Friday, May 10, 2013

Melihat Allah Pada Hari Kiamat


Barangsiapa yang melihat orang yang mencintai Allah ‘Azza wa Jalla, berarti dia telah melihat orang yang sudah melihat Allah dengan hatinya. Dia masuk kepada-Nya dengan batinnya. Tuhan kami, Allah ‘Azza wa Jalla, adalah sesuatu yang ada dan dapat dilihat. Nabi saw. bersabda, “Kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat matahari dan bulan; tidak ada yang dikurangi dalam melihat-Nya.”

Di dunia sekarang Allah dilihat dengan matahati, sementara kelak di akhirat Dia dapat dilihat dengan mata kepala. Allah SWT berfirman:

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS 42: 11)

Orang-orang yang mencintai Allah akan merasa ridha kepada-Nya, tidak kepada selain Diri-Nya. Oleh karena itu, rasa pahit dalam kefakiran dari dunia bagi mereka terasa manis, dan mereka ridha kepada-Nya; mereka merasa senang dengan-Nya. Kekayaan mereka ada dalam kefakiran; kenikmatan mereka ada dalam rasa sakit; keramahan mereka ada dalam keliaran; kedekatan mereka ada dalam kejauhan; dan ketenangan mereka ada dalam kelelahan. Oleh karena itu, berbahagialah engkau yang memiliki sikap sabar, ridha dan selalu berupaya merusak hawa nafsu.

Wahai kaum muslim selaraskanlah dirimu dengan-Nya senantiasa dan ridhalah atas perbuatan-Nya kepada kita dan orang lain. Janganlah merasa lebih pandai dan lebih berakal dibanding Zat Yang lebih berakal dari diri kita. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Allah mengetahui, sementara kalian tidak mengetahui (QS 2: 216)

Berdirilah di hadapan kekuasaan-Nya di atas kehancuran akal dan ilmumu agar engkau memperoleh ilmu-Nya. Hendaklah engkau bersedia bingung terlebih dahulu dan tidak langsung menentukan pilihan. Biarlah kau merasa bingung terlebih dahulu hingga datang kepadamu pengetahuan tentang Allah. Bingung dahulu kemudian sampai pada pengetahuan yang kedua, kemudian sampai kepada pengetahuan yang ketiga. Dimaksud terlebih dahulu, baru kemudian sampai pada yang dimaksud. Dikehendaki dahulu kemudian sampai kepada hasil yang dikehendaki. Dengarlah dan kemudian beramallah. Sesungguhnya aku memintal tali-tali kalian. Aku memintal tali kalian yang lunak dan menyambungkan tali yang putus. Tidak ada tujuan bagiku, kecuali tujuan kalian. Tidak ada kebingungan bagiku kecuali kebingungan kalian. Aku bagaikan seekor burung, di mana saja aku hinggap, pasti aku menjemput sesuatu. Apa yang ada dalam dirimu adalah batu-batu yang dilemparkan, hai orang-orang yang kaku, wahai yang terikat nafsu.

Ya Allah, sayangilah aku dan sayangilah mereka. []

Mencintai Allah


Sesungguhnya pernah datang kepada Nabi saw. seorang lelaki. Dia berkata kepada beliau, “Sesungguhnya saya mau mencintaimu karena Allah.”

Nabi kemudian bersabda kepadanya, “Kalau begitu, jadikan cobaan itu sebagai baju, dan jadikan pula kefakiran sebagai pakaian.”

Di antara syarat mahabbah adalah kesesuaian dengan yang dicintai. Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., ketika mengaku cinta kepada Rasulullah saw., beliau menafkahkan seluruh hartanya. Berusaha mengikuti sifat Rasulullah dan bersama-sama dalam kefakiran. Beliau berusaha menyesuaikan diri dengan perilaku Rasulullah, baik lahir maupun batinnya; di saat tersembunyi maupun terang-terangan.

Lalu bagaimana dengan engkau yang mengaku mencintai orang-orang yang salih sedangkan engkau menyembunyikan dinar dan dirham dari hadapan mereka? Padahal engkau ingin dekat kepada mereka dan bergaul dengan mereka. Oleh karena itu, hendaklah engkau menjadi orang yang berakal. Sebab, jika tidak, itulah mahabbah yang dusta, karena para pecinta tidak akan menyembunyikan sesuatu dari orang yang dicintainya.

Kefakiran selalu menyertai Nabi saw. dan tidak pernah terpisahkan. Oleh karena itu, beliau bersabda, “Kefakiran itu lebih (dekat) kepada orang yang mencintaiku daripada meluapnya air ke muara.”

Siti ‘A’isyah r.a. berkata, “Bagi kami, dunia senantiasa bagaikan mutiara kefakiran selama Rasulullah saw. bersama kami. Setelah Rasulullah wafat, mengalirlah dunia dengan derasnya. Oleh karena itu, syarat mencintai Rasulullah adalah kefakiran dan syarat mencintai Allah adalah cobaan.”

Sebagian ulama berkata, “Setiap cobaan disertai dengan pertolongan, maka setiap cobaan yang datang menjadi tidak menarik karena akan datang pertolongan, terhadap cinta kepada Allah dengan dusta, munafik dan riya.” Hendaklah engkau kembali dari pangkuan dan dustamu. Janganlah mempertaruhkan kepalamu. Jika engkau datang, jujurlah; jika tidak, jangan mengikuti kami. Janganlah bersikap sombong dengan kekayaan, karena ia tidak akan menerimamu dan akan mencemarkanmu. Jangan terlalu menyukai ular dan binatang buas, sebab nanti keduanya bisa membinasakanmu. Jika engkau menjadi pawang ular, hadapilah ular. Jika engkau punya kekuatan, datangilah binatang buas. Jalan menuju Allah ‘Azza wa Jalla membutuhkan kejujuran dan cahaya makrifat. Dengan cahaya itu, matahari makrifat akan muncul di dalam hati orang-orang yang jujur, dan tidak akan lenyap, baik malam maupun siang.

Hendaklah berpaling dari orang-orang munafik yang menimbulkan kebencian. Hendaklah kalian menjadi orang yang berakal. Janganlah mendekati sebagian besar penghuni zaman ini, karena mereka bagaikan serigala yang berpakaian. Ambillah oleh kalian cermin pikiran dan lihatlah di sana. Mohonlah kepada Allah agar memperlihatkan diri kalian dan mereka. Sesungguhnya saya telah memikirkan makhluk dan Khalik.

Ya Allah, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat.

Sesungguhnya saya tidak menghendaki diri kalian, tetapi saya menghendaki kalian bagi kalian sendiri. Dalam tali kalian saya memintal. Saya tidak akan mengambil sesuatu dari kalian kecuali bagi kalian sendiri. Untuk saya ada kekayaan yang dikhususkan dari apa yang saya ambil dari kalian. Tidak ada bagi saya kecuali usaha dan tawakal kepada Allah. Saya tidak menunggu apa yang kalian datangkan kepada diri saya seperti sikap menunggunya orang munafik yang riya, yang menyerah kepada kalian, dan yang lupa terhadap Tuhannya. Saya telah meneliti penghuni bumi, karena itu jadilah orang-orang yang berakal. Janganlah kalian bersikap sombong kepada saya. Sesungguhnya saya mengetahui kebaikan ataupun kehinaan kalian dengan taufik dari Allah dan keramahan-Nya kepada diri saya. Jika kalian ingin bahagia, jadilah sandaran pedang saya sehingga saya mengetuk otak kalian, hawa nafsu, watak, setan yang ada pada kalian, musuh-musuh, dan kawan-kawan kalian yang jahat.

