Saturday, December 11, 2021

 Diri, jika ia tidak sibuk dengan sesuatu, maka akan menyibukkan dengan yang menguasai diri itu sendiri.


- Imam Al Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin

Wednesday, December 8, 2021

 Ketika saya menerjemahkan, saya tidak akan menyimpulkan satu kata pun dalam Futuhat kecuali saya telah memahami sepenuhnya. Dan saya bukan tipe yang bisa menerjemahkan terus lalu jika sesuatu itu tidak dipahami kemudian diberi tanda titik-titik sambil saya tidak tahu apa artinya – sebagaimana kadang kita temukan dalam sebuah terjemahan. Jika saya belum paham sebuah kata maka saya akan berhenti disitu.


Saya ingat pernah berhenti pada sebuah kalimat di bab misteri pensucian, dan rasanya saya berhenti selama tiga bulan lamanya, tidak menemukan kalimat yang pas untuk menerjemahkannya. Hal seperti itu adalah sebuah kejujuran yang sangat besar nilainya untuk saya. Hal itu dilakukan karena saya ingin membuat Allah ridho dengan semua amalan dan kegiatan saya ini. Dan kalaupun ketika pada akhirnya saya memahami segala sesuatunya, itu adalah karena karunia-Nya semata.

- Shuayb Eric Winkel

Monday, December 6, 2021

 A sufi woman showed us this pattern on the ceiling. She asked, “Do you know why this patterns are repeating?” And it always repeating. She said, “It is repeating for a good reason” I always thought about dhikr, why do we say laa ilaaha ilallah 165 times or 99 times or 200 times. Why? Why don’t we say it once and get it? And she said, “The reason there’s repetition is to make the intellect bored, so it goes to sleep. And while the intellect is asleep, the heart can wake up and enjoy the truth.”


*****

Seorang sufi perempuan menunjukkan sebuah pola di langit-langit sebuah bangunan. Dia bertanya, "Tahukah kamu kenapa pola ini dibuat berulang?" Dan memang polanya selalu berulang. Dia bilang, "Pola ini berulang untuk sebuah alasan yang baik." Dan memang aku selalu bertanya-tanya kenapa dzikir itu harus berulang, misal dzikir laa ilaaha ilallah 165 kali, 99 kali atau 200 kali, kenapa tidak sekali saja dan langsung mendapat pencerahan?

Lalu perempuan itu berkata, "Alasan kenapa harus diulang-ulang adalah untuk membuat akal pikiran merasa bosan, hingga ia tertidur. Saat ia tertidur maka hati akan terbangun dan menikmati kebenaran"


- Eric Winkel interview of November 2021

Thursday, November 11, 2021

 Seseorang bertamu kepada Rasulullah saw dan ia tidak mendapatkan dari keluarganya Rasulullah sesuatu apapun. Maka masuklah seorang lelaki dari orang Anshar ke tempat Rasulullah saw dan mengajak tamu itu ke rumahnya. Kemudian ia meletakkan makanan di depannya dan menyuruh istrinya memadamkan lampu. Sang sahabat Anshar itu mengulurkan tangannya ke arah makanan seakan-akan ia ikut mengambil  makan padahal ia tidak makan sehingga tamunyalah yang memakan makanan itu.


Di pagi hari Rasulullah saw bersabda kepada laki-laki golongan Anshar itu,

"Sungguh Allah takjub kepada perbuatanmu tadi malam kepada tamumu."

Kemudian turunlah ayat,

"Dan mereka mengutamakan (temannya) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan." (QS Al Hasyr:9)


- Dikutip dari terjemahan Kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghazali

Friday, October 29, 2021

 Bersyukur adalah melihat karunia di segala hal dan memandang bahwasanya Tuhanlah yang memberikan semua karunia itu.

- Hafiz

 Dalam perjalanannya menuju untuk beribadah di atas gunung, Nabi Musa as berpapasan dengan seorang shalih yang meminta rahmat dan ada seorang lagi yang wajahnya tampak sedih dengan air mata bercucuran seraya meminta agar Musa bertanya kepada Tuhan apakah Dia masih mencintainya. Dia pun menjumpai seorang yang sedang dimabuk cinta yang berteriak kepadanya,

"Hei! Katakan kepada Tuhan bahwa aku sudah tidak sanggup lagi, bahwa aku sudah lelah menderita. Sudah selesai urusanku dengan-Nya dan Dia pun sudah tak ada urusan lagi denganku!"
Musa pun berjalan melewati mereka semua dengan tenang.
Ketika berhadapan dengan Tuhan, ia menceritakan tentang dua orang yang dijumpainya dan Tuhan berkata,
"Rahmat-Ku adalah bagi orang yang shalih dan cintaku bagi hamba-Ku yang lainnya; bagaimana dengan orang yang gila itu? Mengapa kau tidak menceritakannya?"
"Hamba tidak berani Tuhan, walaupun Engkau Maha Mengetahui" ujar Musa.
"Katakan kepadanya"kata Tuhan "bahwa Engkau adalah milik-Ku selamanya, Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, walaupun engkau meninggalkan-Ku atau tetap bersama-Ku."
- Hafiz

Monday, October 25, 2021

 Diriwayatkan bahwa Nabi Yeremia a.s. pernah bertanya kepada Allah Ta'ala : "Ya Rabb, manakah diantara hamba-Mu yang paling Engkau cintai?"

