Monday, February 27, 2017

Diriwayatkan bahwa Nabi Yeremia a.s. pernah bertanya kepada Allah Ta'ala : "Ya Rabb, manakah diantara hamba-Mu yang paling Engkau cintai?"
Maka Allah Ta'ala menjawab, "Mereka yang lebih banyak mengingatku dibandingkan mengingat ciptaan-Ku;
mereka yang tidak khawatir oleh kematian dan tidak berangan-angan berusia panjang;
mereka yang manakala pintu-pintu dunia dibukakan kepadanya hatinya malah menjadi was-was, sebaliknya apabila mereka kehilangan dunia hatinya menjadi ringan dibuatnya;
mereka itulah yang mendapatkan cinta-Ku, dan sungguh Aku akan memberikan ganjaran lebih dari apa yang mereka dambakan."

(Terjemahan dari "Story of Prophet Aramaya/Jeremiah" , Ibnu Katsir)

Sunday, February 26, 2017

Allah menciptakan lauh mahfuzh dan menetapkan takdir-takdir manusia bukanlah karena Allah membutuhkan hal tersebut, tetapi agar hati manusia menjadi lebih mantap, agar jiwanya menjadi lebih tenang dan tentram atas apa-apa yang telah tertulis di lauh mahfuzh. Sehingga apabila nafsu menjadi tenang, ia akan konsentrasi beribadah dan melaksanakan amanah yang diembannya. Segala bisikan dan keinginan nafsu pun akan mereda dalam hati, karena nafsu menjadi putus asa ketika mengetahui bahwa segalanya telah digariskan. Dalam keputusasaan ahawa nafsu inilah jiwa menjadi tenang dan tentram.

- Imam At Turmudzi

Friday, February 24, 2017

Orang-orang hawari berkata kepada Isa a.s., “Ajarkan kepada kami ilmu yang agung.” Nabi Isa a.s. menjawab, “Takut kepada Allah, dan ridhalah atas ketentuan-Nya, serta cinta karena-Nya.”
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani,




“Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian.” (HR Muslim)
 “Syari’at itu ucapanku,thoriqot itu perbuatanku, hakikat itu keadaanku dan ma’rifat itu puncak kekayaan (batin)”(HR. Anas bin Malik).

Wednesday, February 15, 2017

 “Tanda bahwa musibah itu ditujukan sebagai hukuman adalah ia menangis, tidak sabar, buruk sangka dan mengeluh kepada orang lain.”

- Syaikh Abdul Qadir Jailani

Monday, February 13, 2017

Siapa yang tidak menundukkan dirinya ke dalam sebuah penyerahan diri kepada amr Ilahiyyah, maka sudah nyata bahwa ia mengikuti langkah syaitan.

- Syaikh Akbar Ibnu 'Arabi
Engkau menginginkan ketenangan dalam suatu hal, sedangkan Tuhan-mu menghendakinya dalam bentuk yang lain.

Engkau menginginkan banyak hal, tetapi Tuhan-mu menghendaki hal yang bahayanya lebih sedikit, sehingga engkau tidak dikalahkan oleh keinginanmu dan terjerumus ke dalam jurang kecelakaan.

- Imam At Tirmidzi

Wednesday, February 8, 2017

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Thiyarah (pesimis/ menggantungkan pada nasib) adalah perbuatan syirik, dan hal itu hanyalah prasangka kita, akan tetapi Allah akan menghilangkan dengan tawakkal."
(HR. Ibnu Majah: 3528)

Monday, February 6, 2017

“Sesungguhnya jika Allah akan mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberikan ujian kepada mereka. Barang siapa yang bersabar, maka kesabaran itu bermanfaat baginya. Dan barang siapa marah (tidak sabar) maka kemarahan itu akan kembali padanya.”
(HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