Hendaklah kalian meminta tolong kepada Tuhan atas musuh-musuh kalian. Orang yang akan ditolong adalah orang yang sabar menghadapi musuh, sedangkan orang yang akan terhina adalah orang yang menyerah kepada musuh. Cobaan itu banyak sementara yang menurunkannya satu. Penyakit itu banyak sementara dokternya cuma satu.

Hendaklah orang yang sakit memasrahkan jiwanya kepada dokter. Janganlah berburuk sangka kepada dokter tentang apa yang dia lakukan kepadamu, sebab dokter lebih mengasihi jiwamu daripada dirinya sendiri. Turutilah selalu nasihat dokter dan jangan pernah membantahnya. Engkau pasti akan melihat kebaikan di dunia dan di akhirat. Banyak orang yang terdiam dan kebingungan. Jika keadaan ini berlangsung lama, ajaklah mereka berbicara seperti engkau mengajak berbicara benda-benda mati di Hari Kiamat. Mereka tidak akan berbicara kecuali diajak bicara. Mereka tidak merasa senang hanya jika diberi kesenangan. Hati mereka mencapai hati malaikat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan dan mereka selalu mengerjakan semua yang Dia perintahkan (QS 66:6)

Mereka mencapai kedudukan malaikat, bahkan melebihinya. Mereka melebihi malaikat karena makfirat kepada Allah dan mengenal-Nya. Malaikat hanyalah pelayan dan pengikutnya. Malaikat memperoleh segala pengetahuan darinya, karena hikmah (ilmu) dialirkan ke dalam hati mereka dengan deras. Hati mereka terjaga dari penyakit. Penyakit hanya mendatangi anggota badannya, bukan hatinya. Jika engkau ingin mencapai derajat mereka, maka kau harus memperkuat Islam; meninggalkan dosa, baik dosa lahir maupun dosa batin; menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat; bersikap zuhud dalam urusan dunia yang mubah dan halal; serta merasa cukup dengan kedekatan kepada-Nya. Jika engkau telah merasa cukup dengan kedekatan kepada-Nya, niscaya semua karunia-Nya akan dialirkan kepadamu, serta pintu kelembutan-Nya akan terbuka untukmu, begitu pula pintu rahmat, dan anugerah-Nya. Dunia akan berada dalam genggamanmu, kemudian diluaskannya dunia sampai pada puncaknya.

Pribadi-pribadi seperti di atas adalah pribadi para wali dan shiddiqin yang diketahui melalui ketakwaannya, karena mereka tidak disibukkan oleh sesuatu pun (kecuali Allah). Bagi mereka, dunia berada dalam genggamannya, kerena lebih menyukai tempat tersebut hanya bagi Allah semata, mereka masuk hanya kepada-Nya, mereka mencari hanya dari Allah. Seandainya Allah memberi mereka dunia, mungkin mereka akan sibuk dengan urusan dunia daripada berbakti kepada-Nya. Ini merupakan kemungkinan yang umum terjadi. Tetapi bagi orang-orang seperti di atas, hal seperti itu jarang terjadi, dan yang jarang terjadi tidak bertalian dengan hukum. Nabi saw. termasuk orang yang dipalingkan dari urusan dunia dan tidak disibukkan olehnya. Nabi saw. hanya sibuk berbakti kepada-Nya. Beliau tidak melirik bagian dunianya disertai kesempurnaan zuhudnya dan benar-benar berpaling dari dunia. Kunci-kunci gudang simpanan harta dunia disodorkan kepada beliau, tetapi Nabi saw. menolaknya dan bersabda, “Tuhanku, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin.”

Zuhud adalah anugerah terbaik. Jika tidak, maka tak seorang pun yang mampu bersikap zuhud pada bagiannya di dunia. Orang yang miskin selalu mencari ketenangan dari sikap tamak, tidak serakah dan tidak terburu-buru. Dia bersikap zuhud dalam segala hal. Dia memalingkan hatinya dengan cara tersembunyi dan menyibukkan diri dengan perintah-perintah-Nya. Dia yakin bahwa bagiannya di dunia tidak akan Allah lewatkan sehingga tidak berusaha mencarinya. Dia meninggalkan bagiannya di dunia, tetapi dunia meminta agar dia menerimanya.

Anak-anak muda membutuhkan iman yang menuntun dirinya ke jalan yang benar, jalan Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka juga membutuhkan keyakinan yang memantapkan dirinya untuk tetap di jalan-Nya. Awal perjalanannya membutuhkan cucuran air mata dan akhir perjalanannya membutuhkan iman. Berbeda dengan perjalanan ke Mekkah, sebagian orang mengatakan, “Perjalanan ke Mekkah membutuhkan iman dan cucuran air mata.” Dan perjalanan yang aku tunjukkan ini memerlukan air mata dan iman, baik pada awal maupun pada akhirnya.”

Sufyan ats-Tsaury rahimahullah, pada awal pencarian ilmunya, di tengah perjalanan beliau mendapat kesedihan. Beliau punya uang 500 dinar untuk keperluan belajar. Beliau menghancurkan uang itu dengan tangannya sambil berkata, “Gara-gara kamu mereka akan merampas kami.” Setelah beliau berhasil mendapatkan ilmu dan mengenal Allah, beliau menafkahkan sisa uangnya pada orang-orang fakir dalam satu hari dan berkata, “Seandainya langit adalah besi, tentu tidak akan terjadi hujan. Seandainya bumi adalah batu keras, tentu tidak akan tumbuh tanaman. Sedangkan aku mementingkan mencari rezeki. Sesungguhnya aku telah ingkar.

Engkau harus berusaha dan mengaitkannya dengan sebab-sebab sampai imanmu menjadi kuat. Kemudian pindahlah dari sebab pada musabab (akibat). Para nabi a.s. selalu berusaha dan menganggapnya sebagai kewajiban. Mereka selalu menghubungkannya dengan sebab, baik di awal maupun di akhir perkara. Pada awal perkara mereka bertawakal dan pada akhir perkara mereka mengikuti syariat dan hakikat agama.

