Monday, July 23, 2012

Mengutamakan Akhirat daripada Dunia

Utamakanlah akhirat daripada dunia. Dengan itu, engkau akan meraih dua keuntungan sekaligus (dunia dan akhirat). Sementara apabila engkau mengutamakan dunia daripada akhirat, keduanya akan mendatangkan kerugian berupa siksaan bagimu. Oleh karena itu, bagaimana mungkin engkau disibukkan oleh perkara-perkara yang tidak pernah diperintahkan kepadamu? Apabila engkau tidak disibukkan oleh urusan dunia, Allah akan menguatkanmu dengan pertolongan-Nya atas segenap urusan dunia, dan melimpahkan kepadamu taufik pada saat engkau mengambil bagian dari dunia ini. Dengan demikian, engkau pasti mengambil sesuatu dari dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya dan mendapatkan berkah di dalamnya. Seorang mukmin bekerja untuk dunia dan akhiratnya. Dia bekerja untuk kehidupan dunia sekadar untuk memenuhi kebutuhannya saja. Dia bersikap qana’ah terhadap dunia sebagaimana bekal yang dibawa oleh orang yang bepergian. Tidak banyak dunia yang ingin dia peroleh. Seorang yang bodoh, seluruh energi hidupnya ditujukan semata-mata demi memperoleh keduniaan. Sedangkan seorang ‘arif, seluruh semangat hidupnya dikerahkan semata-mata demi meraih akhirat, kemudian (rahmat) Allah SWT. Apabila engkau mendapatkan kelezatan dunia ini, sementara dirimu mendekati sakaratul maut, dan engkau malah memenuhi berbagai keinginan syahwat, maka pada saat demikian, perhatikanlah orang yang mampu mengatasi kelemahannya. Sesungguhnya tidak ada keuntungan bagimu hingga engkau membenci dirimu sendiri dan memeranginya di sisi Allah SWT. Para shiddiqun itu saling mengenal satu sama lain. Setiap orang dari mereka merasakan adanya penerimaan dan kejujuran dari rekannya. Hendaklah orang yang berpaling dari Allah dan dari hamba-hamba-Nya yang jujur (shiddiqun), orang-orang yang bergegas menuju makhluk dan bergabung dengan mereka menyadari, sampai kapan kalian menaruh perhatian kepada mereka? Apakah mereka memberikan manfaat kepadamu? Padahal, bukanlah di tangan mereka kemaslahatan maupun kemadaratan; bukan pula di tangan mereka pemberian dan penolakan. Tidak ada bedanya antara mereka dan seluruh materi yang berkaitan dengan kemaslahatan atau kemudaratan. Tuhan itu satu; Pemberi kemadaratan dan kemaslahatan; Yang menciptakan gerak dan diam; Yang berkuasa; Yang memaksa; Pemberi dan Penolak rezeki; Pencipta dan Pemberi rezeki, yakni Allah SWT. Dialah Tuhan Yang Mahaqadim, Mahaazali, dan Mahaabadi. Dia ada sebelum makhluk-Nya; sebelum bapak dan ibumu; serta sebelum orang-orang kaya di antaramu. Dia adalah pencipta langit dan bumi; Pencipta segala sesuatu yang ada di langit dan bumi maupun di antara keduanya. Allah SWT berfirman: Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan diri-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat (QS 42: 11) Sebagai makhluk Allah, hendaklah engkau menyesali diri jika tidak mengenal Pencipta dengan makrifat yang benar? Apabila aku diberi kekuasaan di sisi Allah pada Hari Kiamat, tentu aku akan menanggung bebanmu, dari awal hingga akhir. Hendaklah orang yang membaca sudi membacakan untukku salah satu di luar penghuni langit dan bumi. Setiap orang yang mengamalkan suatu amalan, akan ada diantara dirinya dengan Allah suatu pintu tempat masuk hatinya kepada-Nya. Sementara engkau, sebagai orang alim, sibuk dengan berbagai desas-desus dan kabar burung, serta lebih suka mengumpulkan harta ketimbang beramal dengan ilmumu. Padahal, ilmu yang kau miliki hanyalah bentuk tanpa makna. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi salah seorang hamba-Nya, Dia akan mengejarinya dengan mengilhamkan kepadanya amal dan keikhlasan. Kepada-Nya dia merendahkan diri, Kepada-Nya dia ber-taqarrub, dan dia mengetahui-Nya dengan matahati. Berbagai rahasia dipilihkan untuknya, tidak untuk selain dirinya. Allah telah memilih dirinya sebagaimana Dia telah memilih Musa a.s. Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku telah memilihmu untuk Diri-Ku (QS 20: 41) Artinya, Allah memilihnya tidak untuk selain Diri-Nya; tidak untuk syahwat, kesenangan ataupun hal-hal yang sia-sia; tidak untuk langit ataupun bumi; tidak untuk surga ataupun neraka; juga tidak untuk kepemilikan ataupun kehancuran. Tidak ada satu pun yang membatasi dirinya dari Allah. Tidak ada sesuatu pun yang menyibukkan dirinya selain Allah. Tidak ada gambaran apapun yang membatasi dirinya dari Allah. Tidak ada satu pun makhluk yang menghalangi dirinya dari Allah. Juga tidak ada keinginan apapun yang membuat dirinya merasa cukup selain dengan anugerah Allah SWT. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah dengan cara melakukan kemaksiatan. Akan tetapi, bersihkanlah najis pada baju agamamu dengan air tobat serta keteguhan dan keikhlasan di dalamnya. Hiasilah baju agamamu dan lekatkan wewangian padanya dengan makrifat kepada-Nya. Hati-hatilah terhadap tempat tinggalmu. Sebab, betapapun engkau berpaling, maka binatang-binatang berbahaya akan ada di sekitarmu, dan berbagai penderitaan mendatangimu. Karena itu, beralihlah darinya dan kembali menuju Allah SWT dengan hatimu. Janganlah makan dengn rakus serta penuh nafsu dan syahwat. Janganlah makan kecuali dengan dua saksi yang adil, yaitu Kitabullah dan Sunnah; kemudian cari dua saksi lain, yaitu hatimu dan perlakuan Allah. Apabila Kitab dan Sunnah serta hatimu telah mengizinkannya, hendaklah memperhatikan yang selanjutnya, yakni perlakuan Allah pada dirimu. Janganlah seperti seorang pengumpul kayu bakar di malam hari; dia mengumpulkan kayu bakar tetapi tidak mengetahui apa yang ada di tangannya. Pencipta dan yang diciptakan adalah sesuatu yang tidak datang melalui khayalan, angan-angan, kepura-puraan, atau perilaku yang dibuat-buat. Akan tetapi, ia adalah sesuatu yang menetap di dalam hati yang dibenarkan oleh amal perbuatan; artinya dia melakukan amal perbuatan yang dengan perbuatan itu menetaplah wajah Allah SWT. Kesejahteraan terletak pada upaya meninggalkan keinginan untuk mencari kesejahteraan. Kekayaan itu terletak pada upaya meninggalkan keinginan untuk mencari kekayaan. Obat terletak pada upaya meninggalkan keinginan untuk mencari obat. Setiap obat ada dalam sikap berserah diri kepada Allah, memutuskan kebergantungan kepada makhluk, menanggalkan tuhan-tuhan selain Allah dari hatimu. Obat itu terletak pada sikap mengesakan Allah dengan hati, bukan dengan lisan semata. Tauhid dan zuhud tidak terdapat pada jasad dan lisan. Tauhid dan zuhud tempatnya di dalam hati; ilmu tentang Allah tempatnya dalam hati; cinta