Monday, July 23, 2012

Menengok Orang Sakit

Nabi saw. bersabda, “Tengoklah orang sakit dan antarkanlah jenazah, karena yang demikian itu akan mengingatkanmu pada hari akhirat.” Rasulullah saw. dengan hadis tersebut di atas bermaksud untuk mengingatkan kalian semua agar senantiasa ingat pada hari akhirat. Tetapi kalian menghindar dari mengingatnya dan lebih mencintai dunia. Jika demikian, dalam waktu dekat, akan ada penghalang antara dirimu dengan dunia yang tanpa urusan. Semua hal itu akan diambil dari tanganmu, juga segala hal yang telah membuatmu bahagia. Kebencian akan mendatangimu. Kesedihan akan datang kepadamu dan menggantikan kesenangan. Ingatlah, wahai orang yang lalai dan hina, sesungguhnya diri kalian diciptakan bukan untuk dunia, tetapi sesungguhnya kalian diciptakan untuk akhirat. Kalian adalah orang yang lalai dari apa yang seharusnya kalian lakukan. Kalian benar-benar telah menjadikan tujuan hidup kalian hanya untuk syahwat, kesenangan dan mengumpulkan dunia berupa dinar. Kalian juga telah menyibukkan anggota badan kalian hanya untuk main-main. Apabila Allah mengingatkan kalian dengan peringatan akhirat dan kematian, kalian akan berkata,”Kehidupanku telah menghalangiku.” Kalian memberi isyarat dengan kepala kalian. Sementara telah datang kepada kalian semua peringatan kematian yaitu uban-uban yang tumbuh di kepala kalian, kemudian kalian mencukur atau menyemirnya dengan warna hitam. Jika ajal kalian telah tiba, lalu apa yang akan kalian lakukan? Jika malaikat maut telah datang mendatangi kalian disertai para pembantunya, lantas dengan apa kalian bisa menolaknya? Jika rezeki kalian telah diputus dan masa hidup kalian telah habis, kemudian dengan cara bagaimana kalian bersikap sombong? Oleh karena itu, tinggalkanlah kegilaan itu. Ingatlah sesungguhnya dunia diciptakan untuk beramal. Jika kalian beramal di dunia, kalian akan diberi pahala. Jika kalian tidak beramal di dalamnya, lalu apa yang diberikan? Dunia adalah tempat beramal dan tempat kesabaran atas penderitaan. Dunia merupakan tempat rasa capek, sedangkan akhirat merupakan tempat ketenangan. Orang yang beriman akan membuat dirinya lelah di dunia sehingga sama sekali tidak merasa senang atau santai. Sementara kalian sering bergegas-gegas demi ketenangan dan mengulur waktu untuk segera bertobat. Kalian menunda untuk bertobat hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun sehingga habislah masa kalian. Tidak lama lagi kalian akan menyesal. Bagaimana mungkin kalian tidak menerima nasihat? Bagaimana mungkin kalian tidak menyadari, tidak jujur, dan terus menerus bersikap tidak jujur. Sungguh kalian akan celaka jika pokok atap kehidupan kalian telah hancur. Kepada orang yang tertipu, hendaklah engkau sadar, bahwa dinding kehidupanmu telah jatuh menimpa rumah yang engkau robohkan, lalu engkau pindah ke tempat lain. Oleh karena itu, carilah rumah akhirat dan langkahkanlah kakimu ke sana. Yang menjadi kaki untuk melangkah adalah amal-amal salihmu. Hendaklah engkau memberikan hartamu untuk akhirat sehingga engkau mendapatkannya ketika engkau telah sampai di sana. Orang yang tertipu oleh dunia, yang menyibukkan diri tanpa menghasilkan apa-apa, serta yang meninggalkan aspek batin dan sibuk dengan pelayanan pada makhluk, sungguh engkau akan celaka. Sebab akhirat tidak dapat