Bagi orang yang terhalang, janganlah engkau mencuci usaha dari tanganmu ketika bertawakal terhadap apa yang dimiliki orang lain. Jika engkau mengemis kepada mereka berarti engkau mengingkari nikmat Allah yang telah ditetapkan, dan Allah akan murka kepadamu serta menjauhimu. Meninggalkan usaha dan mengemis kepada orang lain adalah siksaan dari Allah bagi hamba-Nya. Kerajaan Nabi Sulaiman a.s., lenyap karena berbagai faktor, diantaranya karena mengemis kepada orang lain. Penyebab itu semua adalah karena seorang perempuan yang menyembah patung di rumah Nabi Sulaiman selama 40 hari. Oleh karena itu, siksaannya berlangsung selama 40 hari juga. Satu hari berbanding satu hari, suatu kaum tidak berbahagia karena kebingungan mereka, tidak ada tempat untuk beban yang mereka bawa. Mata mereka tak lagi berbinar. Mereka tidak bahagia karena bencana itu sampai mereka bertemu Tuhannya. Pertemuan mereka dua macam: pertemuan di dunia dalam hati mereka, dan ini jarang; pertemuan di akhirat ketika mereka bertemu Tuhannya. Saat itulah kebahagiaan mendatangi mereka. Sebelum pertemuan itu, bencana mereka tetap kekal.

Wahai anakku, cegahlah dirimu dari syahwat dan kesenangan. Berilah makanan yang suci, tidak najis, bersih dan halal untuk tubuhmu. Makanan yang haram adalah najis. Cukupkan dirimu dengan makanan yang halal sehingga engkau tidak akan berlaku salah, sombong dan buruk sopan santun.

Ya Allah, kenalkanlah kami kepada-Mu sehingga kami mengenal-Mu. Amin.[]

(Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Sebab-sebab Kecintaan Allah kepada Hamba-Nya


Di manakah pengabdianmu kepada Allah? Ambillah hakikat ibadah dan laksanakanlah seluruh urusanmu. Engkau adalah hamba yang melarikan diri dari Allah. Karena itu, kembalilah kepada-Nya, hinakan dirimu di hadapan-Nya, serta bersikaplah tawadhu terhadap seluruh perintah-Nya dengan cara melaksanakannya, meninggalkan larangan-Nya, dan menunaikannya dengan penuh kesabaran dan keselarasan. Apabila hal itu telah sempurna, sempurnalah pengabdianmu kepada Allah, lalu akan datang kepadamu kecukupan dari-Nya. Allah SWT berfirman:

Bukankah Allah telah mencukupi (kebutuhan) para hamba-Nya? (QS 39: 36)

Apabila pengabdianmu kepada-Nya telah sempurna, niscaya Dia akan mencintaimu; menguatkan cintamu kepada-Nya di dalam hatimu; berlemah-lembut kepadamu; serta mendekatimu tanpa merasa jemu dan tanpa menuntutmu untuk bersahabat dengan selain Diri-Nya, sehingga engkau menjadi ridha kepada-Nya di dalam seluruh keadaanmu. Kalaupun bumi menyempitkan dirimu dan pintu-pintunya tertutup untukmu, engkau tidak akan marah kepada-Nya; mendekat kepada selain-Nya, dan makan dari makanan yang berasal dari selain-Nya.

Jadilah seperti Musa a.s. seperti dalam firman Allah SWT :

Kami telah mencegah Musa dari menyusu kepada wanita yang mau menyusui sebelumnya… (QS 28: 12)

Tuhan kita, Allah SWT; menyaksikan segala sesuatu, hadir dalam segala sesuatu; mengawasi segala sesuatu; dan dekat dengan segala sesuatu. Tidak cukupkah hal itu bagimu hingga kau ingkar setelah makrifat kepada-Nya?

Engkau bisa celaka, jika mengetahui Allah tetapi kau kembali mengingkari-Nya. Janganlah mengingkari-Nya kembali, sebab engkau tidak akan memperoleh kebaikan seluruhnya. Bersabarlah dengan-Nya dan jangan bersabar dari-Nya. Bukankah kau tahu bahwa siapa saja yang sabar pasti memiliki kemampuan?

Allah SWT berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran kalian; tetaplah bersiap-siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung (QS 3: 200)

Tentang sabar, banyak sekali ayat Alquran yang menunjukkan bahwa dalam kesabaran terkandung kebaikan dan nikmat; bagusnya pahala, pemberian dan ketentraman dunia dan akhirat. Engkau mesti bersabar, niscaya akan segera melihat kebaikan, cepat atau lambat. Engkau mesti sering berziarah kubur, mengunjungi orang-orang salih, mengerjakan kebaikan, niscaya akan tegak urusanmu. Janganlah menjadi bagian dari orang-orang yang jika dinasihati, tidak menurutinya; jika mendengar, tidak mengamalkan apa yang mereka dengar.

Hilangnya agamamu adalah karena empat faktor: (1) Engkau tidak mengamalkan apa yang kau ketahui. (2) Engkau mengamalkan apa yang tidak kau ketahui. (3) Engkau tidak mencari tahu apa yang tidak kau ketahui. (4) Engkau menolak manusia yang akan mengajarimu sesuatu yang tidak kau ketahui.

Apabila engkau menghadiri berbagai majelis zikir, hadirilah demi kenyamanan, bukan demi pengobatan. Engkau telah berpaling dari nasihat para pemberi nasihat. Engkau memelihara kesalahan dan ketergelinciran atasnya. Engkau mengolok-olok, tertawa-tawa dan bermain-main. Engkau adalah petualang yang menantang bahaya. Oleh karena itu, segeralah bertobat, janganlah meniru musuh-musuh Allah, dan manfaatkan apa yang telah kau dengar.

Engkau telah terikat dengan adat, sementara Allah telah menentukan (agar manusia) mencari bagian rezekinya, tidak diam pada sebab, jangan melupakan musabab, dan senantiasa bertawakal kepada-Nya.

Engkau mesti melazimkan amal dan ikhlas. Allah SWT berfirman:

Tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku
(QS 51: 56)

Tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia untuk bersandiwara; tidaklah Allah menciptakan mereka untuk main-main; tidak mungkin juga Allah menciptakan mereka untuk sekadar makan, minum, tidur dan kawin semata. Oleh karena itu, kepada orang-orang yang lalai, hendaklah segera ingat dari kelalaian kalian. Langkahkanlah hati kalian kepada-Nya selangkah, niscaya cinta-Nya kepada kalian maju beberapa langkah. Allah, terhadap perjumpaan dengan para pencinta-Nya, lebih dalam kerinduan-Nya ketimbang kerinduan mereka kepada-Nya.

Allah SWT berfirman:

Dia memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas (QS 2: 212)

Apabila seorang hamba menghendaki perkara yang telah ia persiapkan, hal itu terkait dengan makna, bukan dengan bentuk. Apabila telah sempurna para seorang hamba apa yang disebutkan tadi, berarti dia telah berzuhud terhadap dunia dan akhirat serta terhadap semua hal selain Allah. Akan datang kepadanya kesehatan, kerajaan, kekuasaan, dan pemerintahan. Untuk dirinya, kerikil menjadi gunung; tetesan air menjadi lautan; bintang menjadi rembulan; bulan menjadi mentari; sedikit menjadi banyak; tidak ada menjadi ada; kefanaan menjadi kekal; gerak menjadi diam; pohonnya meninggi dan bergerak menuju Arsy, sementara akarnya mengarah ke bumi serta dahan-dahannya di dunia dan akhirat. Apakah dahan-dahan itu? Yaitu hukum dan ilmu.