Maka Allah Ta'ala menjawab, "Mereka yang lebih banyak mengingatku dibandingkan mengingat ciptaan-Ku;
mereka yang tidak khawatir oleh kematian dan tidak berangan-angan berusia panjang;
mereka yang manakala pintu-pintu dunia dibukakan kepadanya hatinya malah menjadi was-was, sebaliknya apabila mereka kehilangan dunia hatinya menjadi ringan dibuatnya;
mereka itulah yang mendapatkan cinta-Ku, dan sungguh Aku akan memberikan ganjaran lebih dari apa yang mereka dambakan."
(Terjemahan dan kutipan dari "Story of Prophet Aramaya/Jeremiah" , Ibnu Katsir)

 Berikut adalah cuplikan kisah Ibrahim a.s. dalam Buku Kisah Rasul-Rasul, karya Ibnu Katsir, Nama lengkapnya adalah Ibrahim bin Tarikh (250) bin Nahur (148) bin Sarugh (230) bin Raghu (239) bin Faligh (439) bin Abir (464) bin Syalih (433) bin Arfakhsyadz (438) bin Saam (600) bin Nuh a.s.

 

Demikian nash ahlul kitab yang terdapat dalam kitab mereka. Dan di atas penulis telah cantumkan umur mereka pada nama mereka masing-masing.

 

Ibu Ibrahim adalah Buna binti Kartiba bin Kartsi, salah seorang dari Bani Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh.

 

Ibrahim diberi gelar “Abu Dhaifan”

 

Ketika Tarikh berumur 75 tahun, lahirlah Ibrahim a.s, Nahur dan Haran. Dari Haran itu lahirlah Luth.

 

Ibrahim adalah Al Ausath. Sedangkan Haran meninggal dunia di tanah kelahirannya ketika ayahnya masih hidup. Tanah kelahirannya itu adalah tanah Kaldaniyyin. Yang mereka maksudkan adalah Babil.

 

Ibnu Abbas mengemukakan, “Ibrahim dilahirkan di Babil. Dinisbatkannya Babil kepada Ibrahim, karena Ibrahim pernah mengerjakan shalat di sana.”

 

Kemudian Ibrahim menikahi Sarah. Nahur menikahi Milka, puteri Haran, yang juga keponakannya sendiri.

Sarah adalah wanita yang mandul, tidak dapat melahirkan keturunan.”

 

Tarikh berangkat bersama puteranya, Ibrahim dan istrinya, juga Luth yang merupakan anak pamannya, dan Haran dari tanah Kaldaniyyin menuju ke tanah orang-orang Kan’an. Kemudian mereka singgah di Carrhae (Huran), dan disanalah Tarikh meninggal dunuia dalam usia 250 tahun. Yang demikian itu menunjukkan bahwa Ibrahim tidak dilahirkan di Carrhae, tetapi di Babil.

 

Selanjutnya mereka berangkat menuju ke tanah air bangsa Kan’an, yaitu Baitul Maqdis. Kemudian mereka menetap di Carrhe, yaitu tanah Kaldaniyyin pada zaman itu. Demikian tanah Jazirah dan Syam. Mereka itu menyembah tujuh bintang. Dan orang-orang yang membangun kota Damaskus dulu juga memeluk agama itu. Mereka berkiblat ke kutub selatan dan juga menyembah tujuh bintang baik berupa perbuatan maupun ucapan. Oleh karena itu setiap pintu dari tujuh pintu kuno Damaskus memiliki gambar yang melambangkan ketujuh bintang. Dan untuk ketujuh bintang itu mereka mengadakan hari raya dan juga kurban.

 

Demikian itulah penduduk Carrhae menyembah bintang-bintang dan berhala. Pada saat itu semua orang yang di muka bumi ini kafir kecuali Ibrahim Al Khalil, istrinya dan keponakannya yang bernama Luth a.s.

 

Allah SWT telah menghilangkan berbagai kejahatan dan kesesatan dari diri Ibrahim, karena Allah Ta’ala telah memberikan hidayah kebenaran kepadanya ketika ia masih kecil, menjadikannya sebagai seorang rasul, dan mengangkatnya sebagai kekasih saat sudah dewasa. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun). Dan Kami mengetahui keadaannya” (QS Al Anbiya: 51)

Dalam surat Al Ankabut, Allah Ta’ala berfirman, menceritakan tentang kisah Ibrahim:

 

Dan ingatlah kisah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, “Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kalian membuat dusta [maksudnya mereka menyatakan berhala-berhala itu dapat memberi syafa’at kepada mereka di sisi Allah. Dan ini adalah dusta]

Sesungguhnya yang kalian sembah selain Allah itu tidak mampu memberi rezeki kepada kalian, maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia serta bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan. Dan jika kalian mendustakan, maka umat yang sebelum kalian juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu tidak lain hanya menyampaikan (agama Allah) dengan seterang-terangnya.”

