Anas ra)

Tatkala Mengingat Akhirat

“Sungguh Allah Azza wa Jalla memiliki hamba yang seakan ia melihat penghuni surga abadi di dalam surga dan penghuni neraka abadi di dalam neraka. Hati mereka bersedih, sementara orang lain yang memusuhi mereka merasa aman. Kebutuhan mereka sedikit dan jiwa mereka selalu terjaga. Mereka bersabar menjalani hari-hari yang pendek ini, menanti istirahat yang panjang. Saat malam, mereka bangkit, air mata mereka mengalir di pipi, sambil munajat kepada Tuhan mereka, “Ya Tuhan kami, ya Tuhan kami...” Dan di siang hari mereka menjadi ulama yang santun, baik dan bertakwa. Tubuh mereka demikian kurus, sehingga orang yang melihat mereka mengira bahwa mereka sakit, padahal mereka tidak sakit, tidak juga akal mereka rusak. Hanya mengingat akhirat yang telah membuat mereka seperti itu.” (Hasan Al Bashri)

Merenungkan Hari Kebangkitan

Ingatlah, bahwa dua langkah telah terbentang di depan: di dunia dan akhirat, dari dirimu dan Tuhanmu. Tinggalkan yang lahir, niscaya kau akan sampai pada yang batin, dari titik awal sampai puncak. Mulailah dari dalam diri dan berpeganglah kepada Allah. Engkau yang mengawali, Allah yang membawamu pada titik akhir. Ambillah kepahitan dan dudukilah pintu amal, sehingga ketika engkau mencari, akan dekat dari yang dimintai pertolongan. Janganlah duduk di atas kasur, di bawah selimut dan pada pintu yang terkunci, kemudian engkau mencari amal dan prestasi. Dekatkan hatimu dengan dzikir, niscaya Allah akan mengingatmu pada hari kebangkitan. Jadikanlah tafakur terhadap kuburan sebagai pelajaran. Berpikirlah bagaimana Allah akan membangkitkan segenap makhluk-Nya dan mengadilinya di hadapan-Nya. Bila engkau senantiasa memikirkan hal ini, niscaya kekerasan hatimu akan lenyap dan bersih dari kotoran-kotorannya. Bila suatu bangunan berdiri di atas tiang, niscaya dia akan kokoh dan tetap pada tempatnya (tak tergoyahkan). Sebaliknya, bila ia berdiri tidak di atas fondasinya, niscaya dia akan mudah goyah. Bila hatimu dibangun di atas landasan hukum lahiriah, niscaya tidak akan seorangpun yang dapat merubahnya. Sebaliknya, bila tidak, maka keadaanmu tidak akan mantap dan tidak akan sampai pada puncaknya. Para shiddiqin akan membenci dan tidak ingin memandangmu. Wahai engkau yang tidak memahami agama, ingatlah bahwa dunia adalah permainan. Tidak, tiada kemuliaan bagimu. Wahai engkau yang menyimpan rahasia. Engkau membiasakan dirimu berkata kepada makhluk yang bukan ahlinya. Hal seperti itu seharusnya diadukan kepada orang salih. Bila tidak, maka kebisuanlah yang harus dipegang dan memberikan isyarat kepada mereka, bukan perkataan yang jarang. Di antara mereka ada orang yang memerintah dengan perkataan, dan perkataannya dilandasi kebencian. Setelah perkataan itu menjadi berita yang menolong, maka perintah tersebut disandarkan pada sucinya hati dan bersihnya batinmu. Karenanya, Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Jika penutup terbuka, maka keyakinan tidaklah bertambah.” Beliau juga berkata, “Aku tidak menyembah Tuhan yang tidak kulihat. Aku melihat Tuhanku dengan hati.” Wahai engkau yang tidak mengenal agama, bergaullah dengan para ulama, berkhidmatlah, dan belajarlah dari mereka. Ilmu diambil dari lisannya. Duduklah bersama para ulama dengan sebaik-baik akhlak. Janganlah memalingkan wajah dari mereka dan ambillah faidah dari mereka supaya engkau mendapatkan ilmu dan kebaikan dari mereka, serta faidahnya melingkupimu. Duduklah bersama orang-orang bijak dengan diam, dan bersama ahli zuhud dengan penuh kecintaan. Orang yang arif, setiap saat semakin dekat dengan