Wednesday, December 16, 2020

 You have to be completely devastated until His Jalal is experienced.

- Shuayb Eric Winkel

 Keberanian dalam agama terletak pada upaya menunaikan hak-hak Allah Swt.

- Syaikh Abdul Qadir Jailani

 Hendaklah engkau semua meminta pemenuhan semua kebutuhanmu hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk-Nya.

- Syaikh Abdul Qadir Jailani

Tuesday, December 8, 2020

 Perhatikanlah apa yang muncul ke hadapanmu, jika itu memisahkanmu dari hal yang membuatmu berjarak dengan-Ku, maka itu adalah dari-Ku.

- Al Mawaqif, Imam An Niffari

 Suatu ketika Nabi Yahya as dan Nabi Isa as bertemu. Lalu Nabi Isa as menjabat tangan saudaranya, Nabi Yahya as seraya tersenyum dan bermanis muka hingga membuat Nabi Yahya heran dan bertanya, "Wahai anak bibiku, mengapa engkau selalu tersenyum kepadaku seakan-akan engkau telah merasa aman dan tentram?"

Lalu Nabi Isa as menjawab pertanyaannya, "Ya, aku juga merasa heran, mengapa kulihat wajahmu terlihat masam seakan-akan kamu telah putus asa?"
Akhirnya Allah Swt berfirman kepada keduanya, "Sesungguhnya orang yang paling Aku cintai di antara kalian berdua adalah orang yang paling banyak bermanis muka kepada saudaranya."
(Dari Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir)

 Nabi Isa 'alaihissalam bersabda:

"Bekerjalah kamu karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan janganlah kamu bekerja karena perutmu. Lihatlah burung-burung itu, mereka terbang kesana kemari tanpa henti, mereka tidak bekerja di sawah, mereka tidak menanam tanaman di kebun, akan tetapi Allah tetap memberinya rezeki.
Kalau seandainya kamu berkata, "Perut kami lebih besar dari perut burung, maka kami harus makan lebih banyak. Maka sekarang lihatlah kepada binatang-binatang buas (seperti harimau, singa, beruang) dan binatang jinak (seperti kerbau, sapi, kambing). Mereka pulang dan pergi ke kandangnya tanpa bekerja di sawah atau di ladang, akan tetapi Allah tetap memberi rezeki bagi mereka."
(Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi)

Tuesday, November 17, 2020

Reciprocal love is nature based love. I do something good for you, you do something good for me. And love for each other goes back and forth. It can increased and decreased.


Divine based love or spirit based love is the one that cannot be increased and decreased. It is just is.

And there is nothing you can do that will make me love you more or love you less.


- Ibn Arabi words cited by Shuayb Eric Winkel in his presentation about “The New Earth” - The Futuhat Project.

Sunday, November 1, 2020

 15.Al-Ḥijr : 19


وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ


Dan Kami telah menghamparkan Bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung serta Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran.


15.Al-Ḥijr : 20


وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرَازِقِينَ


Dan Kami telah menjadikan padanya sumber-sumber kehidupan untuk keperluanmu, dan (Kami ciptakan pula) makhluk-makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya.


Allah Sang Rabbul 'Alamiin, Sang Pemelihara alam semesta yang memberi rezeki segenap ciptaannya. Bayi yang baru lahir tak pusing memikirkan makanannya, semua Allah datangkan dengan menggerakkan makhluk-makhluknya. Si bayi kemudian beranjak dewasa, akalnya mulai terlatih untuk beradaptasi di dunia sebab-akibat, tapi ia menjadi lupa bahwa Sang Pemberi Rezeki yang telah, sedang dan akan selalu menjamin rezekinya. Dia kemudian menjadi tertawan di hukum bumi, seolah kalau tidak ada pekerjaan nasib dia dan keluarganya menjadi terlunta-lunta, seolah kalau tidak punya tabungan masa depan jadi suram, seolah kalau tidak punya asuransi masa depan anaknya tak terjamin. Orang beriman tidak akan begitu, ia akan jernih melihat duduk permasalahan dengan tetap melihat bahwa apa yang terjadi ada Yang Mengendalikan.


Dengan kesadaran Dia Sang Pemberi rezeki, mestinya kita pun bisa lebih ringan dalam hidup, tak perlu menanggung tanggung jawab berlebih atas rezeki keluarga, penghiduoan anak, kesejahteraan orang tua dan apa-apa yang ada dalam tanggungan kita. Ikhtiar optimal itu wajib tapi jangan menyandarkan hati pada sekadar ikhtiar itu yang kemudian terpeleset pada prasangka jika kita tidak berdaya memenuhi segenap tanggungan kita seolah Allah pun tidak berkutik.


Kita hanya makhluk ciptaan yang sepenuhnya bergantung kepada Sang Pencipta. Kiranya perenungan pada dua ayat Al Quran di atas bisa membuat hati menjadi lebih tenang terkait permasalahan rezeki. Aamiin.


(Kajian Suluk Online)

Tuesday, October 27, 2020

 Menjadi orang tua itu hal yang paling menantang mengalahkan semua profesi yang ada. Kerjanya nyaris tak ada libur 24/7 dan terikat kontrak seumur hidup bahkan sampai ke alam nanti.


Tapi pendidikan formal kita tidak menyiapkan soft skill khusus untuk menjalaninya. Untuk jadi dokter saja dulu saya harus kuliah 6 tahun lamanya. Sedangkan untuk menjalankan peran sebagai orang tua kita paling ambil kursus parenting singkat, membaca buku-buku parenting yang ada dan ikut forumnya. Tak heran banyak diantara kita yang pontang-panting menjalaninya.


Jadi orang tua itu bagaikan posisi multiprofesi. Harus menjalankan fungsi sebagai guru, juru masak, ahli gizi, petugas sanitasi, psikolog, tukang laundry, tukang reparasi sepeda dll. Saya menjalaninya learn by doing. And i can assure you, it's not a walk in a park. Jelang kehadiran anak kedua saya sudah lebih punya pengalaman. Tapi tetap tantangan yang muncul di setiap anak berbeda. Disitu Allah sedang siapkan ruang fakir untuk kita. Ruang berdua-duaan denganNya, tanpa kehadiran ego kita, mengesampingkan ambisi dan cita-cita bahkan meniadakan diri pada akhirnya.


Pada akhirnya kehadiran anak-anak mestinya berfungsi transformatif untuk kita sendiri. Saya sempat bingung saat dulu guru saya bilang "Anak-anak itu guru pertamamu" Dalam hati saat itu saya sempat bingung, terbalik kali nih? Bukankah saya yang jadi guru pertama mereka. Sekian tahun berlalu, saya baru paham. Adalah saya yang sebenarnya Allah ajari dengan kehadiran mereka🥰

Sunday, October 25, 2020

 Orang yang berakal tidak takut pada kecaman orang yang mengecam. Dia hanya takut kepada Allah. Dia tuli terhadap semua kecaman selain kecaman Allah. Semua makhluk dalam pandangannya adalah lemah, sakit dan fakir. Contoh orang yang berakal adalah para ulama yang dapat mengambil manfaat dari ilmu yang mereka miliki. Para ulama yang benar-benar memahami syariat dan hakikat agama Islam merupakan “dokter-dokter” agama yang bertugas memperbaiki kerusakan agama.


- Syaikh Abdul Qadir Jailani