Dunia di sisinya menjadi seperti lingkaran yang tidak mengenakkan. Tidak ada dunia yang memilikinya, tidak ada akhirat yang mengikatnya; tidak ada raja yang menguasainya maupun kerajaan yang dimilikinya; tidak ada hijab yang menghalanginya; tidak ada seorang pun yang dapat mengambilnya; tidak ada noda yang mengotorinya. Apabila telah sempurna semua itu pada diri seorang hamba, layaklah hamba tersebut untuk selalu menyertai Allah; mengambil dan memurnikan dengan tangan mereka bagiannya dari samudera dunia ini. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia akan menjadikannya petunjuk dan dokter bagi manusia; menjadikannya pendidik dan pelatih mereka; menjadikannya pemandu dan tukang memperbaiki mereka; serta menjadikannya lampu penerang dan cahaya mentari bagi mereka. Jika tidak menghendakinya seperti itu, pasti Dia akan menghijabnya dari Diri-Nya dan menggaibkannya dari selain-Nya. Salah seorang yang seperti itu mengembalikan mereka kepada makhluk dengan penjagaan dan pengamanan yang sempurna; menyelaraskan mereka demi kemaslahatan makhluk; dan menunjuki mereka. Seorang yang zuhud terhadap dunia akan diuji dengan akhirat. Sementara orang yang zuhud terhadap dunia dan akhirat, dia akan diuji dengan Tuhan dunia dan akhirat. Sebagian besar manusia telah lalai seolah-olah mereka tidak akan mati; seolah-olah pada Hari Kiamat tidak akan dikumpulkan di padang Mahsyar; seolah-olah mereka tidak akan di hisab di hadapan Allah; dan seolah-olah mereka tidak akan diperjalankan di atas Shirath al Mustaqim.

Itulah sifat-sifatmu, sementara engkau diseru kepada Islam dan keimanan. Alquran dan ilmu akan mendakwamu bila engkau tidak mengamalkan keduanya. Apabila engkau hadir di tengah-tengah para ulama tetapi engkau tidak menerima apa yang mereka katakan, kehadiranmu di tengah mereka akan mendakwamu pula. Pada Hari Kiamat, seluruh makhluk secara umum akan merasa takut kepada keagungan Allah SWT; kepada kebesaran, wibawa, dan keadilan-Nya; yang dapat meluluh-lantakkan kerajaan-kerajaan di dunia dan mengekalkan kerajaan-Nya. Semua makhluk akan kembali kepada-Nya pada Hari Kiamat; tampaklah raja-raja dari berbagai kaum; dan tampaklah keagungan dan kekayaan mereka; Allah memuliakan mereka pada hari itu. Mereka memenuhi para hamba, gunung-gunung, dan lembah-lembah. Allah mengawasi bumi melalui mereka. Mereka adalah para penguasa dan pemimpin manusia serta para wakil Allah SWT. Hal demikian dipahami dari segi makna, bukan dari segi bentuk. Hari ini adalah makna, sementara besok adalah bentuk. Keberanian orang-orang yang berperang melawan orang-orang kafir adalah, ketika mereka bertemu dengan orang-orang kafir tersebut, mereka bersikap teguh di hadapan mereka. Sementara keberanian orang-orang salih adalah ketika mereka menghadapi diri mereka, nafsu, tabiat, setan dan kawan-kawan buruk mereka yang merupakan setan dari kelompok manusia. Sedangkan keberanian orang-orang yang khawwash (istimewa) adalah dalam kezuhudan mereka terhadap dunia dan akhirat serta terhadap apa yang selain Allah secara keseluruhan.

Wahai anakku, ingatlah sebelum diingatkan oleh sesuatu yang bukan urusanmu. Condong dan bergaullah dengan para ahli agama, sebab sesungguhnya merekalah sebenar-benar manusia. Orang yang paling berakal di tengah-tengah manusia adalah mereka yang paling taat kepada Allah. Sementara itu, orang yang paling bodoh di antara manusia adalah mereka yang bermaksiat kepada-Nya.

Nabi saw. bersabda, “Kotorilah tanganmu” Yakni, cintailah kefakiran, jika kau seorang kaya. Apabila kau bergaul dengan ahli agama dan mencintai mereka, niscaya engkau akan menjadi orang kaya dan hatimu akan menjauh dari perbuatan nifak dan para pelakunya. Orang munafik bersikap riya terhadap amalnya. Tidak ada yang diterima darimu kecuali apa yang ditujukan semata-mata karena Allah. Tidak ada yang diterima bentuk amalmu, tetapi yang diterima adalah niatnya. Jika engkau menentang diri, hawa nafsu, syetan, dan duniamu dalam amal-amalmu, Dia akan menerima amal-amal itu darimu. Oleh karena itu, hendaklah engkau beramal dan bersikap ikhlas, dan jangan terlalu mempedulikan seluruh amal-amalmu. Tidaklah diterima amalanmu kecuali yang kau maksudkan karena Allah, bukan karena manusia.

Engkau akan celaka jika beramal karena makhluk, sementara kau ingin agar Allah menerima amalmu. Tinggalkanlah keburukan, kesombongan dan kegembiraan karena amalmu. Kurangilah kegembiraanmu itu dan perbanyaklah kekhawatiranmu. Sebab, sesungguhnya engkau ada di kampung kekhawatiran dan penjara (yakni dunia).

Nabi kita, Muhammad saw. selalu melazimkan tafakur. Dia sedikit bergembira dan banyak khawatir; sedikit tertawa kecuali senyum untuk menghibur orang lain. Di dalam hatinya selalu ada kekhawatiran dan kesibukan. Seandainya bukan karena para sahabat dan urusan-urusan dunia, niscaya dia akan keluar dari rumahnya sementara tidak ada seorang pun yang berdiri bersamanya (ber-uzlah).

Jika engkau telah benar dalam berkhalwat dengan Allah, niscaya hatimu akan bening dan jiwamu akan bersih; pandanganmu peka dan hatimu akan selalu berpikir; serta ruhani dan tujuanmu kepada Allah akan sampai. Memikirkan dunia adalah siksaan dan hijab, sementara memikirkan akhirat adalah ilmu dan kehidupan bagi hati. Seorang hamba yang bertafakur pasti akan diberi ilmu tentang berbagai ihwal dunia dan akhirat.

Janganlah menenggelamkan hatimu dalam lautan dunia, padahal Allah telah mengosongkannya dari dunia yang menjadi bagianmu. Dia juga membatasi waktu-waktunya yang dikenal di sisi-Nya. Setiap hari rezeki diperbarui, baik yang selalu kau cari maupun yang tidak kau cari. Jika engkau terlalu bernafsu pada harta, maka harta akan menodaimu, baik di sisi Allah maupun di sisi makhluk. Dengan berkurangnya keimanan, engkau mencari rezeki; dengan bertambahnya keimanan, engkau berdiri mengharapnya; serta dengan kesempurnaan dan keparipurnaannya, engkau tidak mempedulikannya.