Allah dibandingkan dengan saat-saat yang telah dilaluinya. Setiap saat memperbarui kekhusyuan dan kerendahan dirinya di hadapan Allah. Khusyuk dengan penuh kesadaran, bukan lalai kepada Allah. Bertambahnya kekhusyukan sesuai dengan kedekatan kepada Allah. Kebisuannya bertambah sesuai dengan musyahadahnya. Barangsiapa yang mengenal Allah, maka lisan nafsu, tabiat, hawa nafsu, kebiasaan dan wujudnya akan membisu. Dan lisan hati, rahasia, keadaan, dan maqamnya akan berbicara menjelaskan kenikmatan yang dia rasakan. Karenanya, mereka akan duduk dengan diam, supaya mendapatkan manfaat darinya. Karena itu teguklah minuman masak yang memancar dari lubuk mereka. Barangsiapa yang banyak bergaul dengan orang-orang yang mengenal Allah, maka dia akan mengenal dirinya dan menghinakan diri di hadapan Allah. Karenanya dikatakan, barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya. Karena diri, merupakan penghalang antara seorang hamba dengan Tuhannya. Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia akan bertawadhu kepada Allah. Karena fithrah manusia bila mengenal Tuhannya, akan takut dan menyibukkan diri dengan mensyukuri-Nya, serta mengetahui bahwa Allah tidak akan mengenalkannya, kecuali bermaksud baik, di dunia dan akhirat. Zahirnya disibukkan dengan bersyukur kepada-Nya, sedangkan batinnya disibukkan dengan memuji-Nya. Zahirnya berpisah, sedangkan batinnya selalu bersama. Kebahagiaannya tersembunyi di dalam, dan kesedihannya nampak pada lahirnya. Keadaan orang ‘arid berbalikan dengan orang mukmin. Kesedihan dalam hatinya dan kebahagiaan terpancar di wajahnya. Dan orang alim, berdiam di depan pintu dan tidak tahu apa yang dikehendaki-Nya, serta apakah akan diterima atau ditolak? Apakah pintu akan dibuka untuknya atau terkunci selamanya? Orang yang mengenal dirinya, maka segala keadaannya kebalikan dari orang Mukmin. Orang mukmin pemilik keadaan yang berubah, sedang orang arif pemilik maqam yang kokoh. Orang mukmin takut pada perubahan keadaannya dan kehilangan imannya. Kesedihannya tersimpan dalam hati, sedangkan kebahagiaannya terpancar dari wajahnya. Dia berkata dengan senyum di hadapanmu, walaupun hatinya diliputi kesedihan. Sedangkan orang arif, kesedihan di wajahnya, karena dia menjumpai orang lain dengan wajah murung, dengan menakut-nakuti, memerintah dan melarang sebagai pengganti Rasulullah saw. Masyarakat berbuat dengan apa yang mereka dengar sehingga perbuatannya mendekatkannya pada Allah yang menjadi tujuan amalnya. Mereka mendengar nasihat tanpa perantara dengan pendengaran hatinya ketika tidak ada orang lain dan ketika tidur, di hadapan Allah dan saat terjaga dengan-Nya. Bila hatimu benar, maka selamanya engkau akan lalai terhadap makhluk dan terjaga di hadapan Allah. Engkau akan selalu berada dalam keramaian, walaupun dalam kesendirian, atau di tengah keramaian. Engkau selalu menghendaki Allah dan hukum-hukum-Nya kembali kepadamu dengan rahasia. Rahasia itu memenuhi hati. Hati memenuhi nafsu muthmainnah. Nafsu memenuhi lisan dan lisan memenuhi orang lain. Barangsiapa berbicara kepada manusia, hendaklah dengan cara ini, atau bila tidak, sebaiknya jangan berbicara. Kegilaan seseorang disebabkan meninggalkan kebiasaan dan perbuatan hawa nafsu, terutama syahwat dan kelezatan. Tidak, sesungguhnya mereka menjadi gila seperti gilanya orang-orang yang hilang akalnya. Hasan al-Bashri berkata sebagai berikut: “Bila engkau melihatnya, akan menyebutnya gila. Dan bial mereka melihatmu, mereka akan berkata, ‘Mereka belum beriman kepada Allah, walau sekejap mata.’ Khalwatmu belum sah. Karena khalwat adalah mengosongkan hati dari segala sesuatu, emngosongkan batinmu, sehingga tidak ada dunia, akhirat dan segala sesuatu, selain Allah. Ini merupakan jalan besar para nabi, rasul dan para wali dan orang-orang salih. Amar makruf dan nahi munkar lebih saya cintai daripada seribu ahli ibadah di lereng-lereng gunung. Pandangan jiwanya meremehkan, pendek dan menolak, sehingga tidak menjadi sebab kerusakannya, kecuali jika mengikuti hati dan rahasia. Janganlah keluar dari pandangan keduanya. Sehingga jiwamu menjadi muthmainnah dan pencarianmu terfokus pada satu tujuan. Bila nafsu seseorang telah mencapai keadaan ini, maka mintalah pembenaran atas kesembronoan mujahadah. Janganlah menilai apa yang dilakukan oleh Allah kepadamu dan makhluk lain. Bukankah engkau telah mendengar firman-Nya:”Dia tidak akan ditanya tentang apa yang dilakukan-Nya. Merekalah yang akan ditanyai oleh-Nya.” Dimana kepatuhanmu kepada Allah, bila tidak memiliki akhlak yang baik. Bila tidak, engkau akan keluar dari dunia sebagai orang yang terhina. Bila engkau memperbaiki adab dan menetapinya, engkau duduk dan memuliakannya. Orang yang mencintai Allah adalah tamu-Nya. Seorang tamu tidak boleh memilih makanan, minuman, pakaian, dan segala sesuatunya dari pemilik rumah. Akan tetapi, dia harus tenang, sabar, dan rela. Oleh karena itu, tidak salah bila dikatakan, “Berbahagialah dengan apa yang engkau lihat dan temui. Barangsiapa yang mengenal Allah, maka dunia akhirat, dan segala sesuatu selain-Nya akan hilang dari hatinya.” Berkatalah karena Allah. Bila tidak mampu, maka diam lebih baik bagimu. Hendaklah hidupmu berada dalam ketaatan. Bila tidak mampu, maka kematian lebih baik bagimu. Ya Allah hidupkanlah kami dalam mentaati-Mu dan bangkitkanlah kami bersama ahli ketaatan kepada-Mu. Amiin. Hasan al-Bashri bertutur: “Orang mukmin adalah orang yang meninggalkan dirinya, serta menemani syaikh yang mengajarinya budi pekerti dan ilmu. Dia tidak pernah berhenti untuk selalu belajar sejak kecil sampai meninggal dunia, dalam keadaan pertamanya: membaca dan menjaga kitab Allah; dan dalam keadaan selanjutnya. Orang alim mengajrakan Sunnah Rasul dan terus memohon pertolongan kepada Allah dalam menetapinya, beramal dengan ilmunya, sehingga amalnya mendekatkannya kepada Allah. Setiap kali dia beramal dengan ilmunya, Allah akan mewariskan pengetahuan yang belum dia ketahui, menguatkan hatinya dalam menapaki hidup. Sesungguhnya ikhlas dapat mendekatkan diri kepada Allah. Bila engkau beramal tetapi melihat, hatimu tidak semakin dekat dengan Allah, maka ketahuilah bahwa engkau belum beramal dan kau terhalang karena unsur yang menghilangkan nilai amalmu. Apakah unsur tersebut? Riya, munafik, ujub. Wahai engkau yang beramal, hendaklah berbuat dengan ikhlas. Bila tidak mampu, maka janganlah bersusah payah. Peliharalah perasaan selalu diawasi Allah, baik saat sepi maupun saat ramai. Merasa diawasi saat ramai saja adalah perilaku orang Munafik, sedangkan merasa diawasi baik di tengah keramaian maupun ketika sendiri adalah perilaku seorang mukhlis. Ingatlah, bila engkau menyaksikan orang yang membaguskan dirinya, maka pejamkan matamu. Saya memandang jiwa, hawa nafsu, dan tabiatmu. Ingatlah pandangan Allah kepadamu dan bacalah: Sesungguhnya dalam pergantian malam dan siang, dan pada semua ciptaan Allah di langit dan di bumi, terdapat tanda-tanda untuk orang-orang yang bertakwa (QS 10:61) Takutlah kepada Allah, pejamkan matamu dari sesuatu yang diharamkan-Nya. Ingatlah pandangan Zat yang senantiasa mengawasi dan mengetahuimu. Bila engkau tidak dapat memandang Allah dan tidak