Sunday, January 28, 2018

Janganlah engkau memberi keringanan kepada hawa nafsu dan jangan menaatinya, niscaya engkau akan berbahagia. Janganlah engkau tersenyum kepadanya dan jawablah setiap seribu katanya dengan satu kata sampai nafsumu menjadi terdidik, tenang dan penuh keridhaan. Jika jiwa mencari syahwat dan kesenangan dari dirimu, maka janganlah menundanya. Ucapkanlah kepadanya, “Tempat kamu adalah di surga.” Kesabarannya atas pahitnya cegahan akan membawanya pada manisnya anugerahnya untukmu. Jika engkau menyabarkan jiwa dan dia menjadi sabar maka Allah Azza wa Jalla akan bersamanya. Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar "
(QS 2: 153)

- Syaikh Abdul Qadir Jailani

Sunday, January 21, 2018

"Belajarlah ilmu karena sesungguhnya belajarnya karena Allah itu adalah taqwa,
menuntutnya adalah ibadah,
mempelajarinya adalah tasbih,
membahasnya adalah jihad,
mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya adalah sedekah,
memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri (kepada Allah).

Ilmu adalah penghibur di kala sendiri,
teman di kala sepi,
penunjuk kepada agama,
pembuat sabar di kala suka dan duka,
penasihat di kala ada teman-teman,
kerabat di antara orang yang asing
dan sebagai menara yang menuntun ke surga."

- Mu'adz bin Jabal

Saturday, January 20, 2018

"Sekokoh-kokoh tali iman, adalah cinta kepada Allah dan benci karena Allah."
(HR Ahmad)
Diriwayatkan bahwa Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada Musa as. "Apakah engkau pernah mengerjakan amal perbuatan yang hanya semata-mata untuk-Ku?"
Musa menjawab, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku mengerjakan shalat, puasa, sedekah, zakat hanya semata untuk-Mu."
Allah berfirman, "Sesungguhnya shalat itu untukmuy sebagai tanda bukti, puasa sebagai bentengmu, sedekah sebagai naunganmu dan zakat itu sebagai cahaya untukmu. Maka amal perbuatan manakah yang untuk-Ku?"
Allah kemudian kembali berfirman,"Apakah engkau mencintai seorang kekasih hanya semata-mata untuk-Ku. Dan apakah engkau membenci musuh hanya semata-mata untuk-Ku?"
Maka pahamlah Musa bahwa amal perbuatan yang paling utama adalah cinta pada jalan Allah dan membenci pada jalan Allah.
(Dikutip dari Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali)

Thursday, January 18, 2018

Iman adalah keadaan dimana hati seseorang sepenuhnya berserah diri kepada Allah dan menaruh kepercayaan penuh kepada-Nya terhadap semua yang telah terjadi dan hal yang akan datang.

- Muhammad Raheem Bawa Muhaiyyaddeen

Wednesday, January 17, 2018

"Kebergantunganmu dengan perantara (makhluk) menandakan kekurangan akalmu."

- Syaikh Abdul Qadir Jailani

Monday, January 15, 2018

Kepada siapa saja engkau bersandar, berarti sandaranmu adalah tuhanmu.

- Syaikh Abdul Qadir Jailani
Janganlah sekali-kali engkau malas.
Sebab, barangsiapa yang malas, maka sesungguhnya dia tidak melaksanakan hak Allah.

- Ali bin Abi Thalib ra
Only when you have completed your research, only when you can say you have no more to discover, are you entitled to conclude that God does not exist.

- Muhammad Raheem Bawa Muhaiyyaddeen

Saturday, January 13, 2018

Di setiap persoalan yang Allah berikan adalah untuk mencetak akal bawah agar mampu menerima khazanah langit.

(Mursyid Zamzam AJ Tanuwijaya dalam Kajian Hikmah Al Quran, 10 Desember 2017)

Thursday, January 11, 2018

As long as you do not search for wisdom and the qualities of God, it does not matter whether you read thousands of books or search in thousands of ways, you will never discover who God is.