Janganlah mencampuradukkan antara sikap rajin dan malas. Sebab, engkau tidak mungkin memposisikan hatimu dengan makhluk, lantas bagaimana engkau bisa mempersatukannya dengan Allah, sementara engkau menyekutukan-Nya dengan makhluk. Bagaimana mungkin engkau bisa bersama musabab? Bagaimana mungkin bersatu lahir dan batin; apa yang kau pikirkan dan apa yang tidak kau pikirkan? Alangkah bodoh orang yang melupakan musabab dan sibuk dengan sebab. Dia bersama-sama yang kedua dan meninggalkan yang pertama; dia melupakan yang kekal dan bersama-sama dengan yang fana.

Persahabatanmu dengan orang-orang bodoh akan menyebabkan mereka menentangmu karena kebodohan mereka. Oleh karena itu, hendaklah bersahabat dengan orang mukmin yang teguh, berilmu dan mengamalkan ilmunya. Yang paling baik di antara seluruh ihwal kaum mukmin di dalam seluruh perilaku mereka, adalah yang paling kuat mujahadah­-nya, serta yang paling kuat dalam memerangi diri dan hawa nafsu mereka. Oleh karena itu, Nabi saw. bersabda, “Kegembiraan seorang mukmin terletak pada wajahnya, sementara kesedihannya terletak dalam hatinya.”

Karena beggitu kuatnya, dia mampu menampakkan kegembiraan di wajahnya, dan menyembunyikan kesedihan di dalam hatinya yang hanya diketahui oleh Allah dan dirinya. Semangatnya selalu menyala, banyak berpikir, banyak menangis, dan sedikit tertawa. Oleh karena itu pula Nabi saw. bersabda, “Tidak ada yang menentramkan seorang mukmin kecuali pertemuannya dengan Allah Azza wa Jalla.”

Seorang mukmin akan menutupi kesedihan dengan kegembiraannya. Secara lahiriah dia tampak sibuk di dalam aktivitasnya, sementara batinnya tenang di sisi Allah SWT. Secara lahiriah ia bekerja untuk keluarganya, sementara batinnya bekerja untuk Allah. Dia tidak menyebarkan rahasia keadaaannya itu kepada keluarga, anak-anak dan tetangganya; tidak juga kepada satu pun makhluk-Nya. Dia mendengar sabda Nabi saw., “Lindungilah urusan-urusan kalian dengan cara merahasiakannya.”

Seorang mukmin senantiasa menutupi apa yang ada di dalam dirinya. Apabila datang kepadanya dorongan atau keluar dari lisannya satu kalimat saja, maka akan kacaulah urusannya dan berubahlah pengertiannya. Dia akan berusaha menutupi apa yang tampak dan mengkhawatirkan apa yang terlihat dari dirinya.

Hendaklah engkau menjadikan saya sebagai cermin bagimu. Jadikanlah saya cermin bagi hatimu serta cermin amal-amalmu. Mendekatlah kepada saya, sebab sesungguhnya engkau akan melihat dalam dirimu apa yang tidak kau lihat sebelumnya. Apabila engkau membutuhkan agamamu, kau mesti bersama saya. Sesungguhnya saya tidak akan mempermainkanmu dalam agama Allah. Saya tidak merasa malu untuk kembali ke dalam agama Allah.

Tinggalkanlah dunia di rumahmu dan mendekatlah kepada saya. Sesungguhnya saya berdiri di pintu akhirat. Oleh karena itu, berdirilah bersama saya dan dengarkanlah kata-kata saya; beramallah untuk-Nya sebelum engkau mati dalam waktu dekat ini. Gunakanlah waktumu untuk takut kepada Allah. Apabila engkau tidak memiliki rasa takut, engkau tidak akan merasa aman di dunia dan akhirat. Takut kepada Allah adalah dengan ilmu. Oleh karena itulah, Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah para hamba-Nya yang berilmu
(QS 35: 28)

Tidak takut kepada Allah kecuali para ulama yang mengamalkan ilmunya. Merekalah orang yang beramal dan berilmu. Mereka tidak menuntut pahala dari Allah atas amal-amal mereka. Akan tetapi, mereka hanya berharap dapat bertemu dengan wajah-Nya dan ingin dekat dengan-Nya; ingin mencintai-Nya dan ikhlas. Para ulama ingin agar Allah tidak menutup pintu dunia dan akhirat. Mereka tidak merindukan dunia, tidak juga akhirat dan apapun selain Diri-Nya. Dunia bagi orang lain, dan akhirat pun demikian. Allah adalah milik suatu kaum, yakni orang-orang Mukmin yang yakin, bermakrifat dan cinta kepada-Nya; yang bertakwa dan takut kepada-Nya; serta yang merasa khawatir dan sedih karena-Nya. Mereka takut kepada Allah karena kegaiban-Nya. Allah gaib dari penglihatan lahiriah mereka, tetapi hadir atau tampak pada matahati mereka. Bagaimana mereka tidak takut kepada-Nya, sementara Dia setiap hari sibuk, mengubah dan mengganti; menolong dan menghinakan, menghidupkan dan mematikan sesuatu; menerima ini dan menolak itu; serta mendekatkan ini dan menjauhkan itu?

Allah SWT berfirman:

Dia tidak ditanya atas apa yang Dia kerjakan; merekalah yang akan ditanya (QS 21: 23)

Ya Allah, dekatkanlah kami kepada-Mu
Dan janganlah Engkau menjauhkan kami dari-Mu.
Berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat,
Serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka []

(Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Cinta Dalam Injil Barnabas


Injil Barnabas
Penerjemah dari Bahasa Arab
H. Husein Abubakar Alhabsy dan Abubakar Basymeleh
Penerbit Mutiara Ilmu, Surabaya

Fasal 18
25. Sungguh aku katakan kepadamu, bahwa seorang khadam berusaha menyenangkan tuannya, maka ia tidak memakai pakaian yang menggusarkan tuannya daripadanya.
26. Dan baju-bajumu itu adalah kemauan dan kecintaanmu
27. Jika demikian hati-hatilah kamu dari menginginkan atau mencintai sesuatu yang tidak diridhoi Allah Tuhan kita.
28. Yakinilah bahwa Allah membenci hiasan dan syahwat dunia ini, dari itu bencilah kamu akan dunia.

Fasal 26
4. “Sesungguhnya kamu merupakan manusia-manusia gila, apabila kamu tidak mau memberikan perasaanmu kepada Allah demi untuk membeli dirimu, di mana khazanah kecintaan bersemayam di situ.”
5. Karena kecintaan itu laksana harta terpendam yang tidak ada tara baginya.
6. Barangsiapa mencintai Allah maka Allah akan menjadi untuk dia.
7.Dan barangsiapa Alla menjadi untuk dia, maka segala sesuatu akan menjadi kepunyaannya.
8. Petrus bertanya, “Katakanlah wahai guru, kepada kami bagaimana seorang harus mencintai Allah dengan kecil dan yang murni?”
9. Maka Yesus menjawab, “Sungguh kukatakan kepadamu, barangsiapa yang tidak bersedia untuk membenci ayah, ibu, hidup, anak-anak dan isterinya demi untuk kecintaan kepada Allah, maka orang seperti itu tidak layak untuk dicintai Allah.”