menyimpang dari-Nya, maka cukuplah ibadahmu kepada-Nya dan kau menjadi seorang hamba yang benar dan termasuk golongan yang difirmankan Allah: Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, tidak ada penolong bagimu untuk menguasai mereka (QS 15: 42) Apabila syukurmu kepada Allah telah benar, Allah akan menanmkan dalam hati dan lisan makhluk lain untuk bersyukur dan mengasihimu. Saat itu, tiada jalan bagi setan dan tentaranya untuk menguasaimu. Meninggalkan doa merupakan ‘azimah, dan sibuk dengannya merupakan keringanan. Doa adalah jiwa bagi orang yang tenggelam kepada Allah dan timbangan bagi orang-orang yang tertahan, sampai terlepas dari tahanan dan masuk ke kerajaan. Oleh karena itu, jadilah orang yang berakal. Engkau bergantung pada apa yang kau perbagus. Engkau meninggalkan doa dan tidak membaguskan apa yang kau serukan. Segala sesuatu membutuhkan niat, akal dan teladan, bagi yang tidak tahu, Engkau bergantung pada apa yang kau pikirkan tentang apa yang ada di sisi Allah dan hamba-hamba-Nya yang salih. Karenanya, mengapa kau berprasangka buruk kepada mereka. Jangan terlintas dalam hatimu prasangka buruk kepada pemimpin agamamu dan tentang bagaimana keadaanmu bersama mereka. Janganlah berpaling dari apa yang telah ditetapkan, selagi tidak berlawanan dengan syariat. Mereka berada di hadapan Allah dari sisi zahir dan batin. Hatinya senantiasa tidak merasa tenang dari rasa takut hingga dirinya menjadi tenang dan mempunyai jaminan keselamatan. Bersatulah di bumi wahai hamba-hamba Allah dan para ahli zuhud. Belajarlah dari segala sesuatu berupa berita yang tidak kau ketahui. Selamilah kitab saya yang mengajarkan sesuatu yang tidak pernah kalian temui sebelumnya. Di dalam hati ada kitab. Di dalam rahasia, jiwa dan anggota tubuh ada kitab, yakni tingkatan serta langkah-langkah yang dihitung. Langkah pertama apa yang cocok buatmu adalah bagaimana supaya sampai ke tingkat kedua? Bila Islammu benar, maka bagaimana supaya sampai pada iman? Bila imanmu sudah benar, maka bagaimana supaya sampai pada keyakinan? Bila keyakinan sudah benar, bagaimana supaya kau meraih makrifat dan kewalian? Jadilah orang yang berakal. Engkau tidaklah berada di atas sesuatu. Setiap dirimu mencari kepemimpinan di tengah makhluk tanpa alat yang sesuai. Padahal, menjadi pemimpin bagi makhluk harus diawali dengan zuhud di dunia dari hawa nafsu, tabiat dan kehendak. Kepemimpinan datang dari langit, bukan dari bumi. Kewalian datang dari Allah SWT, bukan dari makhluk. Selamanya, jadilah orang yang mengikuti, bukan diikuti; yang menemani, bukan ditemani. Ridha dengan kehinaan dan kedunguan. Dan di sisi Allah, engkau akan menjadi kebalikannya, maka hal tersebut akan datang pada waktunya. Tunduklah dan serahkandirimu kepada Allah, serta tinggalkan upaya, kekuatan, keberpalingan, dan persekutuanmu dengan makhluk dan dirimu. Beribadahlah senantiasa, yakni menjalankan perintah dan menjauhi larangan, serta bersabar terhadap segala kesulitan. Fondasi itu semua adalah tauhid dan sikap istiqamah. Menetapi amal salih merupakan fondasi dari apa yang kalian putuskan; di atas fondasi apa kau membangun? Niat yang benar tergantung pada perkataanmu? Diammu akan menjadi kesempurnaan bagimu. Bagaimana kau berkata kepada makhluk sebagai pengganti para rasul, karena mereka adalah orang-orang yang senantiasa berbicara dengan makhluk? Apabila mereka telah pergi (meninggal), maka Allah akan membangkitkan para ulama yang beramal dengan ilmunya dan menjadikan para ulama itu sebagai para pewarisnya. Barangsiapa yang ingin menduduki maqam Rasul, maka dia akan menjadi