Monday, July 23, 2012

Memahami Agama

Nabi saw. bersabda, “Apabila Allah telah menghendaki kebaikan untuk hamba-Nya, maka Dia akan memberinya pemahaman agama dan Dia akan memperlihatkan kepadanya kekurangan dirinya.” Memahami agama adalah sebab untuk mengenal diri. Barangsiapa yang mengenal Tuhannya Azza wa Jalla, maka dia mengetahui segala sesuatu yang menunjang peribadahannya dan membebaskan dirinya dari peribadahan kepada sesuatu selain-Nya. Tidak ada keberuntungan yang akan kau dapat, tidak juga keselamatan, sampai engkau bisa mempengaruhi orang lain untuk berbuat baik. Engkau tidak akan mendapat keselamatan hingga kau bisa mengutamakan agama di atas syahwat, mengutamakan akhirat di atas dunia, mengutamakan Pencipta di atas makhluk. Kebinasaanmu terletak pada kebiasaanmu mendahulukan syahwat di atas agama, mendahulukan dunia di atas akhirat, dan mendahulukan makhluk di atas Khalik. Amalkanlah ini, dan itu cukup untukmu. Jika engkau tetap dalam keadaan demikian, maka engkau bisa terhalang dari Allah Azza wa Jalla. Tidak ada balasan untukmu. Sebab, balasan itu akan muncul setelah ada permintaan. Jika engkau memenuhinya dengan amal, niscaya Dia akan membalas amal perbuatanmu pada waktu engkau memohon kepada-Nya. Keberadaan tanaman akan terbukti setelah seseorang menanamnya. Oleh karena itu, bertanamlah sehingga engkau bisa menuai hasil tanamanmu. Nabi saw. bersabda, “Dunia adalah ladang akhirat.” Hendaklah engkau bertanam keimanan, dengan hati dan badan. Hendaklah engkau membajaknya dengan baik, mendatangkan air yang cukup, serta menyiraminya dengan amal salih. Jika hatimu telah menjadi lembut, halus, dan penuh kasih, maka tanamanmu akan tumbuh di sana. Jika hatimu keras dan kasar, berarti tanah tempat bertanam itu gersang, dan tanah yang gersang tidak dapat menumbuhkan tanaman. Jika engkau menanam dengan modal kebodohan maka tidak akan tumbuh apa-apa di sana, bahkan hanya akan mendekati kehancuran. Pelajarilah perihal tanaman yang kau tanam dari petaninya. Janganlah merasa cukup hanya menurut pendapatmu sendiri. Nabi saw. bersabda, “Minta tolonglah engkau dalam setiap pekerjaanmu kepada ahlinya.” Tidak jarang engkau disibukkan oleh tanaman dunia, bukan oleh tanaman akhirat. Tidakkah engkau tahu bahwa pencari dunia tidak akan beruntung tanpa disertai akhiratnya? Sungguh hal itu tidak dipandang oleh Allah. Apabila engkau menghendaki akhirat berarti engkau harus meninggalkan dunia. Bila engkau menghendaki Allah Azza wa Jalla berarti engkau harus meninggalkan dunia dan segenap makhluk. Dengan begitu, niscaya engkau akan mencapai-Nya. Apabila engkau telah melakukannya dengan benar, maka akan datang kepadamu dunia dan akhirat, juga bagianmu dari harta dan segenap makhluk akan mengikutimu dengan penuh kepatuhan. Sebab, pada saat itu, yang utama telah kau miliki, sedangkan tiap-tiap cabang selalu mengikuti yang utama. Hendaklah engkau menjadi orang yang berakal. Tidak ada keimanan dalam dirimu jika tidak ada akal dalam dirimu. Tidak ada keistimewaan dalam dirimu jika engkau berdiri bersama makhluk dan bersekutu dengannya. Engkau akan binasa atau celaka jika engkau tidak bertobat. Doronglah dirimu menuju jalan kaum Muslim. Doronglah dirimu menuju pintu mereka. Janganlah engkau berdekatan dengan mereka hanya dengan badanmu saja, dan tidak disertai hatimu. Janganlah berdekatan dengan mereka disertai kemunafikan, pengakuan, dan kegilaanmu. Sesungguhnya engkau harus berdekatan dengan mereka disertai hati dan batinmu, dengan tawakal dan sabar atas bencana, serta ridha atas bagianmu. Wahai anakku, hendaklah kau tetap berada di sisi Allah Azza wa Jalla, ketika bencana turun menimpamu, dan hendaklah tetap berada pada pijakan mencintai-Nya, dan janganlah engkau berubah. Sebab, angin dan hujan tidak akan memusnahkanmu; tombak pun tidak akan merobek dirimu. Engkau mesti tetap tabah lahir dan batin; tetap berada di tempat yang tidak dihuni oleh makhluk. Sebab, tidak ada dunia dan tidak ada akhirat; juga tidak ada hak dan tidak ada bagian di sana. Tidak ada rasa sakit dan tidak ada “bagaimana” di sana; juga tidak ada yang lainnya selain Allah Azza wa Jalla. Upayamu untuk memperhatikan makhluk dan menanggung biaya keluargamu jangan sampai mengotori dirimu. Janganlah engkau berubah karena sesuatu yang sedikit