Fasal 30
3. Seorang Fakih bertanya, “Ya guru, apa yang harus kuperbuat untuk mendapatkan kehidupan yang abadi?”
4. Yesus menjawab, “Cintailah Allah Tuhanmu dan sanak kerabatmu.”
5. Cintailah Tuhanmu di atas segala sesutau dengan seluruh hati dan akalmu.
6. Dan sanak kerabatmu adalah seperti dirimu.

Fasal 44
8. Sungguh wajib atasmu untuk mengerjakan sesuatu demi kecintaan kepada Allah.

Kumpulan Hadits Tentang Cinta



Syarah Mukhtaarul Ahaadits
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi
Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008

Cintailah manusia (orang lain) seperti kamu mencintai dirimu sendiri
(HR Bukhari)

21. Peliharalah dirimu dari hal-hal yang diharamkan, niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah, dan relalah dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu, niscaya kamu menjadi orang yang paling kaya. Berbuat baiklah terhadap tetanggamu, niscaya kamu menjadi orang mukmin. Cintailah orang lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri, niscaya kamu menjadi orang muslim. Dan janganlah kamu banyak tertawa karena banyak tertawa itu dapat mematikan hati.
(Riwayat Ahmad melalui Abu Hurairah ra)

45. Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu (HR Turmudzi)

Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memberinya cobaan (bala) supaya Allah mendengar tadharru’-nya (seruannya) (HR Baihaqi)

210. Amal yang paling utama setelah beriman kepada Allah adalah cinta kasih (at tawaddud) terhadap sesama manusia.
(Riwayat Imam Thabraqni)

245. Ya Allah, jadikanlah cinta kepada-Mu, merupakan hal yang paling aku cintai, dan jadikanlah takut kepada-Mu merupakan hal yang paling kutakuti di sisiku, serta putuskanlah tuntutan-tuntutan duniawi dariku dengan rindu untuk bertemu dengan-Mu. Apabila Engkau menyejukkan pandangan mata ahli dunia karena dunia mereka, maka sejukkanlah mataku karena ibadah kepada-Mu.
(Riwayat Abu Na’im melalui al Haitsam ibnu Mlaik ath Tha’i)

288. Sesungguhnya Allah SWT berfirman di hari kiamat, “Mana orang-orang yang saling mengasihi karena demi keagungan-Ku? Pada hari kiamat ini Aku naungi mereka di bawah naungan-Ku, yaitu di hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku”
(Riwayat Muslim melalui Abu Hurairah ra)

346. Apabila kalian menginginkan dicintai oleh Allah SWt dan rasul-Nya, maka sampaikanlah amanat, dan jujurlah dalam berbicara, serta berbuat baiklah kepada orang yang menjadi tetangga kalian.
(Riwayat Thabrani)

499. Ada tiga orang yang dicintai Allah SWT, yaitu: seseorang yang bangun di tengah malam lalu membaca Kitabullah (Al Quran); seseorang yang bersedekah dengan tangan kanannya dan menyembunyikan dari tangan kirinya; dan seseorang yang berada dalam barisan perang, lalu teman-temannya melarikan diri sedangkan dia terus maju menghadapi musuh.
(Riwayat Turmudzi melalui Ibnu Mas’ud ra)

514. Cintailah Allah melalui hamba-hamba-Nya, niscaya Allah akan mencintai kalian
(Riwayat Thabrani melalui Abu Umamah)

551. Alangkah kecewa dan meruginya seorang hamba yang Allah SWT tidak menanamkan rasa kasih saying terhadap manusia dalam hatinya.
(Riwayat Abu Na’im al Ashbahani)

651. Jarang berkunjung akan menambah cinta kasih
(Riwayat Thabrani)

Hadits-hadits tentang Azab


Syarah Mukhtaarul Ahaadits
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi
Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008

172. Orang yang paling keras azabnya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang-orang yang menyaingi ciptaan Allah.  (Riwayat Bukhari dan Muslim)

258. Sesungguhnya orang-orang yang telah membuat gambar ini (ashurah) akan diazab pada hari kiamat, lalu dikatakan kepada mereka, “Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan itu.”
(Riwayat Syaikhan)

285. Sesungguhnya Allah SWT tidak mengazab karena air mata dan tidak pula karena sedihnya hati, akan tetapi Dia mengazab karena ini (perawi mengisyaratkan kepada lisannya) atau merahmati. Sesungguhnya mayat itu diazab disebabkan tangisan keluarganya.
(Riwayat Jamaah)

295. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku benar-benar akan menimpakan azab kepada penduduk bumi, tetapi apabila Aku memandang kepada orang-orang yang meramaikan rumah-rumah-Ku (Masjid-masjid) dan orang –orang yang saling menyayangi demi karena Aku, serta orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur, maka Aku kesampingkan azab-Ku dari mereka.
(Riwayat Baihaqi melalui Anas ra)

500. Ada tiga orang yang Allah tidak mau melihat mereka di hari kiamat, dan tidak mau menyucikan mereka, bagi mereka hanyalah azab yang pedih, yaitu: seseorang yang memiliki kelebihan air di tengah jalan, lalu ia mencegahnya dari ibnu sabil; seseorang yang berbaiat kepada seorang imam semata-mata untuk mendapatkan duniawi, apabila Imam memberikan sebagian darinya ia rela, dan bila Imam tidak memberikannya ia marah; dan seseorang yang bersumpah demi dagangannya, bahwa dia menjual barangnya jauh lebih murah daripada ketika ia membelinya, padahal ia berdusta.
(Riwayat Bukhari dan Muslim melalui Abu Hurairah ra)

Kemarahan dan Kedunguan (Imam Ali kw)




  • Permulaan marah adalah kegilaan, sedangkan akhirnya adalah penyesalan.

  • Janganlah kemarahan mendorongmu berbuat dosa karena ia hanya menyembunyikan kemarahanmu, sementara engkau telah menjadikan agamamu sakit.

  • Hati-hatilah terhadap kemarahan dari apa yang mendorongmu padanya karena sesungguhnya ia mematikan aktivitas berpikir dan menghalangi pembuktian.

  • Sedikit marah sudah terlalu banyak dalam menyusahkan jiwa dan akal.

  • Kemarahan mengobarkan dendam yang terpendam.

  • Tidak akan berjalan kemuliaan marah dengan kehinaan meminta maaf.

  • Janganlah memutuskan hukuman ketika engkau dalam keadaan marah.

  • Sisakanlah untuk ridhamu dari kemarahanmu, dan jika engkau terbang, hinggaplah di tempat yang dekat.

  • Kemarahan orang bijak terletak pada perbuatannya, sedangkan kemarahan orang jahil pada ucapannya.