makhluk tersuci pada zamannya dan paling mengetahui tentang hukum dan ilmu Allah SWT. Mereka senantiasa menganggap bahwa urusan ini mudah dan ringan. Wahai kau yang tidak mengenal Allah, para rasul-Nya, dan para kekasih-Nya yang salih. Wahai kau yang bersikap bodoh terhadap diri, tabiat, dunia, dan akhirat mereka. Diamlah sehingga kalian dapat berbicara, hidup, bangkit dan datang. Barangsiapa yang ilmunya dapat menundukkan hawa nafsunya, maka itulah ilmu yang bermanfaat. Bagaimana tidak bermanfaat, sementara dirinya telah mengunci rapat-rapat pintu para makhluk dan membuka pintu Allah yang merupakan pintu terbesar? Apabila penguncian dan pembukaan ini benar bagi seseorang, maka akan hilanglah dia dari keramaian dan muncul dari-Nya rahmat dan akan datanglah khalwat, menuju hatinya dan bertebaran di dalamnya. Akan datang pula kunci-kunci, kulit-kulit bertebaran dan isinya tetap. Jalan hawa nafsu tertutup, dikalahkan dan dipaksa, sehingga jalan menuju Allah terbuka, dan nampaklah jalan besar, jalan yang dikehendakinya, yakni jalan orang-orang terdahulu; para nabi, rasul, dan wali Allah; jalan bersih tanpa kotoran; jalan tauhid tanpa kemusyrikan; jalan penyerahan tanpa pertentangan; jalan kebenaran tanpa dusta; jalan menuju Allah tanpa makhluk; jalan akibat tanpa sebab; serta jalan yang telah dilalui para pemimpin agama, para sultan dan para raja makrifat. Mereka adalah kekasih-kekasih Allah, orang-orang yang dimuliakan, yang menolong agamanya, serta yang kembali dan mencintai agamanya. Ingatlah, bagaimana engkau menyerukan jalan kepada masyarakat, sedangkau kau sendiri menyekutukan dengan dirimu dan orang lain? Tidak ada keimanan bagimu di atas permukaan bumi, jika kau menakuti orang-orang. Tiada kezuhudan, bila di dunia kamu mengharapkannya. Engkau tidak bertauhid bila belum melihat yang lain berada di jalanmu menuju Allah. Orang arif terasing di dunia dan akhirat, zuhud di dalam keduanya dan zuhud terhadap sesuatu selain Allah. Tidak ada kecintaan kepada yang lainnya. Wahai kaum mukmin, dengarkanlah suara saya dan hilangkanlah kesusahan dari dirimu. Bagaimana mungkin kau merasa susah dan mengiba-iba, padahal saya sangat menyayangi kalian, ikut menanggung kesulitan-kesulitan kalian, menambal kelemahan amal-amal kalian, serta menolong kalian semua menuju Allah supaya menerima akal kalian dan menghapus kesalahan kalian? Barangsiapa yang mengenal saya, dia tidak akan berpisah dengan saya sampai maut datang, lalu dia menganggap saya sebagai keinginan, kelezatan, makanan, minuman, dan pakaiannya. Dia akan merasa cukup dengan saya, tanpa yang lainnya. Bagaimana kau tidak mengharapkan saya, padahal saya mengharapkanmu? Saya mengharapkan kemanfaatan dan keselamatanmu dari kekuasaan dunia yang dapat membinasakan dan melalaikan. Kapan engkau menyiapkan penggantinya? Dalam waktu dekat dia dapat membidik dan membunuhmu. Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang mencintai-Nya tertipu oleh dunia, walaupun sekejap. Tidak aman dunia berada dengannya dan tidak meninggalkannya dalam kondisi seperti itu, juga bersama yang lainnya. Allah akan bersama mereka dan mereka akan senantiasa bersama-Nya. Selamanya hati mereka selalu berzikir, hadir di hadapan-Nya, berpaling dari selain-Nya, dan hanya kepada-Nya dia menghadap. Allah bersama mereka dan memelihara serta bersikap ramah kepada mereka. Ya Allah jadikanlah kami termasuk ke dalam golongan mereka dan peliharalah kami sebagaimana Engkau memelihara mereka. Karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat serta jagalah kami dari siksa api neraka. Wahai