Saturday, August 10, 2013

Bila kecerdasanmu sudah keluar dari hutan khayalan yang lebat, engkau akan acuh terhadap segala sesuatu yang sudah didengar dan segala sesuatu yang akan didengar.

- Sloka 2.52

Thursday, August 8, 2013

Orang-orang beriman itu akan ditimpa oleh bencana, kesempitan dan keguncangan, jadi sebuah kewajiban, hukum yang akan menimpa siapapun yang ditarik kepada Allah Taála.


Wednesday, August 7, 2013

Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskan segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut yoga.

(sloka 2.48)

Orang yang menekuni bhakti membebaskan dirinya dari perbuatan yang baik dan buruk bahkan dalam kehidupan ini pun. Karena itu berusahalah untuk yoga, ilmu segala pekerjaan.

(Sloka 2.50)
..Bebaskanlah dirimu dari segala hal yang relatif dan segala kecemasan untuk keuntungan dan keselamatan dan jadilah mantap dalam sang diri.

(sloka 2.45)

Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajibanmu.

(sloka 2.47)


Ketabahan hati yang mantap untuk berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah timbul di dalam pikiran orang yang terlalu terikat pada kenikmatan indria-indria dan kekayaan material.

(Sloka 2.44)

Penjelasan: samadhi berarti "pikiran yang mantap". Dalam kamus Veda yang berjudul Nirukti, dinyatakan "apabila pikiran sudah mantap untuk mengerti sang roh, maka dikatakan bahwa pikiran berada dalam samadhi" Samadhi tidak pernah dimungkinkan bagi orang yang tertarik pada kenikmatan indria-indria material, ataupun bagi mereka yang dibingungkan oleh hal-hal yang bersifat sementara seperti itu.


Orang yang menempuh jalan ini bertabah hati dengan mantap dan tujuan mereka satu saja.

(Sloka 2.41)
Bertempurlah demi pertempuran saga, tanpa mempertimbangkan suka atau duka, rugi atau laba, menang atau kalah - dengan demikian engkau tidak akan pernah dipengaruhi oleh dosa.

(Sloka 2.38)

Orang yang pikirannya tidak goyah bahkan di tengah-tengah tiga jenis kesengsaraan, tidak gembira pada waktu ada kebahagiaan, dan bebas dari ikatan, rasa takut dan marah, disebut resi yang mantap dalam pikirannya

- Sloka 2.56

Di dunia material, orang yang tidak dipengaruhi oleh hal yang baik dan hal yang buruk yang diperolehnya, dan tidak memuji maupun mengejeknya, sudah mantap dengan teguh dalam pengetahuan yang sempurna.

- Sloka 2. 57
Mengingat tugas kewajibanmu yang khusus sebagai seorang ksatriya, hendaknya engkau mengetahui bahwa tiada kesibukan yang lebih baik untukmu daripada bertempur berdasarkan prinsip-prinsip dharma; karena itu, engkau tidak perlu ragu-ragu.

Wahai Partha, berbahagialah para ksatriya yang mendapatkan kesempatan untuk bertempur seperti itu tanpa mencarinya - kesempatan yang membuka pintu gerbang planet-planet surga bagi mereka.

Akan tetapi, apabila engkau tidak melaksanakan kewajiban dharmamu, yaitu bertempur, engkau pasti menerima dosa akibat melalaikan kewajibanmu, dan dengan demikian kemahsyuranmu sebagai ksatriya akan hilang.

(Sloka 2.31-2.33)

Tuesday, August 6, 2013


"setiap orang kan sudah punya takdirnya dari kita lahir sudah Allah desain kehidupannya, dan takdir itu sebuah gerinda besar agar semua yang palsu dibuang"

- Zamzam AJT (2006)
Bencana besar seorang manusia adalah memiliki hati yang tidak mengharapkan Allah Taála
(Zamzam AJT, 2006)
Sebuah bala yang menimpa orang beriman itu tidak lebih berat dirasakan dibandingkan keterpisahan dengan Allah taala
(Zamzam AJT, 2006)
Orang yang sudah dilahirkan pasti akan meninggal, dan sesudah kematian, seseorang pasti akan dilahirkan lagi. Karena itu, dalam melaksanakan tugas kewajibanmu yang tidak dapat dihindari, hendaklah engkau jangan menyesal.
(Sloka 2.27)
Wahai Putera Kunti, suka dan duka muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu, bagaikan mulai dan berakhirnya musim dingin dan musim panas. Hal-hal itu timbul dari penglihatan indria dan seseorang harus belajar cara mentolerir hal-hal itu tanpa goyah, wahai putera keluarga Bharata.
(Sloka 2.14)

Penjelasan: Dalam melaksanakan tugas kewajiban sebagaimana mestinya, orang harus belajar mentolerir suka dan duka yang muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu. Menurut aturan veda, orang harus mandi pagi-pagi, bahkan selama bulan magha (Januari-Februari), pada waktu itu dingin sekali (di India), tetapi walaupun demikian, orang yang taat pada prinsip-prinsip kerohanian tidak malas mandi. Begitu juga, seorang wanita tidak enggan masak ke dapur selama bulan Mei dan Juni, yaitu bulan terpanas selama musim panas. Orang harus melaksanakan tugasnya tanpa mempedulikan kesulitan karena iklim. Begitu juga, bertempur adalah prinsip para ksatriya, dan walaupun seseorang harus bertempur melawan kawan atau sanak keluarga, hendaknya ia jangan menyimpang dari tugas kewajibannya yang telah ditetapkan. Orang harus mengikuti aturan dan peraturan prinsip-prinsip dharma yang telah ditetapkan agar ia dapat maju sampai tingkat pengetahuan, sebab hanya dengan pengetahuan dan bhakti saja seseorang dapat membebaskan dirinya dari cengkraman maya (khayalan).
Orang bijaksana tidak pernah menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun untuk yang sudah meninggal.
(Sloka 2.11)
Penjelasan sloka 2.8.