Hadits-hadits Tentang Amal


Syarah Mukhtaarul Ahaadits
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi
Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008

Perbaikilah urusan dunia kalian dan beramallah untuk akhirat kalian seakan-akan kalian akan mati besok (HR Ad Dailami melalui Anas ra)

2. Kerjakan kebajikan dan jauhilah kemungkaran. Pikirkanlah dahulu hal yang akibatnya disukai oleh pendengaran telingamu, agar kelak kaum tidak mengata-ngataimu bila engkau tiada dari mereka, bila telah engkau pikirkan akibatnya yang baik, maka kerjakanlah hal itu. Dan pikirkanlah dahulu hal yang akibatnya tidak disukai oleh pendengaran telingamu, bila akibatnya buruk maka tinggalkanlah agar kelak kaummu tidak mengata-ngataimu jika engkau tinggalkan mereka.
(Riwayat Jamaah)

33. Amal yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan secara terus menerus sekalipun sedikit (HR Syaikhan melalui Aisyah ra)

34. Amal yang paling disukai Allah ialah ketika kamu mati lisanmu masih basah karena dzikrullah (HR Baihaqi melalui Mu’adz ra)

61. Apabila engkau hendak mengerjakan suatu perkara, maka pikirkanlah dahulu akibatnya, apabila akibatnya baik kerjakanlah, apabila akibatnya buruk, tinggalkanlah
(Riwayat Ibnul Mubarak)

62. Apabila engkau menghendaki suatu perkara, maka engkau harus bersikap tenang sehingga Allah memperlihatkan jalan keluarnya.
(Riwayat Bukhari)

126. Apabila manusia mati, maka amalnya terputus, kecuali tiga perkara yaitu:sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya (HR Muslim)

155. Menyempurnakan wudhu adalah bagian dari iman; bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan; tasbih dan takbir dapat memenuhi langit dan bumi. Shalat adalah nur, zakat adalah bukti, sabar adalah penerang, dan Al Quran adalah hujjah bagimu atau hujjah terhadapmu. Setiap manusia berupaya di pagi hari, maka barangsiapa yang menjual dirinya (demi mencapai keridhaan Rabb-nya) berarti ia memerdekakannya (dari neraka), atau membinasakannya (bila ia menjual dirinya demi kerelaan setan)
(Riwayat Ibnu Hibban)

302. Sesungguhnya Allah mencatat semua kebaikan dan keburukan. Kemudian Dia menjelaskan hal tersebut, barangsiapa berniat untuk mengerjakan suatu kebaikan lalu dia tidak mengerjakannya maka Allah menuliskan untuknya suatu kebaikan secara penuh di sisi-Nya. Dan apabila ia berniat lalu dia mengerjakannya maka Allah mencatat pahala sepuluh kebaikan di sisi-Nya hingga 700 kali lipat bahkan lebih banyak lagi. Dan barangsiapa berniat mengerjakan suatu keburukan lalu dia tidak mengerjakannya, maka Allah mencatat pahala suatu kebaikan secara penuh di sisi-Nya. Apabila dia berniat untuk mengerjakannya lalu ternyata dia benar-benar mengerjakannya, maka Allah mencatat untuknya dosa satu keburukan saja.
(Riwayat Muslim dan Bukhari)

313. Sesungguhnya seseorang mengerjakan perbuatan ahli surga seperti yang tampak di mata orang-orang sedangkan hakikatnya dia termasuk ahli neraka. Dan sesungguhnya seseorang mengerjakan perbuatan ahli neraka seperti yang tampak di mata orang-orang sedangkan kenyataannya dia adalah termasuk ahli surga.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

375. Menanti penyelesaian dari Allah adalah ibadah, barangsiapa rela dengan rezeki sedikit, maka Allah rela pula dengan sedikit amal yang dikerjakannya.
(Riwayat Ibnu Abud Dunya)

596. Tinggalkanlah hal yang meragukanmu untuk mengerjakan hal yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya jujur itu mendatangkan thuma’ninah (ketenangan) dan sesungguhnya dusta itu mendatangkan kembimbangan.
(Riwayat Ahmad Nasa’I dll)

1104. Tercatat di dalam kitab Injil, “Sebagaimana engkau berbuat, maka engkau akan mendapatkan balasannya, dan hanya dengan takaran (mikyala) yang engkau pakailah engkau akan ditakar.”
(Riwayat Ad Dailami melalui Fudhalah Ibnu Ubaid)

1134. Barangsiapa yang ingin mengetahui pahala amalnya di sisi Allah, maka hendaklah ia melihat amal yang telah dikerjakannya untuk Allah.
(Riwayat Anas ra)

Marah yang Terpuji dan yang Tercela


Abdul Qadir Jailani
Percikan Cahaya Ilahi

Marah itu, jika karena Allah, adalah terpuji. Namun, jika karena selain-Nya, marah adalah sikap yang tercela. Seorang muslim marah karena menolong agama-Nya, bukan karena menolong dirinya. Dia marah jika hukum Allah dihina, sebagaimana seekor macan marah jika hasil buruannya dirampas. Sedah tentu Allah SWT murka karena murka-Nya dan Dia ridha karena keridhaan-Nya.

Janganlah menampakkan kemarahan karena Allah SWT, padahal engkau marah karena dirimu sendiri. Jika begitu, engkau telah menjadi orang munafik. Sebab, segala sesuatu yang dilakukan karena Allah akan sempurna, kekal dan bertambah. Sementara sesuatu yang tidak karena-Nya akan berubah dan musnah. Oleh karena itu, jika engkau melakukan suatu perbuatan, hilangkanlah diri (ego) dan hawa nafsumu, juga setan yang menggodamu. Janganlah melakukan semua itu kecuali karena Allah SWT dan karena melaksanakan perintah-Nya. Janganlah melaksanakan sesuatu kecuali karena perintah yang tetap dari Allah SWT; baik melalui perantaraan syariat, melalui ilham dari Allah ke dalam hatimu atau menyesuaikan diri dengan syariat.

Hendaklah engkau bersikap zuhud tentang keadaan dirimu, segenap makhluk, dan perkara dunia, niscaya Dia akan memberi ketenangan. Cintailah sikap ramah kepada Allah SWT dan ketenangan dari kedekatan dengan-Nya. Tidak ada keramahan kecuali keramahan kepada-Nya. Tidak ada ketenangan kecuali bersama-Nya setelah bersih dari kekotoran diri dan hawa nafsu. Tetaplah bersama kaum muslim sehingga engkau menjadi kuat karena kekuatan mereka dan melihat dengan penglihatan mereka. Raja di antara semua raja akan merasa bangga kepadamu. Bersihkanlah hatimu dari selain Dia. Dengan itu, engkau akan dapat melihat semua perkara selain Dia. Pada garis besarnya, engkau akan melihat-Nya, kemudian dengan itu, engkau akan melihat perlakuan-Nya terhadap makhluk-Nya. Sama halnya engkau tidak boleh masuk menghadap raja di dunia dengan membawa najis lahiriah, kau juga tidak bisa masuk menghadap Raja semua raja, yaitu Allah SWT, dengan membawa najis batiniah. Engkau akan menjadi tenang penuh dengan endapan. Apa yang Dia lakukan terhadap dirimu? Ubahlah apa yang ada dalam dirimu dan bersihkanlah. Setelah itu, baru engkau dapat masuk menghadap Allah.