berkumpul dengan dunia, karena akhirat tidak ridha kepada dunia. Oleh karena itu hendaklah engkau mengeluarkan dunia dari dalam hatimu, pasti engkau dapat melihat akhirat; bagaimana dia datang dan menetap dalam hatimu. Jika hal itu telah sempurna dalam dirimu, ia akan mendorongmu untuk dekat kepada Allah Azza wa Jalla. Pada saat itu, hendaklah engkau merasa membutuhkan akhirat dan carilah, sehingga di sana kebaikan hati dan kebersihan batin akan menjadi sempurna. Wahai anakku, sadarilah bahwa jika hatimu telah menjadi benar atau sehat, maka Allah Azza wa Jalla, malaikat, dan orang-orang yang berilmu akan bersaksi, semuanya akan tampil untukmu dengan pengakuan dan bersaksi untukmu. Apa yang engkau butuhkan, engkau bersaksi atas sehatnya hati yang ada dalam dirimu. Jika hal ini telah sempurna dalam dirimu, engkau akan menjadi seperti gunung yang tidak dapat dimusnahkan oleh angin dan tidak dapat dirusak oleh tombak. Melihat makhluk dan bercampur dengannya tidak akan mempengaruhi dirimu. Oleh karena itu, janganlah engkau membuat noda dalam hatimu; jangan pula mengotori kebersihan batinmu. Hendaklah kaum Muslim menghindari orang yang mengamalkan suatu amal dengan niat ingin dipandang dan diterima oleh makhluk. Sebab, orang seperti itu adalah hamba yang kabur, musuh Allah Azza wa Jalla yang ingkar kepada-Nya dan meningkari nikmat-Nya; dia adalah orang yang tertutup, dimurkai dan dilaknat. Keberadaan makhluk sering merampas hati, kebaikan dan agama. Makhluk menjadikanmu berteman dengannya sambil melupakan Tuhanmu. Mereka menginginkanmu untuk dirinya, bukan untuk dirimu. Sedangkan Allah Azza wa Jalla menghendakimu untuk dirimu dan bukan untuk mereka. Oleh karena itu, hendaklah engkau mencari orang yang menginginkanmu untuk dirimu sendiri dan sibukkanlah dirimu dengan-Nya. Sesungguhnya menyibukkan diri dengan Allah adalah jauh lebih utama dibanding dengan orang yang menginginkanmu untuk kepentingannya. Jika engkau harus mencarinya, hendaklah engkau mencari dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya. Oleh karena itu, hendaklah engkau selalu meminta pertolongan kepada-Nya. Dia Mahakaya sedangkan makhluk semuanya adalah fakir. Mereka tidak dapat memberi manfaat ataupun mudarat kepada dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, carilah kasih-sayang-Nya, sesungguhnya Dia menghendakimu di awal mula agar selanjutnya engkau mempunyai kehendak dan Dia-lah yang engkau kehendaki. Seorang anak kecil, pada kurun awal masa kanak-kanaknya, selalu mencari ibunya. Dan jika sudah dewasa, ibunyalah yang mencarinya. Jika telah diketahui bahwa kehendakmu adalah untuk-Nya, maka Dia akan menghendakimu. Jika diketahui bertapa besar kecintaanmu kepada-Nya, sungguh Dia akan mencintaimu, Dia akan memberi petunjuk ke dalam hatimu, dan Dia mendekatkanmu kepada-Nya. Bagaimana mungkin engkau akan merugi sedangkan engkau telah meninggalkan kekuatan hawa nafsu, watak , dan setan yang ada dalam dirimu dan dalam kedua matahatimu? Dorongkanlah kedua tanganmu, pasti engkau melihat segala kekuatan seperti apa adanya. Lawanlah nafsu serta tentanglah. Doronglah kekuatan hawa nafsumu, watak dan setan yang ada dalam dirimu, sehingga engkau akan mendapatkan-Nya. Doronglah kekuatan-kekuatan ini, pasti akan hilang penghalang antara dirimu dengan Allah Azza wa