 

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian mengulanginya kembali. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

 

Katakanlah, “Berjalanlah di muka bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi [maksudnya: Allah membangkitkan manusia sesudah mati kelak di akhirat]. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya pula. Dan kepada-Nya kalian akan dikembalikan. Dan kalian sekali-kali tidak dapat melepaskan diri dari azab Allah di bumi dan tidak pula di langit dan sekali-kali tiada bagi kalian pelindung dan penolong selain Allah.”

 

Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka putus asa dari rahmat-Ku dan mereka itu mendapat azab yang pedih.

 

Maka tidak ada jawaban kaum Ibrahim selain mengatakan, “Bunuhlah atau bakarlah ia.” Lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman.

 

Dan Ibrahim berkata, “Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih saying di antara kalian dalam kehidupan dunia ini. Kemudian pada hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian yang lain dan sebagian kalian melaknat sebagian yang lain. Dan tempat kembali kalian adalah neraka. Dan sekali-kali tidak ada bagi kalian seorang penolong pun.”

 

Maka Luth membenarkan kenabiannya (Ibrahim). Dan Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku akan pindah ke tempat yang diperintahkan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dialah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

 

Dan kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya’kub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab kepada keturunannya, serta Kami berikan kepadanya balasan di dunia [yaitu dengan memberikan anak cucu yang baik, kenabian yang terus-menerus kepada keturunannya serta puji-pujian yang baik], dan sesungguhnya di akhirat ia (Ibrahim) benar-benar termasuk orang-orang yang shalih. (QS Al Ankabut: 16-27)

 Setelah Musa as berjalan dan mengalami sekian pembelajaran dari Khidir as, berkatalah Musa as, "Aku ingin engkau berwasiat kepadaku dengan sebuah wasiat yang dengannya Allah menjadikanku bermanfaat."

Maka Khidir pun berkata, "Wahai pencari ilmu, pendengar itu lebih cepat jenuh daripada pemberi materi. Karenanya janganlah engkau menjadikan anggota majelismu jenuh jika engkau berbicara dengan mereka. Ketahuilah bahwa hatimu itu merupakan bejana, maka pikirkanlah apa yang hendak engkau isikan ke dalamnya. Perhatikanlah duniamu dan letakkan ia di belakangmu, karena sesungguhnya dunia itu bukan tempat yang abadi bagimu, dan kewajibanmu tidak lain hanya menyampaikan kepada umat manusia dan menjadikan dunia ini sebagai sarana pembekalan diri untuk menghadapi kehidupan akhirat kelak. Dan teguhkanlah dirimu untuk bersabar dalam menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
Hai Musa, bersungguh-sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu jika engkau benar-benar mengharapkannya, dan janganlah engkau banyak bicara dalam menuntut ilmu, karena yang demikian itu akan mencoreng kredibilitas para ulama dan menampakkan keburukan orang-orang bodoh. Tetapi engkau harus benar-benar berhemat, karena yang demikian itu lebih baik dan lebih aman untuk menjauhi orang-orang bodoh. Jika engkau dicaci oleh seorang yang bodoh, maka tetaplah diam seraya bersabar dan hindarilah ia, karena jika tidak kebodohannya itu akan menular kepadamu dan bahkan lebih parah.
Hai putera Imran, tidaklah engkau diberi ilmu melainkan hanya sedikit sekali.
Hai putera Imran, janganlah engkau membuka pintu jika engkau tidak tahu cara menutupnya, dan jangan pula menutup pintu jika engkau tidak tahu cara membukanya.
Hai Musa, barangsiapa yang tidak terlepas dari jeratan dunia dan keinginannya terperangkap dalam urusan kehidupan dunia bahkan menuduh ketetapan Allah yang ada padanya, maka bagaimana mungkin ia akan dapat menjadi seorang yang zuhud? Akankah orang yang dikuasai nafsunya akan dapat melepaskan diri dari kekangan hawa nafsunya? Dan akankah belajar itu bermanfaat baginya jika kebodohan telah menyelimutinya?
Hai Musa, belajarlah ilmu untuk kemudian engkau amalkan, dan jangan engkau mempelajarinya jika hanya untuk engkau perbincangkan, sehingga ilmu itu menjadi pelita bagimu dan cahaya bagi orang lain.
Hai Musa bin Imran, jadikanlah zuhud dan taqwa sebagai pakaianmu, ilmu dan zikir sebagai ucapanmu. Perbanyaklah amal kebaikan, karena sesungguhnya engkau pasti akan terkena berbagai keburukan, jadikanlah hatimu takut kepada Tuhan, karena yang demikian itu menjadikan Tuhanmu ridha. Dan berbuatlah kebaikan, karena engkau pasti akan berbuat keburukan. Sesungguhnya aku telah memberikan pelajaran kepadamu jika engkau mampu menghafalnya."
Lebih lanjut, Rasulullah Saw bercerita, kemudian Khidir pun berpaling dan pergi kemudian Musa as dalam keadaan sendiri, sedih dan menangis.
(Sumber: Ibnu Katsir, "Kisah Para Nabi")

 Nabi Yeremia as berkata, "Ya Tuhanku, siapakah hamba-Mu yang paling engkau cintai?"