- Muhammad Raheem Bawa Muhaiyyaddeen

Wednesday, January 10, 2018

Andaikata Allah Swt. ingin menjadikan seluruh alam semesta berbahagia, pasti akan terjadi. Atau jika Dia menginginkannya sengsara, hal itu juga pasti akan terjadi. Tetapi Dia Swt. tidak menginginkannya, sehingga jadilah alam sesuai dengan keinginanNya. Di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang bahagia, baik di dunia ini atau di hari tempat kembali (akhirat).
"Perkataan dari-Ku tak akan pernah bisa diubah dan Aku tidak akan berbuat zalim kepada hamba-hambaKu" (QS 50:29)
- Ibnu Arabi dalam Al Futuuhaat Al Makkiyyah, terjemahan Bahasa Indonesia oleh Harun Nur Rosyid.
Sesungguhnya, sebuah permulaan yang sulit bagi seseorang akan terasa mudah jika ia mengetahui adanya tujuan akhir yang mulia.
(Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Al Futuuhaat Al Makkiyyah. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Harun Nur Rosyid)
Faqir dalam tasawuf diartikan sebagai pribadi yang tidak lagi terpaut pada dunia. Keterpautannya semata-mata ke pada Tuhan. Jadi yang dimaksud faqir bukanlah orang miskin dalam artian harfiah.
Ibn Abu `Ishaq al-Kalabadhi dalam bukunya al-Ta`arruf li Madzzhabi ahl al-Tashawwuf (abad ke-11 M) mengutip Ibn al-Jalla yang mengatakan, ’Kefaqiran ialah bahwa tiada sesuatu pun yang menjadi milikmu, atau jika memang ada sesuatu, itu tidak boleh menjadi milikmu’. Ini sejalan dengan firman Tuhan, ’Sedangkan mereka lebih mengutamakan kepentingan orang banyak, dibanding semata-mata kepentingan mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesukaran’
- Arberry, 1976
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan setiap makhluk dalam kesetaraan. Setiap hamba-Nya sungguh mengemban amanah suci yang disembunyikan, yang di dalamnya tertuang rahasia dari setiap ciptaan dan manifestasi. Dengan demikian, setiap makhluk memiliki hubungan yang personal dengan Yang Maha Pencipta, Al Haqq, yang tidak ada makhluk lain pun ikut campur atau menjadi perantara dalam hubungan yang sangat intim tersebut.
Muhyiddin Ibnu Ɓrabi menggambarkan hubungan antara Dia dan ciptaan-Nya itu dalam sebuah simbol geometri berupa lingkaran dan satu titik di tengah lingkaran. Bahwa setiap garis yang ditarik dari titik tengah lingkaran ke garis lingkaran adalah garis yang unik. Juga dengan simbolisme ini bisa diterangkan bagaimana satu titik tengah lingkaran terhubung ke setiap titik lingkaran tanpa menjadi beragam wujudnya atau hubungannya menjadi membingungkan.
(Referensi: "The Way of Walaya"(Sainthood or Friendship of God). Souad Hakim. Muhyiddin Ibn Ɓrabi Society, Vol 18, 1995)
Barangsiapa yang mengekang raganya, hatinya akan tenang. Barangsiapa yang membebaskan raganya, hatinya akan kepayahan.
Ketahuilah bahwa kunci ketenangan hati terletak pada pengendalian segenap indera manusia, sedemikian rupa sehingga ada saatnya untuk dilepas dengan petunjuk Ilahiyah. Jika seseorang membiarkan pandangannya liar, ia akan jatuh pada jebakan berupa perempuan cantik atau lelaki tampan, seseorang yang melepas pendengarannya akan mendengar sesuatu yang melemahkan jiwanya, seseorang yang melepaskan lidahnya akan berbicara hampa bahkan merusak. Ketika seseorang belum bisa mengendalikan inderanya maka sang hati akan menjadi sakit, jiwa akan disibukkan oleh hal-hal yang bukan urusannya dan waktu kehidupannya akan menjadi sia-sia.
(Adaptasi dari perkataan Ibnu Arabi yang dikutip oleh Denis Gril dalam "The Kitab al Inbah of Abdallah Badr al-Habashi". The Muhyiddin Ibn 'Arabi Society)