Jalla, sehingga engkau bisa melihat-Nya, bukan melihat selain Dia. Engkau melihat dirimu dan engkau juga melihat selain dirimu. Engkau bisa melihat cacat yang kau miliki sehingga engkau akan menjauhinya. Engkau melihat cacat atau aib orang lain sehingga engkau akan lari menjauh darinya. Jika hal itu telah sempurna mewujud di dalam dirimu, niscaya Dia Yang Mahasuci akan mendekatimu dan memberimu apa yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah tercetus dalam hati manusia. Dia akan mengasah pendengaran hatimu, Dia akan memperuncing batin, dan pendengaran keduanya. Dia akan membetulkan pendengaran dan penglihatan serta memberimu pakaian. Dia akan menganugerahkan kemuliaan-Nya. Dia akan mengurusmu dengan perhatian-Nya, menolong, menguasai, serta memilikimu. Dia membebaskanmu dari kekangan semua makhluk-Nya. Dia akan menciptakan penjaga bagi hatimu. Malaikat-Nya akan melayanimu dan Dia akan memperlihatkan ruh para nabi dan rasul-Nya kepadamu sehingga engkau tidak tersembunyi dari makhluk-Nya. Wahai anakku, hendaklah engkau mencari kedudukan ini, mengharapkan serta menjadikannya sebagai cita-citamu. Tinggalkanlah kesibukan dalam mencari dunia karena dunia tidak akan mengenyangkanmu. Apa-apa selain Allah Azza wa Jall tidak akan membuatmu kenyang. Oleh karena itu, sibukkanlah dirimu dengan-Nya, karena Dia akan mengenyangkan dirimu. Jika hal itu telah berhasil engkau lakukan, maka engkau akan berhasil dalam memperoleh kekayaan di dunia dan di akhirat. Kepada orang yang lalai, hendaklah engkau menolak orang yang menginginkan dirimu. Hendaklah engkau mencari orang yang mencarimu. Cintailah orang yang mencintaimu! Sibukkanlah dirimu dengan orang yang merindukanmu. Apakah engkau tidak mendengar firman Allah Azza wa Jalla: Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya (QS 5: 54) Seseorang berkata, “Sesungguhnya aku sangat merindukan pertemuan dengan-Mu.” Allah menciptakanmu adalah untuk beribadah kepada-Nya, karena itu, janganlah engkau bermain-main. Dia menghendakimu untuk bersahabat dengan-Nya, karena itu, janganlah engkau menyibukkan diri dengan yang selain-Nya. Janganlah mencintai seseorang bersamaan dengan mencintai-Nya. Jika engkau mencintai yang selain Dia dengan cinta, kasih dan keramahan, itu boleh jika berupa cinta jasmani. Sedangkan jika mencintai dengan cinta hati, maka hal seperti itu tidak boleh dilakukan. Begitu pula jika mencintai dengan cinta batin atau cinta ruhani. Nabi Adam a.s., ketika hatinya disibukkan dengan mencintai surga dan beliau mencintai kedudukannya di surga, maka Allah memisahkan antara dirinya dan surga. Dia mengusirnya dari surga dengan cara memakan buah. Hatinya tertarik pada Hawa sehingga Dia memisahkan antara dirinya dengan Hawa, dan Dia menjadikan antara keduanya jarak perjalanan 300 tahun. Dia di Sarandib dan Hawa di Jeddah. Sementara Nabi Ya’qub, ketika dia merasa tenang atas anaknya, yaitu Nabi Yusuf a.s. dan mereka berkumpul, maka Allah memisahkan keduanya. Nabi kita saw. pada waktu tertarik pada Aisyah r.a. maka Allah menurunkan cobaan pada Aisyah dengan munculnya tuduhan zina dan berdusta, sehingga Nabi tidak melihatnya berhari-hari. Oleh karena itu, sibukkanlah dirimu hanya dengan Allah Azza wa Jalla, bukan dengan yang selain-Nya. Janganlah berlaku ramah kepada selain Allah. Keluarkanlah