Tuhan menjawab, "Yang banyak berdzikir kepada-Ku. Yaitu yang sibuk mengingat-Ku dan yang tidak tertahan oleh rasa was-was terhadap kefanaan, dan tidak pula mereka mengatakan dalam diri sendiri akan hidup kelak selamanya (panjang angan-angan)."
(Dikutip dari Ibnu Katsir, "Kisah Para Nabi")

 Suatu ketika Nabi Yahya as dan Nabi Isa as bertemu. Lalu Nabi Isa as menjabat tangan saudaranya, Nabi Yahya as seraya tersenyum dan bermanis muka hingga membuat Nabi Yahya heran dan bertanya, "Wahai anak bibiku, mengapa engkau selalu tersenyum kepadaku seakan-akan engkau telah merasa aman dan tentram?"

Lalu Nabi Isa as menjawab pertanyaannya, "Ya, aku juga merasa heran, mengapa kulihat wajahmu terlihat masam seakan-akan kamu telah putus asa?"
Akhirnya Allah Swt berfirman kepada keduanya, "Sesungguhnya orang yang paling Aku cintai di antara kalian berdua adalah orang yang paling banyak bermanis muka kepada saudaranya."
(Dari Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir)

 KISAH TURUNNYA HIDANGAN DARI LANGIT

(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa yang setia berkata, "Wahai Isa putra Maryam! Bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa menjawab, "Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman."
Mereka berkata, "Kami ingin memakan hidangan itu agar tenteram hati kami dan agar kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan (hidangan itu)."
Isa putra Maryam berdoa, "Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki."
Allah berfirman, "Sungguh, Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah (turun hidangan) itu, maka sungguh, Aku akan mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia (seluruh alam)."
(QS Al Maa'idah [5]: 112-115)
***
Terdapat beberapa hadits yang menerangkan tentang turunnya hidangan itu dari riwayat Ibnu Abbas, Salman Al Farisi, Ammar bin Yasar dan beberapa ulama salaf lainnya. Di antara isi hadits tersebut adalah sebagai berikut:
Nabi Isa putera Maryam 'alaihissalam telah memerintahkan para pengikutnya, kaum Hawariyyin untuk melaksanakan ibadah puasa selama tiga puluh hari. Setelah selesai melaksanakan ibadah puasa tersebut, mereka meminta kepada Nabi Isa as agar menurunkan hidangan makanan dari langit untuk disantap oleh mereka, hingga dengan demikian hati mereka bisa menjadi tenang karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menerima amal ibadah puasa mereka selama tiga puluh hari dan juga mengabulkan permohonan mereka. Selain itu, menurut mereka, hidangan ini dapat menjadi hidangan mereka di hari raya yang dapat mencukupi segala kebutuhan mereka; baik itu untuk orang dewasa ataupun anak-anak kecil, laki-laki maupun perempuan, orang yang pertama dan orang yang terakhir, orang kaya ataupun orang miskin dan lain-lainnya.
Maka Nabi Isa as mengingatkan mereka agar jangan terlalu berlebih-lebihan, karena beliau khawatir kalau pada akhirnya mereka tidak mensyukuri anugerah tersebut dan juga tidak mau melaksanakan segala syarat-syaratnya. Namun mereka enggan dan tetap bersikeras agar Nabi Isa as memohon kepada Allah untuk menurunkan hidangan makanan dari langit.
Karena mereka tidak dapat diajak kompromi dan tetap bersikeras pada pendiriannya semula, maka dengan berat hati ia pergi ke tempat shalatnya seraya mengenakan sorban di atas kepalanya, merapikan kedua kakinya, menundukkan kepalanya dan membasahi kedua matanya dengan tangisan air mata serta memohon kepada Tuhan Rabbul 'Izzati agar mengabulkan permintaan kaumnya. Akhirnya Allah Swt mengabulkan permintaan mereka dengan menurunkan hidangan makanan dari langit.
Ketika hidangan tersebut mulai turun dari langit di antara awan-awan putih yang jalan berarak, orang-orang yang melihatnya merasa terperanjat dan terheran-heran dibuatnya. Perlahan-lahan hidangan makanan itu turun mendekat ke tanah. Setiap kali hidangan itu turun mendekat ke tanah, Nabi Isa as terus memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar memberkatinya sebagai hidangan yang penuh rahmat dan keselamatan dan bukannya bencana bagi kaumnya. Hidangan itu terus turun mendekat, hingga akhirnya mendarat di kedua belah tangan Nabi Isa as. Kemudian beliau menyingkap kain penutup hidangan itu seraya berkata, "Dengan nama Allah, Tuhan sebaik-baik Pemberi rezeki." Ketika kain penutup hidangan itu tersingkap, ternyata di atasnya itu ada tujuh potong ikan besar yang harum dan gurih dan tujuh buah roti besar yang wangi. Sebagian orang mengatakan: "Ada pula acarnya" Ada pula pendapat yang mengatakan, "Ada delima dan buah-buahan lainnya."