Dalam hatimu terdapat dosa, engkau takut terhadap makhluk dan berharap padanya. Engkau juga mencintai dunia dan semua yang ada di dalamnya. Semua ini termasuk najis hati. Tidak ada pembicaraan hingga engkau mati dan dibawa ke satu pintu kejujuranmu. Pada saat itu, engkau tidak mengkhawatirkan makhluk. Sesuatu yang selamanya ada dalam dirimu, ada pada mereka dan engkau dapat melihat mereka. Oleh karena itu, jangan menyodorkan tanganmu kepada mereka hingga mereka menerimanya. Tidak ada pembicaraan jika engkau masih merasa bingung untuk dekat kepada-Nya, sehingga dirimu disibukkan oleh mereka; oleh pemberian, cegahan, pujian, dan celaan mereka.

Jika seseorang bertobat dengan benar, berarti benar pula imannya dan akan bertambah. Menurut Ahlus Sunnah, iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang. Iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat. Ini terjadi di kalangan orang-orang awam. Sementara bagi orang-orang tertentu, iman itu bertambah karena makhluk telah keluar dari hati mereka, dan iman berkurang karena makhluk masuk ke dalam hati mereka. Iman bertambah karena tetapnya mereka kepada Allah SWT dan berkurang karena berdiam pada selain Allah. Kepada Tuhan mereka bertawakal, kepada-Nya percaya, kepada-Nya bersandar, kepada-Nya merasa takut, kepada-Nya kembali, dan kepada-Nya bertauhid. Dan kepada-Nya berpegang teguh sehingga mereka tidak menyekutukan-Nya. Karena semua itu mereka dicoba. Tauhid mereka ada dalam hati dan perhatian kepada makhluk ada dalam lahirnya. Jika ada yang mengatakan kebodohan kepada mereka, sesungguhnya mereka tidak bodoh. Allah SWT berfirman tentang mereka:

Apabila orang-orang jahil menyapa, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (QS 25: 63)

Hendaklah engkau diam dan bersabar terhadap kebodohan orang-orang jahil serta nafsu mereka yang berkobar. Sementara jika mereka durhaka kepada Allah, janganlah berdiam diri, karena hal demikian adalah haram. Dalam hal itu, berbicara adalah ibadah dan tidak berbicara adalah dosa – jika engkau telah menetapkan amar ma’ruf nahi mungkar kemudian melalaikannya. Karena amar ma’ruf nahi mungkar adalah pintu kebaikan yang terbuka di hadapanmu, maka bergegaslah masuk ke dalamnya. Nabi Isa a.s. pernah memakan rumput padang pasir, minum dari air sungai, dan berlindung dalam gua-gua. Beliau sering tidur berbantalkan batu atau tangannya. Orang mukmin melakukan hal demikian dengan tujuan agar bisa menemui Tuhannya melalui cara ini. Apabila ada bagian harta untuknya di dunia, harta itulah yang akan mendatanganinya. Dia hanya memakainya dalam lahiriahnya saja dan melakukannya untuk dirinya, sedangkan hatinya tetap bersama Allah SWT, tidak berubah. Sebab sikap zuhud, jika sudah menetap di hati, tidak akan berubah oleh datangnya dunia dan memperoleh bagiannya. Orang mukmin, jika sudah mencintai dunia, penghuninya, syahwatnya dan kesenangannya, maka dia tidak akan sabar menghadapi kesibukan sedetik pun di malam dan siang hari; dia tidak akan beribadah dan mengingat Allah SWT, dan dia tidak akan menaati-Nya. Kemudian Allah memperlihatkan kepadanya aib dirinya, lalu dia bertobat dan menyesali diri atas kecerobohannya di masa lalu. Allah kemudian memperlihatkan kepadanya aib dunia melalui keterangan dalam Alquran dan Sunnah, melalui para guru, sehingga muncullah sikap zuhud dalam dirinya terhadap dunia. Pada saat dia melihat suatu aib, Allah memperlihatkan aib lainnya, sehingga dia tahu bahwa semuanya tidaklah abadi (fana).

Baginya, umur dunia itu sebentar; nikmatnya akan hilang; kebaikannya akan berubah; pekertinya jelek; tangannya akan menyembelih; dan ucapannya menjadi racun. Tidak ada yang dikembalikan kepada dunia, juga tidak menjadi pokok dan tidak menjanjikan. Berdiri di dunia bagaikan membangun di atas air, dia tidak menjadikannya tetap di dalam hati dan tidak menjadikannya sebagai rumah. Kemudian derajatnya meningkat, keyakinannya semakin kuat, dan dia mengenal Allah Azza wa Jalla. Dia juga tidak menjadikan akhirat tetap dalam hatinya. Hanya kedekatan dengan Tuhannya yang dia tetapkan daam hati di dunia dan di akhirat.

Dia membangun rumah bagi batin dan hatinya di sana. Saat itu keramaian dunia tidak membahayakan baginya walaupun dibangun seribu rumah karena dibangun untuk yang lain bukan untuknya. Dia melaksanakan perintah Allah, dan menyesuaikan diri dengan qadha dan qadar-Nya. Dia mendirikannya dengan tujuan untuk melayani makhluk dan menyampaikan ketenangan kepada mereka. Dia menghubungkan antara yang terang dengan yang gelap dalam masakan roti dan tidak memakannya sedikitpun. Dia mempunyai makanan khusus yang tidak sama dengan yang lain. Dia berbuka puasa di hadapan makanannya sendiri, dan berpuasa lagi di hadapan makanan orang lain. Orang zuhud itu berpuasa dari makanan dan minuman. Orang makrifat berpuasa dari yang tidak dia kenal. Dia lapar, dan tidak makan selain dari tangan dokternya. Penyakitnya jauh sedangkan obatnya dekat. Puasa orang zuhud di siang hari, sedangkan puasa orang makrifat di siang dan malam hari. Tidak ada buka bagi puasanya sehingga dia menemui Allah Azza wa Jalla. Orang makrifat berpuasa selamanya dan demam selamanya. Hatinya berpuasa selamanya dan bagian dalamnya mengalami demam. Dia tahu bahwa obatnya adalah bertemu Tuhannya dan dekat kepada-Nya.

Wahai sahaya, jika ingin berbahagia, keluarkanlah makhluk dari dalam hatimu. Engkau tidak perlu takut kepada mereka; Kau tidak perlu mengharapkan sesuatu dari mereka; Kau tidak perlu bersikap ramah terhadap mereka; dan kau tidak perlu tinggal bersama mereka. Segeralah menghindar dari semua itu dan belajarlah bersikap “kasar” kepada mereka, anggaplah mereka sebagai bangkai yang telah mati. Jika hal itu telah kau lakukan dengan benar, engkau akan merasa tenang ketika ingat kepada Allah Azza wa Jalla dan sebaliknya, merasa gelisah ketika mengingat yang selain Dia. []