Tidaklah menjadi soal apakah seseorang menjadi vipra (sarjana yang berpengetahuan tentang kebijaksanaan Veda) atau dilahirkan dalam keluarga yang lebih rendah atau berada pada tingkat melepaskan ikatan terhadap hal-hal duniawi dalam hidup - kalau ia menguasai pengetahuan tentang Krsna, ia menjadi guru kerohanian yang sempurna dan dapat dipercaya. (Caitanya-caritamrta. Madhya. 8.128). Tanpa menguasai ilmu pengetahuan kesadaran Krsna, tidak seorang pun dapat menjadi guru kerohanian yang dapat dipercaya.

Juga dinyatakan dalam kesusasteraan Veda:
"Seorang brahmana, ahli dalam segala bidang pengetahuan Veda, tidak menjadi syarat untuk menjadi guru kerohanian kalau ia tidak menjadi Vaisnava atau ahli di bidang ilmu pengetahuan kesadaran Krsna. Tetapi orang yang dilahirkan dalam keluarga dari golongan rendah dapat menjadi seorang guru kerohanian kalau ia menjadi Vaisnava atau sadar akan Krsna."

Masalah-masalah kehidupan material - kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian - tidak dapat dilawan dengan cara mengumpulkan kekayaan dan perkembangan ekonomi. Mereka hanya dapat mencapai kebahagiaan sejati kalau mereka berkonsultasi dengan Krsna atau melalui utusan Krsna yang dapat dipercaya, yaitu orang yang sadar akan Krsna.
"Kalau kita melihat orang-orang yang sampai, seminimalnya yang bertemu diri, ada mursyid, pak omo ada wali-wali yang lain, kita bisa baca sejarah mereka, ngga ada yang ringan kehidupannya, para nabi, para rasul ada ngga yang ngga ada masalah? Ngga ada. 

Kenapa pentingnya kita membaca kisah mereka. Dalam Al Quran makanya dikatakan, sebelumnya engkau tidak mengetahui apa itu al iman apa itu al kitab. Di  depan kita nongkrong Al Quran, tapi apa fungsinya buat diri pribadi? Mesti bisa ada sebuah ikatan yang dalam dengan Al Quran ini, kalau buat saya tanpa Al Quran wuah saya celaka betul! Al Quran itu akan membeberkan, membentangkan sebuah aturan yang akan menimpa para pejalan dengan detil, sementara sebesar apa kita menguasai Al Quran? Mungkin baru titiknya yang kita kuasai, cinta pun mungkin tidak, membaca pun mungkin tidak kepada Al Quran, itu artinya kita siap-siap kesulitan. 

Al Quran itu memberikan sebuah tuntunan, sebuah peta yang besar, bahkan yang rinci tentang apa yang akan menimpa semua pejalan di semua level, baik di level mukmin yang biasa sampai dengan level nabi yang tertinggi, semua dihukumi oleh Al Quran, nabi-nabi itu beriman kepada Al Quran, membaca Al Quran makanya mereka selamat. 

(Zamzam AJT, 7 Januari 2006)
Setelah melihat Arjuna tergugah rasa kasih sayang dan murung, matanya penuh air mata
(Sloka 2.1)

Penjelasan: Kasih sayang material, penyesalan dan air mata, semuanya adalah tanda-tanda kebodohan terhadap diri yang sejati.

Kasih sayang terhadap pakaian yang disandang orang yang sedang tenggelam tidaklah masuk akal. Orang yang jatuh ke dalam lautan kebodohan tidak dapat diselamatkan hanya dengan menyelamatkan pakaian lahiriahnya saja.

Orang yang tidak mengetahui hal ini dan menyesal karena pakaian lahiriah disebut sudra atau orang yang menyesal bila penyesalan tidak diperlukan. Arjuna adalah seorang ksatria dan tingkah laku seperti ini tidak pantas bagi Arjuna.

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
Arjuna yang baik hati, bagaimana sampai hal-hal yang kotor ini menghinggapi dirimu?
Hal-hal ini sama sekali tidak pantas bagi orang yang mengetahui nilai hidup. Hal-hal seperti itu tidak membawa seseorang ke planet-planet yang lebih tinggi, melainkan menjerumuskan dirinya ke dalam penghinaan.
(Sloka 2.2)
O Krsna, apabila hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela dalam keluarga, kaum wanita dalam keluarga ternoda dan dengan merosotnya kaum wanita, lahirlah keturunan yang tidak diinginkan.
(Sloka 1.40)
“Allah selalu menarik para nabi-Nya, para wali-Nya dalam kondisi yang terlemahnya. Jadi kalau kita masih merasa digjaya, tidak ada masalah, merasa gagah, pada prinsipnya kita belum siap berjalan, sampai kita terkapar mohon pertolongan kepada Allah Ta’ala” (Zamzam AJT dalam kajian hikmah Nabi Luth as)
“Orang yang diperkenalkan dengan kelemahan dirinya tanda Allah akan menuntunnya. Kalau kita masih istighfar yang kosong dan hampa artinya kita masih dalam status belum mengenal kelemahan diri, kalau kita belum mengenal kelemahan diri kita belum fakir, kalau belum fakir maka tidak akan berjalan.” (Zamzam AJT dalam Kajian HAQ QS Al Baqarah, 2004)