Wednesday, February 1, 2017

"Sungguh orang yang sudah mati itu tidak berguna,
sebab untuk berguna seseorang harus beramal,
dan amalan orang yang mati sudah selesai."
- Ibnu 'Arabi dalam "Wali Sufi Abad 20"
Rasulullah saw bersabda,
"Belum akan kiamat sehingga tidak ada lagi di muka bumi orang yang menyebut : "Allah, Allah.""(HR. Muslim)
Baginda Rasulullah mengulang kata "Allah" sebagai penekanan, seolah-olah beliau berkata "selama masih ada manusia di muka bumi yang benar-benar berkata 'Allah'".
Dan tidak ada manusia yang dapat menyebut "Allah" dengan benar kecuali ia yang makrifat dengan semua sifat-Nya. Dengan kata lain Rasulullah saw bersabda, "hari kiamat tidak akan tiba selama masih ada seorang Insan Kamil di dunia."
- Ibnu 'Arabi dalam Naqs al-Fusuus
Wasiat Ibnu Arabi ke-101
Rasulullah saw. telah berwasiat kepada sahabatnya, Abu Hurairah ra.:
"Wahai Abu Hurairah, hendaklah engkau mengikuti jalan (thariiq) suatu kaum, yang jika manusia merasa takut untuk menempuhnya, mereka tidak takut, yang jika manusia mencari keamanan dari api, mereka tidaklah gentar"
Abu Hurairah ra. bertanya: "Siapakah mereka itu ya Rasulullah? Terangkan dan jelaskanlah hal mereka itu kepadaku hingga aku dapat mengenali mereka!"
Rasulullah saw. bersabda: "Suatu kaum dari umatku di akhir zaman, yang kelak pada Hari Qiyaamah mereka akan dihimpunkan Allah di tempatnya para Nabi. Yang jika manusia memandang mereka, dari keadaan yang mereka lihat, manusia mengira bahwa mereka itu para Nabi Allah, hingga aku beritahukan kepada mereka dengan perkataanku, 'Umatku, umatku!'. Maka segenap makhluq pun menjadi mengetahui bahwasanya mereka itu bukanlah para Nabi. Mereka berlalu seperti kilat dan angin, pandangan mata yang hadir akan terkesiap dengan pancaran cahaya mereka!"
Abu Hurairah ra. berkata: "Ya Rasulullah, kemukakan kepadaku perumpamaan dari amaliah mereka, mudah-mudahan aku dapat menjadi seperti mereka!"
Bersabda Rasulullah saw.: "Wahai Abu Hurairah, kaum itu menempuh suatu jalan (thariiqan) yang terjal, hingga mereka sampai pada tingkatan (amaliah) para Nabi. Mereka memilih lapar setelah Allah memberi mereka rasa kenyang, mereka memilih telanjang setelah Allah memberi mereka pakaian, dan mereka memilih haus setelah Allah melimpahi mereka rasa puas.
Mereka meninggalkan itu semua demi mengharap apa-apa yang ada di sisi Allah! Mereka meniggalkan yang dihalalkan karena takut dihisab. Mereka terjun ke dunia dengan badan-badan lahiriyah mereka, tetapi mereka tidak menyibukkan diri dengan sesuatu apapun darinya.
Para Malaikat dan para Nabi takjub dengan keta'atan mereka kepada Rabb-nya. Kebahagiaan bagi mereka, kebahagiaan bagi mereka! Sungguh aku sangat berharap agar Allah menghimpunkan aku bersama mereka!"
Kemudian Rasulullah saw. menangis dikarenakan rindunya kepada mereka. Lalu Rasulullah saw. bersabda: "Jika Allah hendak mengazab para penghuni bumi, kemudian memandang mereka, maka Dia pun berpaling dan tidak jadi menurunkan azab. Hendaklah engkau, wahai Abu Hurairah, mengikuti jalan mereka! Barangsiapa berpaling dari jalan mereka, maka sungguh ia akan kepayahan dalam kerasnya Hisab!"
- Diterjemahkan dari kitab "Al-Washaayaa" karya Ibnu Arabi, Washiyahi ke 101 -

(Posted by Kang Zam, 2 April 2010)
Setiap manusia menciptakan persona dirinya melalui waham, yang hanya terjadi di dalam wilayah imajinasinya.
Adapun orang-orang yang berilmu menciptakan hal tersebut melalui 'himmah' (kehendak Yang Agung) yang kemudian terpancar keluar.
- Ibnu 'Arabi dalam Fusus al Hikam
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan setiap makhluk dalam kesetaraan. Setiap hamba-Nya sungguh mengemban amanah suci yang disembunyikan, yang di dalamnya tertuang rahasia dari setiap ciptaan dan manifestasi. Dengan demikian, setiap makhluk memiliki hubungan yang personal dengan Yang Maha Pencipta, Al Haqq, yang tidak ada makhluk lain pun ikut campur atau menjadi perantara dalam hubungan yang sangat intim tersebut.
Muhyiddin Ibnu Ɓrabi menggambarkan hubungan antara Dia dan ciptaan-Nya itu dalam sebuah simbol geometri berupa lingkaran dan satu titik di tengah lingkaran. Bahwa setiap garis yang ditarik dari titik tengah lingkaran ke garis lingkaran adalah garis yang unik. Juga dengan simbolisme ini bisa diterangkan bagaimana satu titik tengah lingkaran terhubung ke setiap titik lingkaran tanpa menjadi beragam wujudnya atau hubungannya menjadi membingungkan.
(Referensi: "The Way of Walaya"(Sainthood or Friendship of God). Souad Hakim. Muhyiddin Ibn Ɓrabi Society, Vol 18, 1995)
Allah manifests Himself in a special way in every creature.
- Ibn 'Arabi, Fusus al Hikam
Dunia ini tidaklah buruk - sebaliknya. ia merupakan ladang akhirat.
Apa yang kamu tanam di sini akan kamu panen di sana.
Dunia ini adalah jalan menuju berkah yang abadi dan karena itu ia baik - layak didamba dan dipuji. Yang buruk adalah memperlakukan dunia sehingga kamu menjadi buta pada kebenaran dan dikuasai sepenuhnya oleh hasrat, keinginan, dan ambisimu kepadanya.
- Ibnu ' Arabi
"Tidak bertaqwa seseorang kecuali ia mendapat rejeki yang tak terduga."
- Syaikh Ibnu Arabi
===
Rezeki itu tidak selalu dalam bentuk materi, bisa jadi berupa ilmu, musyahadah tertentu yang semuanya berhubungan dengan kedekatan seorang hamba kepada Rabbnya.
Kedekatan kepada Allah tidak memerlukan timbangan, karena timbangan Al-Haqq yang ada di Tangan-Nya adalah timbangan yang engkau gunakan untuk menimbang segenap amal perbuatanmu ... -Syaikh Akbar Ibnu 'Arabi-