kepada Allah tempatnya dalam hati; dan taqarrub kepada-Nya juga tempatnya di dalam hati. Oleh karena itu, jadilah orang yang berakal; jangan bersikap keterlaluan, main-main dan berpura-pura. Sebab, engkau tampak sebagai orang yang keterlaluan, main-main, berpura-pura, berdusta, riya dan munafik. Setiap gairahmu senantiasa menarik perhatian orang kepadamu. Bukankah engkau tahu bahwa setiap hatimu melangkah satu langkah menuju makhluk, sejauh itu pula menjauh dari Allah? Engkau mengklaim bahwa engkau pencari rahmat Allah, padahal engkau adalah pencari karunia makhluk. Engkau seperti orang yang berkata bahwa dia ingin pergi ke Mekkah, tetapi berjalan menuju Khurasan, sehingga tentu saja semakin jauh dari Mekkah. Engkau mengklaim bahwa makhluk telah dikeluarkan dari dalam hatimu, tetapi engkau masih takut kepada mereka dan masih berharap kepada mereka. Lahiriahmu zuhud, tetapi batiniahmu penuh keinginan. Lahiriahmu mengharap Allah, tetapi batiniahmu berharap kepada makhluk. Perkara ini tidak cukup didekati dengan getaran lisan semata. Keadaan ini menafikan di dalamnya makhluk, dunia, akhirat, dan sesuatu selain Diri-Nya. Pendek kata, Dia adalah Satu dan tidak menerima kecuali Satu; Dia adalah Tunggal dan tidak menerima persekutuan. Dialah yang mengatur urusanmu dan menerima apa yang dikatakan kepadamu. Sebaliknya, makhluk itu lemah, mereka tidak bisa memberi kemudaratan atau kemanfaatan kepadamu. Allah-lah Yang melakukan semua melalui tangan mereka. Perlakuan-Nya menimpamu dan mereka. Pena Allah bergerak sesuai dengan ilmu-Nya dalam menggariskan anugerah untukmu ataupun bencana yang menimpamu. Orang-orang yang bertauhid dan salih adalah hujjah Allah atas seluruh makhluk. Di antara mereka ada yang tidak mengenakan pakaian dunia, baik lahir maupun batinnya. Ada juga yang tidak mengenakan pakaian dunia dari segi batinnya saja. Allah tidak melihat di dalam batin mereka sesuatu pun dari dunia ini. Itulah hati yang disucikan. Siapa saja yang mau melakukan hal demikian, Allah akan memberinya kekuasaan atas makhluk. Dia adalah seorang pemberani sekaligus panglima. Sebab, orang yang benar-benar berani hakikatnya adalah orang yang menyucikan kalbunya dari segara sesuatu selain Allah. Dia berdiri di pintu-Nya dengan pedang tauhid dan alat pemukul syariat. Tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang masuk ke dalam hatinya. Hatinya menyatu dengan Allah, Zat Yang membolak-balikkan hati (qalbi). Syariat itu membina aspek lahiriah, sementara tauhid dan makrifat membina asoek batiniah. Seiring engkau mengatakan ini haram, tetapi engkau melakukannya. Engkau mengatakan itu halal, tetapi tidak melakukan dan memanfaatkannya. Engkau terjebak dalam sikap pura-pura. Padahal, Nabi saw. bersabda, “Ada satu kecelakaan bagi orang bodoh dan tujuh kecelakaan bagi orang yang berilmu.” Satu kecelakaan bagi orang bodoh; mengapa dia sampai tidak tahu? Tujuh kecelakaan bagi orang berilmu karena dia tahu tetapi tidak melakukannya. Pada saat itu, diangkatlah darinya berkah ilmu. Tinggallah pada dirinya dakwaan ilmu. Oleh karena itu, ketahuilah hal ini, lalu amalkanlah. Kemudian, hendaklah engkau menyendiri di dalam khalwat dengan meninggalkan makhluk dan menyibukkan diri dengan mahabbah kepada Allah. Apabila