makhluk dari dalam hatimu. Kosongkanlah hati hanya untuk-Nya. Kepada orang-orang rusak, malas, dan amalnya sedikit diterima, jika engkau menerima nasihat dari saya dan mengamalkan apa yang saya katakan, berarti engkau telah beramal dan semua amal itu adalah untuk dirimu. Jika engkau tidak beramal, berarti engkau akan mendapat kemurkaan dan penghalang. Allah Azza wa Jalla berfirman: Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya (QS 2: 286) Allah juga berfirman: Jika kalian berbuat baik (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri dan jika kalian berbuat jahat, berarti (kejahatan) itu pun bagi diri kalian sendiri (QS 17: 7) Artinya, kelak engkau akan mendapat pahala amal di surga dan siksaan amal di neraka. Nabi saw. bersabda, “Berikanlah makanan kalian kepada orang-orang yang bertakwa dan berikanlah pakaian bekas kalian kepada orang-orang yang beriman.” Apabila engkau memberi makanan kepada orang yang bertakwa dan membantunya dalam urusan dunia, berarti engkau telah bersama-sama dalam apa yang dia amalkan, dan tidak berkurang sedikit pun dari pahalanya. Sebab, engkau telah menolongnya untuk mewujudkan maksud-maksudnya, engkau telah membantu untuk menghilangkan beban-bebannya, dan telah mempercepat langkahnya menuju Allah Azza wa Jalla. Jika engkau memberikan makananmu kepada orang munafik yang riya serta durhaka, kemudian engkau membantunya dalam urusan dunia, berarti engkau akan bersama dia dalam apa yang dia kerjakan, dan tidak dikurangi sedikit pun dari siksaannya. Sebab, engkau telah menolongnya dalam mendurhakai Allah Azza wa Jalla, sehingga keburukannya akan dikembalikan kepada dirimu. Kepada orang-orang bodoh, hendaklah engkau mempelajari ilmu. Sebab, tidak ada kebaikan dalam ibadah tanpa ilmu; juga tidak ada kebaikan dalam keyakinan tanpa ilmu. Oleh karena itu, belajarlah dan beramallah. Dengan berlaku seperti itu, engkau akan beruntung di dunia dan di akhirat. Jika engkau tidak bersikap sabar dalam mencari dan mendapatkan ilmu serta mengamalkannya, bagaimana mungkin engkau akan beruntung? Sebab, jika engkau memberikan ilmu, maka sebagian dari ilmu itu akan membalas pemberianmu. Ada yang bertanya kepada seorang ulama, “Dengan apakah engkau memperoleh seluruh ilmumu?” Lalu dijawab, “Dengan giatnya gagak, sabarnya unta, tamaknya babi, dan setianya anjing. Aku bergegas pergi menuju pintu ulama bagikan bergegasnya burung gagak pergi terbang. Aku sabar terhadap beban mereka bagaikan sabarnya unta dalam memikul beban. Aku tamak dalam mencari ilmu bagaikan tamaknya babi atas makanannya. Aku juga setia kepada mereka bagaikan setianya anjing di pintu pemiliknya hingga diberi makanan.” Oleh karena itu, wahai para pencari ilmu, hendaklah engkau semua mendengarkan ucapan orang alim ini dan amalkanlah jika engkau menginginkan ilmu dan ingin beruntung. Sebab, ilmu itu ibarat kehidupan dan kebodohan bagaikan kematian. Oleh karena itu, orang alim yang mengamalkan ilmunya, ikhlas dalam amalnya, dan saba dalam mengajarkannya untuk hak Allah Azza wa Jalla, baginya seakan tidak ada kematian. Sebab, jika dia wafat, dia mencapai Allah dan kehidupannya berlangsung terus bersama-Nya. Ya Allah, berilah kami ilmu dan berilah keikhlasan dalam amal. [] (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

No comments:

Post a Comment