Kemudian Nabi Isa as memerintahkan mereka untuk menyantap hidangan itu, akan tetapi mereka berkata, "Kami tidak akan makan sebelum engkau makan terlebih dahulu, ya Isa." Lalu Nabi Isa menjawab, "Bukankah kamu yang merengek-rengek meminta hidangan itu?" Akhirnya mereka tetap menolak untuk memulai menyanta hidangan tersebut. Namun Nabi Isa as tidak kehilangan akal dalam menghadapi kecongkakan kaumnya itu, maka beliau panggil orang fakir miskin, orang yang terlantar, orang sakit dan orang yang kelaparan, hingga jumlah mereka hampir mencapai seribu tiga ratus orang, untuk menikmati hidangan dari langit itu. Maka dengan senang hati mereka mulai menyantap hidangan yang telah disediakan Nabi Isa tersebut.
Alhamdulillah, berkat barokah dan mukjizat yang dilimpahkan Allah kepada hidangan itu, orang yang mempunyai berbagai macam penyakit menjadi sembuh setelah selesai menyantapnya. Melihat mukjizat yang telah terjadi di depan mata kepala mereka, maka menyesallah orang-orang yang menolak untuk menyantap hidangan itu ketika Nabi Isa as telah mempersilahkan mereka untuk menyantapnya dahulu.
Konon hidangan itu turun satu kali setiap hari untuk dapat disantap oleh kaumnya yang lain, hingga diperkirakan jumlah orang yang mencicipinya sekitar tujuh ribu orang. Hingga akhirnya hidangan itu turun kepada kaum Nabi Isa as hampir setiap hari, sebagamana susu unta nabi Shalih as yang diminum oleh kaumnya hampir setiap hari.
Kemudian Allah memerintahkan Nabi Isa untuk mengkhususkan hidangan itu bagi orang miskin atau orang yang membutuhkan saja, dan tidak boleh untuk orang-orang kaya. Namun kaumnya merasa keberatan dengan keputusan tersebut, terutama orang-orang yang munafik diantara mereka. Akhirnya hidangan dari langit itu dihentikan sama sekali dan orang-orang yang munafik diubah menjadi babi-babi yang hina.
Said bin Abu 'Urubah telah menceritakan kepada kami dari Qatadah dari Kholas dari 'Ammar bin Yasar, dari Nabi Muhammad Saw bahwasanya beliau bersabda:
"Hidangan makanan yang turun dari langit itu berisi daging dan roti. Mereka diperintahkan agar jangan berkhianat, jangan menyimpan, dan jangan mengambil. Akan tetapi mereka berkhianat, menyimpan dan mengambilnya. Akhirnya mereka diubah menjadi kera-kera dan babi-babi yang hina."
(Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi)

 SEKILAS TENTANG NABI DANIEL AS

Ketika pasukan yang dipimpin oleh Abu Musa Al Asy’ari berhasil melumpuhkan istana Iskandariyah, para tentara menemukan sebuah tempat tersembunyi yang dikunci dengan gembok besi. Kemudian mereka membukanya dan menemukan sebuah tempat tidur yang diatasnya terdapat sesosok jenazah yang di atas kepalanya terdapat sebuah kitab. Anehnya kitab tersebut dalam bahasa Arab, bahasa orang yang pertama kali membacanya.
Jenazah itu adalah jenazah Nabi Daniel. Abu Aliyah dikutip oleh Ibnu Katsir mengatakan bahwa “Sesungguhnya daging para nabi itu tidak akan dihancurkan oleh bumi dan tidak juga dimakan oleh binatang buas.”
Nama Nabi Daniel memang tidak tercantum dalam Al Quran. Akan tetapi beliau adalah seorang nabi yang pernah berdoa kepada Allah agar dikuburkan oleh umat Muhammad. Menggambarkan pengetahuannya akan ketinggian derajat seorang Rasulullah saw, hingga menyatakan cukup dikubur oleh tangan mulia umatnya saja.
Rasulullah saw pernah menyebut namanya suatu ketika, “Barangsiapa yang menunjukkan Danial (Daniel) maka sampaikanlah berita gembira berupa surga baginya.”
Dan yang menemukan jenazah beliau adalah seseorang bernama Harqush. Lalu Abu Musa Al Asy’ari mengirimkan surat kepada Umar bin Khaththab untuk menyampaikan penemuan ini. Maka Umar membalasnya dengan menuliskan: “Kuburkanlah ia dan kirimkan utusan kepada Hirqus bahwa Nabi shallalahu ‘alaihi wassalaam menyampaikan kepadanya berita gembira berupa surga.” Adapun jawaban Umar tentang bejana berisi lemak daging yang ditemukan di sisi sang nabi adalah, “kirimkan sebagiannya kepada kami dan perintahkanlah kaum muslimin yang ada bersamamu untuk menyembuhkan penyakit dengannya.”
Diriwayatkan bahwa Abu Musa menyuruh para tawanan untuk membendung sebuah sungai dan menguburkan jenazah Nabi Daniel as disana dan tidak ada yang mengetahui hal tersebut kecuali beliau.
Demikianlah sepenggal kisah Nabi Daniel, nama yang berarti “Tuhan adalah hakimku.”
(Referensi: Ibnu Katsir. Kisah Para Nabi)

