Monday, November 27, 2017

Petuah Nabi Khidir kepada Nabi Musa

Setelah Nabi Khidir as selesai memberikan pelajaran kepada Nabi Musa as, sesaat sebelum pergi Nabi Musa a.s. berkata kepada Khidir, "Berilah aku nasehat!" Maka, Khidir pun memberi nasehat:
"Wahai Musa, jadilah orang yang banyak senyum dan jangan jadi orang yang banyak marah."
"Wahai Musa, Jadilah orang yang banyak manfaat bagi sesama dan jangan jadi orang yang banyak mudaratnya.
"Jauhilah sikap keras hati dalam bermusyawarah."
"Jangan berjalan tanpa keperluan."
"Jangan tertawa tanpa sesuatu yang benar-benar mengagumkan.
Jangan memperolok-olok orang yang bersalah atas kesalahan mereka, tapi menangislah atas kesalahan-kesalahan kamu sendiri, wahai putra Imran."
Dikutip dari Kitab At-Taubah, Ihya Ulumuddin, karya Imam Ghazali.

Tuesday, November 14, 2017

"Wahai orang-orang yang beriman. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki (yuslih) bagimu amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu..."(QS Al Ahzab [33]:70-71)

“Belum dianggap lurus iman seseorang itu sehingga lurus pula hatinya dan belum dianggap lurus hatinya itu sehingga luruslah lisannya dan tidaklah akan masuk surga seseorang yang tetangganya itu belum dapat merasa aman dari kejahatan-kejahatannya” (HR.Ibnu Abiddunya dan Kharaithi)

“Sudah sepantasnya kita melakukan pembicaraan yang mendatangkan manfaat, karena jika kita melukan hal-hal yang tidak penting, maka kita kehilangan waktu yang teramat berharga." (Imam Al Ghazali)
Menanggung kesedihan itu perlu untuk membantu kita membuang egoisme, kecemburuan dan kebanggaan. Menahan sakit dari keinginan-keinginan berlebihan dari pasangan kita, sakitnya beban ketidakadilan, dan ratusan ribu macam sakit lainnya yang tidak terbatas, agar jalan ruhaniah dapat menjadi jelas.
- Jalaluddin Rumi

Monday, November 6, 2017

Fana & Baqa

Ketika seorang hamba fana bukan berarti ia lantas menjadi tidak ada. Akan tetapi yang dimaksud adalah aspek kemanusiaannya tenggelam dalam aspek ketuhanan, karena setiap hamba menyimpan aspek Ilahiyah tertentu di dalam dirinya, sesuatu yang difirmankan oleh-Nya, "Dan bagi setiap insan ada kiblatnya (wajhatun) yang ia menghadap kepadanya"(QS Al Baqarah [2]:148).

Fana hanya bisa diraih jika sang hamba memberikan perhatian yang penuh kepada tajali Ilahiyah, Yang Maha Suci, karena hanya melalui hal tersebut aspek ketuhanan yang ada di dalam diri sang hamba menjadi diperkuat hingga ia melampaui aspek ciptaannya dengan berserah diri. Dan seorang hamba hanya dapat memberikan perhatian yang penuh jika sudah ada cinta di dalam hatinya.

Adapun dalam beramal sang hamba akan menghindari hal-hal yang akan menjauhkan dirinya dari Tuhan dengan dasar takut kepada-Nya. Dengan demikian cinta menjadi inti dan takut kepada Tuhan menjadi pilar yang menyokongnya.

Dengan fana inilah seorang hamba menjadi lebih fokus hidupnya dengan tujuan yang telah Tuhan tetapkan, oleh karenanya ia mencapai kondisi lebur (baqa') bersama Tuhan.

(Adaptasi dari Ibnu 'Arabi, The Quintessence of the Wisdom of Ecstatic Love in the Logos of Abraham. Journal of the Muhyiddin Ibn 'Arabi Society. Vol I, 1982.)

Wednesday, November 1, 2017

"To increase your wealth your have to increase your wisdom"
- Muhammad Raheem Bawa Muhaiyyaddeen.
Hikmah (wisdom) terkait dengan kebersyukuran. Semakin orang bersyukur akan semakin bijak dalam berlaku.
Oleh karenanya kekayaan satu juta rupiah di tangan orang yang bersyukur bisa mendatangkan berkah dan kebaikan banyak bagi diri dan sekitar dibanding harta trilyunan di tangan orang yang tidak bijak.
Wahai manusia, sesungguhnya dunia ini adalah negeri yang sekedar dilalui, sedangkan akhirat adalah tempat kediaman yang abadi. Oleh karena itu ambillah dari negeri yang kalian lalui ini perbekalan-perbekalan untuk tempat kediaman yang abadi. Di dunia ini kalian memerlukan harta, sedangkan di akhirat nanti kalian memerlukan amal
- Sayyidina Ali ra
For every hurt you have caused to someone, you will experience one hundred times the pain.

- M.R. Bawa Muhaiyyadden