(Posted by Kang Zam, 18 November 2016)
Ucapanmu termasuk ke dalam perbuatanmu. Karena itu barang siapa menghitung ucapannya sebagai perbuatannya, maka ia akan mengurangi ucapannya. Ketahuilah bahwasanya Allah menjaga ucapan para hamba-Nya, karena Allah hadir pada setiap lisan sang pembicara. Allah tidak mencegahmu dari mengucapkannya, akan tetapi, engkau jangan mengucapkannya jika memang engkau tidak meyakininya, karena Allah akan menanyaimu tentang itu ... -Syaikh Akbar Ibnu 'Arabi- 
(Posted by Kang Zam, 18 November 2016)
Sekitar 826 tahun yang lalu di Kordoba (tahun 1190), Ibnu 'Arabi mendapat penglihatan bertemu semua nabi sejak Adam a.s. hingga Muhammad s.a.w. Dalam karyanya yang berjudul "Ruh al Qudus", Ibnu 'Arabi menjelaskan alasan mereka berkumpul yang beliau peroleh dari Nabi Hud a.s. yang menginformasikan bahwa para utusan-Nya telah datang untuk mengunjungi Abu Muhammad Makhluf al-Qabaa'ili yang tengah sakit menjelang sakaratul maut. Disebutkan bahwa alasan lain para utusan Allah itu berkumpul sebagaimana dikemukakan oleh Jandi, murid dari Sadruddin Qunawi, yang merupakan murid serta anak angkat sang Syaikh al Akbar adalah untuk menyampaikan selamat kepada Ibnu 'Arabi atas penetapannya sebagai segel para wali (khatam al-awliya) dan sebagai khatamul wilayah al-Muhammadiyah.
Ibnu 'Arabi mengatakan bukti bahwa beliau mendapatkan penglihatan ini adalah kalimat yang disampaikan oleh Hud a.s., "Tidak ada satu pun makhluk hidup yang Ia tidak pegang ubun-ubunnya. Sungguh, Tuhanku ada di jalan yang lurus." Syaikh al Akbar melanjutkan, "Maka adakah berita baik yang lebih agung daripada ini?"
(Dari "The Circle of Inclusion" yang ditulis oleh Cecilia Twinch. The Muhyiddin Ibn 'Arabi Society)
"Ketika seorang salik mendedikasikan dirinya untuk beruzlah dan berdzikir bersama asma-asma-Nya, ketika ia mengosongkan hatinya dari bayangan pikiran (yang menghijab), dan ketika ia duduk dalam kefakiran, dalam fana, di hadapan pintu Sang Maha Kuasa, maka saat itulah Allah akan menganugerahkan sesuatu kepadanya dan memberinya ilmu dari sisi-Nya, (yaitu) tentang rahasia-rahasia yang agung dan pengetahuan Rubbubiyah..."
- Ibnu 'Arabi
(Diterjemahkan dari pendahuluan buku William C. Chittick berjudul "Imaginal Worlds" yang mengutip kata-kata Ibnu 'Arabi dari Kitab al Futuhat al Makkiyyah)
Menurut Ibnu Arabi, mencapai kondisi insan kamil bukan hanya sebagai tujuan tertinggi keinsanan seseorang akan tetapi, secara tegas, satu-satunya tujuan hakiki sebagai insan. Adapun manusia yang belum menjadi struktur target (insan kamil; telah menyala ruhul qudus dalam diri) bisa dikatakan belum memenuhi potensinya sebagai insan sejati, walaupun orang tersebut telah banyak melakukan perbuatan baik di dunia.
(Adaptasi dan terjemahan dari tulisan William C. Chittick dalam Imaginal Worlds)
Pengetahuan yang hakiki baru diraih manakala Dia dikenali.
Sayangnya kebanyakan orang terjerat meraih ilmu hanya untuk memenuhi status sosial semata, bagaimanapun tarikan untuk menjalani kehidupan yang nyaman tampaknya jauh lebih kuat dibandingkan bersusah payah untuk mencari ilmu yang haq.
(Terjemahan dan adaptasi dari Imaginal Worlds: Ibn al- 'Arabi adn the Problem of Religious Diversity karya William C. Chittick)