atau banyak. Janganlah berubah karena cacian atau pujian. Jangan pula berubah karena orang lain menghadap kepadamu atau membelakangimu. Engkau akan selalu berada bersama-Nya di luar jangkauan daya pikir manusia, jin, malaikat dan makhluk lainnya secara menyeluruh. Sungguh baik apa yang dikatakan sebagian ulama tatkala mereka berkata, “Engkau mesti bersikap jujur. Jika tidak, jangan mengikuti kami.” Sikap sabar, ikhlas, dan jujur merupakan dasar bagi apa yang telah saya jelaskan kepadamu. Engkau menghendaki saya untuk berbuat munafik kepadamu dan berlemah-lembut kepadamu dalam berbicara, agar engkau merasa senang dan ujub serta menyangka bahwa semua itu ada artinya? Tidak, sungguh tidak ada kemuliaan dalam hal itu. Saya adalah api. Tidak ada yang bisa bertahan di atas bara api kecuali baja yang diam dan duduk di atas bara api. Berusahalah dengan sungguh-sungguh, agar engkau bisa menjadi baja yang tetap diam di atas bara api bencana, konsisten untuk tetap berjuang dalam kesulitan, dan bersabar untuk menjalani qadha dan qadar. Dengan begitu, engkau bisa bersabar untuk menemani saya, mendengarkan ucapan dan kekasaran saya. Mengamalkan lahir dan batin, baik secara sembunyi maupun terang-terangan. Pada awalnya dalam kesendirian. Kemudian secara terbuka, dan selanjutnya engkau lakukan dengan wujudmu. Jika hal ini telah kau lakukan dengan benar, maka akan datang keberuntungan dunia dan akhirat dengan kehendak Allah dan takdir-Nya. Saya tidak menolong seseorang dari makhluk dalam suatu hal. Yang menolong adalah Allah Azza wa Jalla. Di antara hak Allah, saya tidak melirik kepada seorang pun di antara mereka dalam sesuatu hal tanpa keajaiban. Akan tetapi, saya bisa menjadi kuat dengan pertolongan-Nya dalam memenuhi hak-Nya dari makhluk-Nya. Saya tidak lemah dan saya kuat dengan diri saya dan bisa menyesuaikannya dengan mereka. Di antara ulama ada yang berkata, “Hendaklah engkau menunaikan hak-hak Allah pada makhluk dan jangan menunaikan hak-hak makhluk kepada-Nya.” Hendaklah engkau mengalahkan orang yang kalah dan memulihkan orang yang ingin pulih. Bagaimana saya akan menyukaimu, sementara engkau sendiri telah mendurhakai Allah Azza wa Jalla, meremehkan perintah dan larangan-Nya, menentang-Nya dalam qadha dan qadar-Nya, serta menolak-Nya baik di saat siang maupun di malam hari. Jika demikian, engkau akan dimurkai dan dilaknat oleh-Nya. Allah SWT telah berkata dalam sebagian firman-Nya, “Apabila kalian taat, niscaya Aku ridha. Apabila Aku ridha, niscaya kalian akan mendapatkan berkah, dan berkah-Ku, tidaklah ada akhirnya. Apabila kalian durhaka, niscaya Aku murka. Apabila Aku murka, niscaya Aku akan melaknat, dan laknat-Ku sampai turunan ketujuh.” Zaman ini adalah zaman dimana banyak orang menukar agama dengan buah tin, zaman ketika angan-angan semakin tinggi dan ketamakan semakin kuat. Oleh karena itu, hendaklah engkau berjuang agar tidak termasuk orang yang telah difirmankan oleh Allah di atas. Allah juga berfirman: Kami menghadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami menjadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan (QS 25: 23) Artinya, setiap pekerjaan yang dilakukan bertujuan kepada selain Allah Azza wa Jalla, maka perbuatan itu bagaikan debu yang beterbangan. Celakalah, jika urusanmu samar bagi orang awam tetapi tidak samar bagi orang khusus atau orang pandai. Pada umumnya kesamaran tersebut disebabkan kekacauanmu sendiri. Orang bodoh merasa samar, tetapi orang pandai tidak akan pernah tersamar. Hendaklah engkau beramal dan bersikap ikhlas dalam amalmu. Hendaklah engkau menyibukkan dirimu dengan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dan meninggalkan kesibukan yang tidak berguna bagimu. Janganlah menyibukkan dirimu dengan apa yang memudharatkanmu dan dengan meremehkan dirimu sendiri; sehingga engkau memaksa, menghina, menaklukan dan menjadikan dirimu sebagai binatang tunggangan serta memutuskan kehidupan dunia; sehingga engkau bisa mencapai akhirat, memutuskan hubunganmu dengan makhluk sampai engkau mencapai Allah Azza wa Jalla. Kemudian, jika hal itu telah sempurna engkau lakukan dan dirimu menjadi kuat, maka engkau akan diikuti oleh orang lain. Dari dunia engkau mengeluarkannya, dan kepada Allah engkau mendahulukannya. Engkau harus benar dalam pembicaraan. Janganlah memalingkan arti, karena yang memalingkan arti berarti khianat. Janganlah merasa takut terhadap makhluk dan jangan menggantungkan harapan kepadanya. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk iman yang lemah. Jika bisa melakukan hal seperti itu, maka engkau benar-benar telah menjunjung tinggi tujuanmu. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla yang memberimu ukuran tujuan, kejujuran, dan keikhlasanmu. Oleh karena itu, hendaklah engkau bersungguh-sungguh, tempuh dan carilah olehmu, karena sesuatu tidak akan datang kepadamu dengan sendirinya. Engkau harus berusaha dalam menghasilkan amal saleh sebagaimana berusaha dalam menghasilkan rezeki. Engkau harus menyadari bahwa setan bermain dengan orang-orang awam sebagaimana penunggang kuda bermain dengan talinya. Setan memutarkan apa saja yang dia kehendaki sebagaimana seseorang di antara engkau semua memutarkan kendaraannya sesuai dengan yang dia kehendaki. Setan memukul punggung hati mereka dan menurunkannya dari akal yang cerdas, mengeluarkannya dari tempat ibadah dan menempatkannya sebagai pelayannya. Sementara hawa nafsu menolong perbuatan setan itu dan menyiapkan jalannya. Wahai anakku, hendaklah engkau memukul dirimu sendiri dengan cemeti kelaparan dan mencegah diri dari syahwat, kesenangan dan kebohongan. Hendaklah engkau memukul hatimu dengan cemeti ketakutan dan muqarabah. Hendaklah engkau menjadikan istighfar sebagai ketekunan diri, hati serta batinmu. Sebab, masing-masing bagian mempunyai dosanya sendiri. Tetapi engkau bersama mereka dengan menyesuaikan diri dan mengikuti aturan-Nya dalam segala hal. Kepada orang yang sedikit pengertiannya, sadarilah bahwa sesungguhnya takdir tidak mungkin engkau tolak, tidak mungkin kau ubah, tidak mungkin kau hapus, serta tidak mungkin kau ingkari. Kau tidak dapat menolaknya kecuali apa yang Dia kehendaki. Jika tidak datang kepadamu kecuali apa yang Dia kehendaki, maka engkau tidak perlu menghendakinya. Apabila Dia tidak menghendaki sesuatu yang tidak sempurna maka engkau jangan merepotkan diri dan hatimu dalam hal itu. Hendaklah engkau memasrahkan segalanya kepada Allah. Hubungkan dirimu kepada tangan rahmat-Nya dengan senantiasa bertobat kepada-Nya. Apabila engkau bisa melakukannya dengan baik selama hidup, maka akan hilanglah dunia dari matahati dan kepalamu; dan mudahlah bagimu untuk menghadapi musibah, meninggalkan syahwat dunia dan kesenangannya. Hendaklah engkau tidak mengadu karena gigitan dan sengatan dunia yang terjadi pada dirimu. Hendaklah engkau tidak mengadu karena sakitnya siksaan, seperti yang dilakukan oleh Asiyah r.a., istri Fir’aun ketika dia menyatakan imannya kepada Allah Azza wa Jalla. Lalu Fir’aun memerintahkan untuk menyiksa dan menancapkan pasak besi pada kedua tangan dan kaki Asiyah, kemudian menyiksanya dengan cemeti. Asiyah mengangkat kepalanya ke langit, lalu dia melihat pintu-pintu surga terbuka dan malaikat membangun rumah untuknya di sana. Datanglah Malaikat maut kepadanya untuk mencabut ruhnya dan berkata kepadanya, “Rumah ini untuk Anda,” Asiyah pun tersenyum dan hilanglah rasa sakit akibat siksaan yang dia derita. Dia berkata, sebagaimana firman Allah : Ya, Tuhanku, bangunkan untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga (QS 66:11) Engkau juga seharusnya seperti itu. Sebab engkau melihat dengan matahatimu dan dengan keyakinanmu terhadap apa yang terjadi. Kemudian engkau bersikap sabar atas siksaan dan bencana. Lalu engkau keluar dari daya dan kekuatanmu. Engkau tidak mengambil, memberi, bergerak dan tidak tinggal kecuali dengan daya dan kekuatan dari Allah. Engkau merasa fana (rusak) di hadapan-Nya, engkau menyerahkan segala urusanmu kepada-Nya. Engkau bersesuaian dengan-Nya, baik dalam dirimu maupun dalam makhluk. Oleh karena itu, janganlah mengatur bersama aturan-Nya. Janganlah menetapkan hukum bersama hukum-Nya. Janganlah memilih bersama pilihan-Nya. Barangsiapa yang mengenal keadaan ini maka dia tidak perlu lagi mencari yang lain-Nya. Dia tidak punya keinginan selain Dia. Bagaimana mungkin orang yang berakal tidak mengharapkan keadaan ini, sedangkan berhubungan dengan Allah Azza wa Jalla tidak akan sempurna kecuali dengan hal ini? [] (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

No comments:

Post a Comment