 Nabi Isa 'alaihissalam bersabda:

"Bekerjalah kamu karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan janganlah kamu bekerja karena perutmu. Lihatlah burung-burung itu, mereka terbang kesana kemari tanpa henti, mereka tidak bekerja di sawah, mereka tidak menanam tanaman di kebun, akan tetapi Allah tetap memberinya rezeki.
Kalau seandainya kamu berkata, "Perut kami lebih besar dari perut burung, maka kami harus makan lebih banyak. Maka sekarang lihatlah kepada binatang-binatang buas (seperti harimau, singa, beruang) dan binatang jinak (seperti kerbau, sapi, kambing). Mereka pulang dan pergi ke kandangnya tanpa bekerja di sawah atau di ladang, akan tetapi Allah tetap memberi rezeki bagi mereka."
(Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi)

 Kisah Kematian Yahya as dan Zakariya as

Pada saat Rasulullah saw diperjalankan di malam hari (isra' mi'raj), beliau melihat Zakariya as berada di langit, lalu mengucapkan salam kepadanya seraya berkata, "Wahai Abu Yahya, beritahukan kepadaku tentang pembunuhan terhadapmu, bagaimana dilakukan dan mengapa Bani Israil itu membunuhmu?"
Zakariya menjawab, "Hai Muhammad, aku beritahukan kepadamu bahwa Yahya adalah orang yang paling baik pada zamannya, dan ia termasuk orang yang paling tampan dan baik rupa, dan ia adalah seperti yang difirmankan oleh Allah Ta'ala, "Menjadi panutan, menahan diri (dari hawa nafsu)." Dan ia tidak membutuhkan wanita, tetapi ia disenangi oleh isteri raja Bani Israil yang merupakan seorang pelacur. Wanita itu mengirimkan utusan kepada Yahya, tetapi Allah masih melindunginya sehingga Yahya menolaknya. Maka wanita itu pun segera mengumpulkan orang-orang untuk membunuh Yahya. Mereka ini mempunyai satu hari besar yang mereka rayakan setiap tahunnya. Dan yang sudah menjadi kebiasaan raja adalah berjanji dan tidak boleh berkhianat serta berdusta."
Lebih lanjut ia menceritakan, kemudian raja itu berangkat ke tempat perayaan, maka istrinya itupun berdiri seraya mengucapkan selamat jalan. Dengan tindakan itu, raja benar-benar merasa heran terhadap perbuatan istrinya yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Setelah istrinya mengucapkan selamat jalan, raja itu berkata, "Mintalah kepadaku, apapun yang kamu minta pasti akan aku kabulkan."
Maka wanita itu berkata, "Aku ingin darah Yahya bin Zakariya."
"Mintalah yang lain selain darah Yahya,"sahut suaminya itu.
Ia berkata, "Hanya itu dan tidak ada yang lain."
Raja itu berkata, "Akan kupersembahkan darahnya untukmu."
Maka wanita itu, lanjut Zakariya, segera mengirim utusan kepada Yahya yang ketika itu sedang berada di mihrabnya tengah mengerjakan shalat, dan aku sendiri ada di sampingnya juga mengerjakan shalat. Lalu orang itu menyembelih leher Yahya dan memasukkan darahnya ke dalam bejana setelah itu ia membawa kepala dan darah Yahya menghadap wanita itu.
Maka Rasulullah saw bertanya kepada Zakariya, "Sampai sejauh mana kesabaranmu?"
Ia menjawab, "Aku sama sekali tidak berpaling dari shalatku."
Setelah orang itu membawa kepala dan darah Yahya ke hadapan wanita itu, maka sore harinya Allah Ta'ala membinasakan raja dan seluruh anggota keluarganya beserta para pengikut setianya. Dan pada keesokan harinya Bani Israil berkata, "Tuhan Zakariya marah kepada Zakariya. Kemarilah, mari kita sama-sama murka karena raja kita dan membunuh Zakariya."
Maka mereka pun pergi untuk mencariku guna membunuhku, lalu datang kepadaku seorang pemberi peringatan. Kemudian aku pun melarikan diri dari mereka tetapi Iblis berada di hadapan mereka seraya menunjukkan kepada mereka jejak pelarianku. Ketika aku merasa takut dan khawatir tidak sanggup melawan mereka, tiba-tiba ada pohon yang menghadangku dan menyeruku seraya berkata, "Kemarilah, kemarilah menuju kepadaku."Kemudian pohon itupun terbelah untukku, lalu aku masuk ke dalamnya.
Lebih lanjut beliau menceritakan, kemudian Iblis datang dan mengambil ujung selendangku, sedang pohon itu tetap menyatukan diri sehingga ujung selendangku masih berada tetap di luar pohon. Kemudian Bani Israil datang, lalu Iblis berkata, "Tidakkah kalian melihat Zakariya masuk ke batang pohon ini? Inilah ujung selendangnya. Ia masuk dengan kekuatan sihirnya."
Bani Israil berkata, "Kami akan membakar pohon ini."
Akan tetapi Iblis berujar, "Belahlah ia dengan gergaji."
Maka bersamaan dengan dipotongnya pohon tersebut, terpotong pula tubuh Zakariya as.
Kemudian Nabi saw bertanya kepada Zakariya as, "Apakah engkau merasakan sakit?" Zakariya menjawab, "Tidak, tetapi yang aku rasakan hanyalah pohon itu saja yang telah menjadikan ruhku berada di dalamnya."
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa ketika gergaji itu sampai pada tulang rusuknya, Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepadanya, "Jika hatimu tidak tenang, maka Aku akan balikkan bumi ini dan orang-orang yang ada di atasnya." Maka hatinya pun menjadi tenang hingga akhirnya jasad beliau terpotong menjadi dua bagian.
(Dari Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir)