benar kesendirian dan cintamu kepada-Nya, pasti Dia akan mendekatkanmu kepada-Nya, merendahkan dirimu di hadapan-Nya dan menyatukanmu dengan-Nya. Kemudian jika Dia menghendaki, Dia dapat saja membuatmu termasyhur dan menonjol di tengah-tengah manusia, serta memenuhi segala hak-hak dirimu. Hak-hakmu terpenuhi tanpa kesialan diri, tabiat, dan hawa nafsu. Dia memenuhi bagianmu agar tidak merusak undang-undang pengetahuan-Nya tentang dirimu. Hak-hakmu terpenuhi sementara hatimu tetap bersama Allah SWT. Engkau seharusnya mendengar dan beramal bersama Allah dan para wali-Nya. Allah-lah Yang Haq, sementara yang batil adalah engkau sebagai makhluk. Allah ada di dalam hati, nurani dan pemahaman. Sementara kebatilan ada di dalam diri, hawa nafsu, tabiat, adat, dunia dan segala sesuatu selain Diri-Nya. Hati tidak akan berbahagia kecuali dengan senantiasa terikat dengan kedekatan kepada Allah Yang Maha-qadim, Mahaazali, Mahateguh, dan Mahaabadi. Orang munafik seharusnya tidak bersaing, sebab apa yang kau miliki adalah lebih baik bagimu dari semua itu. Engkau adalah hamba roti dan kembang gula, hamba baju dan kuda, serta hamba kekuasaanmu. Sementara, hati yang lurus akan senantiasa berjalan dari kedudukannya sebagai makhluk menuju Khalik. Ulama yang beramal adalah para pengganti generasi salah ash-shalih. Mereka adalah para pewaris Nabi dan yang tersisa dari generasi setelahnya. Mereka dimuliakan di hadapan para nabi. Mereka diperintah dengan dua perkara (halal-haram) dan dicegah dari kehancurannya. Mereka akan dikumpulkan pada Hari Kiamat bersama para nabi dan akan dicukupkan bagi mereka pahala dari Allah. Sementara itu, Allah SWT memisalkan orang yang berilmu tanpa amal sebagai keledai. Firman-Nya: Seperti keledai yang memuat kitab-kitab (QS 62: 5) Apakah bermanfaat keledai memikul buku-buku? Tidak ada apapun pada dirinya selain rasa letih dan lelah. Padahal, siapa saja yang bertambah ilmunya, selayaknya bertambah rasa takut dan ketaatannya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, hendaklah orang yang mengklaim sebagai orang yang berilmu bertanya, apakah tangisnya karena takut kepada Allah? Mana kewaspadaan dan rasa takutmu? Mana pengakuan atas dosa-dosamu? Mana pendisiplinanmu terhadap hawa nafsumu? Mana pula mujahadah dan permusuhanmu terhadapnya karena Allah? Hasratmu hanya pada pakaian, sorban, makanan, pernikahan, lantai, tempat duduk, serta duduk-duduk bersama makhluk dan berkasih-kasihan dengan mereka. Singkirkanlah hasratmu terhadap semua itu. Sebab, jika memang engkau memiliki hak di dalamnya, pasti ia akan datang kepadamu pada waktunya, sementara hatimu akan merasa tentram dari kesalnya menunggu dan beban keinginan, serta engkau teguh bersama Allah SWT. Tidak ada dalam dirimu rasa kesal terhadap sesuatu yang ditunggu. Khalwatmu rusak selama tidak kau perbaiki, dan ternoda selama tidak kau bersihkan. Karena itu, beramallah dengan hatimu, selama tauhid dan keikhlasan ada di dalamnya. Jangan tidur, berpaling, lupa, bersikap masa bodoh. Serta meninggalkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Ya Allah, limpahkanlah kepada kami kebaikan dunia dan akhirat, serta jauhkanlah kami dari api neraka. [] (Abdul Qadir Jailani. Percikan Cahaya Ilahi)

No comments:

Post a Comment