orang munafik, ingatlah bahwa Allah demikian nyata bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Dia telah memanggil mereka dan mengumpulkan hati para makhluk-Nya bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Dialah yang menundukkan mereka. Dan, dengan sifat munafik, kau ingin mengumpulkan hati para makhluk agar tertuju padamu. Hal itu tidak akan berhasil. Tinggalkanlah syahwatmu dan letakkan di bawah kakimu. Berpalinglah darinya dengan sepenuh hatimu. Jika di dalam dirimu ada sesuatu darinya di dalam ilmu Allah yang terdahulu, maka pada waktunya akan datang kepadamu. Karenanya, tidak dibenarkan bersikap zuhud di dalamnya. Ilmu Allah tidak akan berubah dan tidak berganti. Pada waktunya akan datang bagian yang nikmat, mencukupi dan baik untukmu. Oleh karena itu, sambutlah dengan tangan kemuliaan, bukan tangan kehinaan. Engkau juga telah meraih pahala zuhud di dalamnya. Allah akan memandangmu dengan pandangan kemuliaan karena kau sungguh-sungguh mengusahakannya. Ketika bagianmu telah lepas, maka kau berhubungan dengannya dan mempersiapkan penggantimu. Zuhud di dalamnya tidak sah. Akan tetapi, hendaklah berpaling sebelum datangnya. Belajarlah tentang sikap zuhud dan bagaimana meraih sesuatu. Janganlah duduk di pojokmu dengan penuh kebodohan. Pahamkanlah dirimu baru kemudian beruzlah. Pahamillah hukum-hukum Allah dan beramallah dengannya, kemudaian beruzlah-lah dari segalanya, selain dengan seorang ulama yang mengenal Allah. Sebab, pergaulanmu dengannya, dan mendengarkan ucapannya lebih utama daripada beruzlah. Apabila kau melihat salah seorang dari mereka, maka ikuti dan belajarlah mengenai pemahaman tentang ilmu yang berkenaan dengan Allah dan makrifat kepada-Nya. Pahamilah perkataanya dengan pendengaranmu, sebab ilmu diambil dari lisan orang seperti itu, yakni para ulama yang mengetahui hukum-hukum Allah. Apabila engkau telah benar dalam hal tersebut, maka menyendirilah tanpa nafsu, setan, hawa nafsu, tabiat, kebiasaan dan pandangan orang lain. Jika uzlahmu benar maka para malaikat, ruh orang-orang salih dan cita-cita mereka akan berada di sekelilingmu. Sesungguhnya menyendiri dari makhluk adalah dengan aturan ini. Bila tidak, maka kesendirianmu adalah kemunafikan dan menyia-nyiakan waktu tanpa hasil, kau akan berada dalam api di dunia dan akhirat. Di dunia akan mendapatkan panasnya bahaya, sedangkan di akhirat akan disiapkan neraka bagi orang-orang yang munafik dan kafir. Ya Allah anugerahkanlah ampunan, penutup, pembebasan, dan tobat kepada kami. Janganlah engkau menyingkap penutup kami dan jangan pula Engkau menyiksa kami karena dosa-dosa yang kami lakukan. Ya Allah Wahai Zat Yang Maha Mulia. Engkau telah berfirman, “Dialah yang menerima tobat hamba-hamba-Nya dan memaafkan keburukan-keburukan mereka.” (QS 26: 25) Oleh karena itu, ampunilah diri kami dan maafkanlah kami. Amiin. Celakalah, bila kau meninggalkan ilmu, bergembira dan marah seperti gembira dan marahnya orang-orang bodoh. Kebahagiaanmu akan dunia dan penerimaan makhluk terhadap dirimu dapat membuat lupa akan hikmah dan hal itu dapat mengenaskan hatimu. Orang Mukmin tidak akan bergembira, kecuali dengan Allah. Bila demikian, maka berbahagialah. Apabila dunia dan kelezatannya ada di dalam ketaatan kepada Allah, hal itu akan bermanfaat bagi para pengkhidmat Allah dan akan mengubah mereka karena ketaatan mereka kepada Allah. Peliharalah rasa takut kepada Allah senantiasa, di malam hari dan siang hari hingga dikatakan ke dalam hati dan batinmu: Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnyaAku bersama kalian; Aku mendengar dan