 Ubaid bin Umar menceritakan,

Dulu Ibrahim (as) bertamu kepada beberapa orang. Pada suatu hari, ia pergi untuk mencari orang yang akan didatanginya, tetapi ia tidak menemukan satu orang pun yang akan didatanginya. Kemudian ia kembali pulang ke rumahnya dan mendapati sudah ada dua orang berdiri di dalam rumahnya, maka ia bertanya,
"Wahai hamba Allah, mengapa engkau masuk rumahku tanpa izin dariku?"
Ia menjawab, "Aku memasukinya dengan izin pemiliknya."
"Lalu siapa kamu ini?" tanya Ibrahim.
"Aku adalah malaikat maut. Aku diutus Tuhanku kepada salah seorang dari hamba-Nya guna menyampaikan berita gembira kepadanya bahwa Allah telah mengangkatnya sebagai kekasih,' jawab malaikat itu.
Ibrahim pun bertanya, "Siapakah orang itu? Demi Allah jika engkau beritahukan orang itu kepadaku, jika ternyata ia berada di ujung dunia niscaya aku akan mendatanginya dan kemudian aku akan senantiasa menjadi tetangga baginya sampai kami dipisahkan oleh kematian."
Malaikat itu berkata, "Orang itu adalah kamu."
"Aku?" tanya Ibrahim.
"Ya benar," sahut malaikat.
Ibrahim bertanya, "Atas dasar apa Dia menjadikanku sebagai kekasih?"
Malaikat menjawab, "Karena engkau memberi orang dan tidak meminta (dari) mereka"
(Hadits riwayat Ibnu Abi Hatim yang dikutip oleh Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi)

 Dalam hadits tentang isra' mi'raj Nabi Muhammad saw disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

"Lalu aku melewati Yusuf, ternyata ia telah dikaruniai setengah ketampanan."
Al Suhaili dan beberapa imam lainnya berkata maknanya ketampanan Yusuf itu hanya setengah dari ketampanan Adam as karena Allah Azza wa Jalla telah menciptakan Adam dengan tangan-Nya, meniupkan ke dalam dirinya sebagian dari ruh-Nya, sehingga ia hadir dengan wujud manusia yang paling tampan. Oleh karena itu para penghuni surga itu akan memasuki surga dengan ketinggian dan ketampanan seperti Adam as. Ketampanan Yusuf hanyalah setengah dari ketampanan Adam. Tidak ada manusia yang lebih tampan dari keduanya, sebagaimana tidak ada wanita yang menyerupai Hawa selain Sarah, istri Ibrahim as.
(Sumber: Kisah Para Nabi, Ibnu Katsir)

 Nama Bintang-Bintang yang Dilihat Yusuf a.s.