melihat (QS 20: 46) Sebagaimana hal tersebut pernah dikatakan kepada Nabi Musa dan Harun. Akan tetapi, kau tidaklah seperti mereka, karena kau hanya mengumpulkan dan memelihara ilmu tanpa pengamalan, sehingga tidak salah bila kau tidak mewarisinya. Sebab, pewarisan hanya benar bila dengan ilmu, amal dan ikhlas. Saya tahu kedudukanmu. Janganlah memperpanjang keinginan pada sesuatu yang tidak akan diberikan kepadamu. Sesuaikanlah dirimu dengan apa yang ditetapkan oleh Allah. Tidak ada salahnya, karena Allah akan menolongmu, bersikap lembut kepadamu, akan meringankan beban-beban dirimu, serta akan mengasihimu di dunia dan akhirat. Orang mukmin, bila kuat imannya, maka disebut orang yang yakin. Jika kuat keyakinannya, maka disebut arif. Bila ma’rifatnya kuat, maka disebut alim. Bila ilmunya kuat, maka disebut pecinta. Bila cintanya kuat, maka dia disebut orang yang dicintai. Bila semuanya sudah benar, maka dia disebut sebagai orang kaya, orang yang didekatkan, dan orang yang ramah dengan mendekati Allah. Allah akan menampakkan kepadanya rahasia hukum-hukum ilmu, masa lalu dan masa yang akan datang, serta perintah dan takdir-Nya. Hal itu bergantung pada tujuan dan apa yang dia berikan, berupa kekuatan hati dan keluasannya. Kemudian dia senantiasa teguh bersama Rabb-nya dan mengeluarkan makhluk dari dalam hatinya. Apabila ilmu Allah yang terdahulu datang kepadanya bersama makanan, minuman, pakaian dan wanita yang dinikahi, dia tidak akan mendapatkan orang yang dapat meraihnya karena tidak ada yang memberikan jalan kepadanya. Dia akan menemukan Allah untuk meraihnya, supaya amalnya tidak batal dan Allah menciptakan makhluk lain, serta menumbuhkannya supaya tidak batal apa yang telah dirancang dengan ilmu-Nya, kemudian orang tersebut akan menelan bagiannya sebagaimana seorang anak kecil menelan makanannya. Seperti seorang ibu yang menyodorkan sari anggur yang dimasak ke dalam mulut anaknya yang menetek. Bagiannya hilang di mulutnya dan dia terbisa untuk memakannya. Sebagaimana kebiasaan orang sakit yang meraih minuman. Bahkan, yang terdahulu, ini mendidik orang mukmin, yang arif dan membidangi dengan mengambil kebaikan untuknya dan menolak kerusakannya. Tangan rahmat menghadapinya dari arah kanan dan kirinya. Bahkan kelembutan akan meliputinya. Wahai engkau yang kecewa, yang tidak mengenal Allah dan tidak berhubungan dengan rahmat-Nya. Wahai orang yang tidak beruntung dan memutuskan hubungan dengan Allah dalam hatinya serta tidak berhubungan dengan-Nya secara rahasia dan berpegang kepada kelembutan dan karunia-Nya. Kepada kalian kaum mukmin, ingatlah bahwa Allah menguasai pendidikan hati para shiddiqin, dari kecil sampai besar. Ketika Allah menimpakan ujian kepadanya dan melihat kesabarannya, maka hati orang tersebut semakin dekat kepada-Nya. Bahaya-bahaya tidak dapat memaksa dan membebaninya. Bagaimana membebaninya padahal dia berjalan dan hatinya bersayap seperti burung yang terbang? Jadilah pelayan masyarakat. Ridhalah kepada mereka, berkhidmatlah kepada mereka. Apabila teru melakukan ini, maka kau akan menjadi pemimpin. Barangsiapa yang bertawadhu kepada Allah dan hamba-hamba-Nya yang salih, Allah akan mengangkat derajatnya di dunia dan akhirat. Jika kau menanggung suatu masyarakat dan berkhidmat kepada mereka, maka Allah akan mengangkat kedudukanmu bagi mereka dan menjadikanmu pemimpinnya. Lantas bagaimana bila kau berkhidmat kepada hamba-hamba pilihan-Nya? Ya Allah, alirkanlah kebaikan dari tangan dan lisan kami, serta jadikanlah kami sebagai ahli kelembutan dan pertolongan-Mu [] (Syaikh Abdul Qadir Jailani)