Dari Al Sadi, dari Abdurrahman bin Sabith, dari Jabir, ia menceritakan:
Ada seorang Yahudi yang bernama Bustanah Al Yahudi datang kepada Nabi saw seraya berkata, "Ya Muhammad, beritahukan kepadaku tentang bintang-bintang yang pernah dilihat Yusuf dalam mimpinya dalam keadaan bersujud kepadanya, apakah nama bintang-bintang tersebut?"
Jabir melanjutkan, maka Nabi saw diam dan tidak memberikan jawaban sama sekali. Lalu Jibril as turun dengan membawa nama-nama bintang tersebut. Kemudian Rasulullah saw mengutus seorang utusan. Utusan itu bertanya, "Apakah kamu akan beriman jika aku beritahukan nama bintang-bintang tersebut?"
"Ya" jawab orang tersebut.
Utusan itu berkata, 'Nama-namanya adalah Juryan, Al Thariq, Al Dzayyal, Dzul Katafan, Qabis, Watsab, Amudan, Al Failaq, al Misbah, Al Dharuh, Dzul Fara', Al Dhiya' dan Al Nur,"
Maka si Yahudi itu berkata, "Demi Allah, itu memang nama-namanya."
(Sumber: Kisah Para Nabi, Ibnu Katsir)

Wednesday, October 6, 2021

 Rezeki itu bagaikan aliran nafas.

Ia tersedia di setiap saat.
Kita tidak bernafas untuk masa lalu dan masa depan.
Kita bernafas di saat ini.
Inhale- exhale...
Tarik nafas, buang nafas.
Itulah harmoni semesta.
Tak perlu menahan-nahan menyimpan nafas karena takut kehabisan pun tak perlu mengambil nafas banyak-banyak agar tak kekurangan di detik atau menit ke depan.
Bernafas dengan tenang, sekitar 12-20 kali per menit
Sekitar 17.000 - 30.000 nafas per hari
Atau 6.205.000 - 10.950.000 nafas per tahun
Memasuki usia 40 tahun rata-rata manusia sudah bernafas sekitar 248 juta - 438 juta sepanjang hidupnya.
Gratis, tak berbayar.
Itu pun baru fungsi nafas. Belum detak jantung, kedip mata, gerak otot, fungsi tulang, hormon, saraf, dan berbagai organ dan sel lain. Allahu Akbar...
Rasanya kalaupun saya beribadah dengan baik seumur hidup tak akan pernah bisa mengucap syukur dengan layak bahkan untuk satu tarikan nafas kehidupan pemberian-Nya...

Monday, October 4, 2021

 In order to us to understand Quran, we have to ask Quran what it means and that means finding out what Prophet saw did.


- Eric Winkel

Sunday, August 8, 2021

 God is doing things all the time and not all of them are the things we like, some of them are things we don’t like. There are so many injustice and all that.

But I love God, I know that Allah has a reason for doing all these things and why these things happened. And therefore there is no place for me to complain about how the Beloved are doing something.
- Eric Winkel
=====
Allah selalu dalam kesibukan setiap saat dan tidak semua hal yang Dia lakukan kita sukai, sebagian darinya malah kita tidak sukai. Kita melihat misalkan banyak fenomena ketidakadilan dan hal semacam itu.
Tapi saya mencintai Allah, saya tahu bahwa Allah memiliki alasan ketika melakukan itu semua dan mengapa Dia mengizinkan semua hal itu terjadi. Oleh karenanya tidak sepatutnya saya mengeluhkan semua tindakan dari Sang Kekasih itu.

 When you cannot see bad things and all you see is good things.

That's what we called by true love.
- Eric Winkel

 Umar bin Khaththab r.a. akan selalu berucap "alhamdulillah" sekalipun jika sesuatu hal yang buruk menimpa dirinya. Kenapa demikian? Umar berkata bahwa di dalam semua hal yang menimpa dirinya ia akan selalu melihat tiga hal:

Pertama, ia bersyukur bahwa apa yang menimpanya tidak lebih buruk atau lebih parah.
Kedua, ia bersyukur bahwa apapun yang menimpanya tidak membawanya keluar dari diin (agama) Islam.
Ketiga, di balik semua hal yang terjadi pada dirinya ada nilainya di akhirat nanti. Ia seperti membersihkan cermin hati untuk kehidupan selanjutnya.
Mengenai hal ini Ibnu Arabi berkata bahwa dzikir "alhamdulillah" tidak diucapkan ketika hal yang buruk terjadi. Kita berucap alhamdulillah ketika sebuah kebaikan menimpa diri. Akan tetapi bagi orang seperti Umar ia mengucap alhamdulillah di setiap keadaan karena di balik satu kejadian buruk yang menimpanya tersimpan tiga kebaikan baginya. Ibnu arabi menambahkan bahwa setiap kali engkau melihat hal seperti hukuman atau siksaan, ketahuilah bahwa bagi setiap satu keburukan akan ada satu konsekuensi atau hukuman, akan tetapi bagi satu kebaikan tersedia 7, 70 hingga 70.000 kebaikan sebagai bagian dari rahmat Allah Ta'ala.
(Terjemahan dari penuturan Eric Winkel, 29 Juli 2021)