Monday, October 25, 2021

 KISAH TURUNNYA HIDANGAN DARI LANGIT

(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa yang setia berkata, "Wahai Isa putra Maryam! Bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa menjawab, "Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman."
Mereka berkata, "Kami ingin memakan hidangan itu agar tenteram hati kami dan agar kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan (hidangan itu)."
Isa putra Maryam berdoa, "Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki."
Allah berfirman, "Sungguh, Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah (turun hidangan) itu, maka sungguh, Aku akan mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia (seluruh alam)."
(QS Al Maa'idah [5]: 112-115)
***
Terdapat beberapa hadits yang menerangkan tentang turunnya hidangan itu dari riwayat Ibnu Abbas, Salman Al Farisi, Ammar bin Yasar dan beberapa ulama salaf lainnya. Di antara isi hadits tersebut adalah sebagai berikut:
Nabi Isa putera Maryam 'alaihissalam telah memerintahkan para pengikutnya, kaum Hawariyyin untuk melaksanakan ibadah puasa selama tiga puluh hari. Setelah selesai melaksanakan ibadah puasa tersebut, mereka meminta kepada Nabi Isa as agar menurunkan hidangan makanan dari langit untuk disantap oleh mereka, hingga dengan demikian hati mereka bisa menjadi tenang karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menerima amal ibadah puasa mereka selama tiga puluh hari dan juga mengabulkan permohonan mereka. Selain itu, menurut mereka, hidangan ini dapat menjadi hidangan mereka di hari raya yang dapat mencukupi segala kebutuhan mereka; baik itu untuk orang dewasa ataupun anak-anak kecil, laki-laki maupun perempuan, orang yang pertama dan orang yang terakhir, orang kaya ataupun orang miskin dan lain-lainnya.
Maka Nabi Isa as mengingatkan mereka agar jangan terlalu berlebih-lebihan, karena beliau khawatir kalau pada akhirnya mereka tidak mensyukuri anugerah tersebut dan juga tidak mau melaksanakan segala syarat-syaratnya. Namun mereka enggan dan tetap bersikeras agar Nabi Isa as memohon kepada Allah untuk menurunkan hidangan makanan dari langit.
Karena mereka tidak dapat diajak kompromi dan tetap bersikeras pada pendiriannya semula, maka dengan berat hati ia pergi ke tempat shalatnya seraya mengenakan sorban di atas kepalanya, merapikan kedua kakinya, menundukkan kepalanya dan membasahi kedua matanya dengan tangisan air mata serta memohon kepada Tuhan Rabbul 'Izzati agar mengabulkan permintaan kaumnya. Akhirnya Allah Swt mengabulkan permintaan mereka dengan menurunkan hidangan makanan dari langit.
Ketika hidangan tersebut mulai turun dari langit di antara awan-awan putih yang jalan berarak, orang-orang yang melihatnya merasa terperanjat dan terheran-heran dibuatnya. Perlahan-lahan hidangan makanan itu turun mendekat ke tanah. Setiap kali hidangan itu turun mendekat ke tanah, Nabi Isa as terus memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar memberkatinya sebagai hidangan yang penuh rahmat dan keselamatan dan bukannya bencana bagi kaumnya. Hidangan itu terus turun mendekat, hingga akhirnya mendarat di kedua belah tangan Nabi Isa as. Kemudian beliau menyingkap kain penutup hidangan itu seraya berkata, "Dengan nama Allah, Tuhan sebaik-baik Pemberi rezeki." Ketika kain penutup hidangan itu tersingkap, ternyata di atasnya itu ada tujuh potong ikan besar yang harum dan gurih dan tujuh buah roti besar yang wangi. Sebagian orang mengatakan: "Ada pula acarnya" Ada pula pendapat yang mengatakan, "Ada delima dan buah-buahan lainnya."
Kemudian Nabi Isa as memerintahkan mereka untuk menyantap hidangan itu, akan tetapi mereka berkata, "Kami tidak akan makan sebelum engkau makan terlebih dahulu, ya Isa." Lalu Nabi Isa menjawab, "Bukankah kamu yang merengek-rengek meminta hidangan itu?" Akhirnya mereka tetap menolak untuk memulai menyanta hidangan tersebut. Namun Nabi Isa as tidak kehilangan akal dalam menghadapi kecongkakan kaumnya itu, maka beliau panggil orang fakir miskin, orang yang terlantar, orang sakit dan orang yang kelaparan, hingga jumlah mereka hampir mencapai seribu tiga ratus orang, untuk menikmati hidangan dari langit itu. Maka dengan senang hati mereka mulai menyantap hidangan yang telah disediakan Nabi Isa tersebut.
Alhamdulillah, berkat barokah dan mukjizat yang dilimpahkan Allah kepada hidangan itu, orang yang mempunyai berbagai macam penyakit menjadi sembuh setelah selesai menyantapnya. Melihat mukjizat yang telah terjadi di depan mata kepala mereka, maka menyesallah orang-orang yang menolak untuk menyantap hidangan itu ketika Nabi Isa as telah mempersilahkan mereka untuk menyantapnya dahulu.
Konon hidangan itu turun satu kali setiap hari untuk dapat disantap oleh kaumnya yang lain, hingga diperkirakan jumlah orang yang mencicipinya sekitar tujuh ribu orang. Hingga akhirnya hidangan itu turun kepada kaum Nabi Isa as hampir setiap hari, sebagamana susu unta nabi Shalih as yang diminum oleh kaumnya hampir setiap hari.
Kemudian Allah memerintahkan Nabi Isa untuk mengkhususkan hidangan itu bagi orang miskin atau orang yang membutuhkan saja, dan tidak boleh untuk orang-orang kaya. Namun kaumnya merasa keberatan dengan keputusan tersebut, terutama orang-orang yang munafik diantara mereka. Akhirnya hidangan dari langit itu dihentikan sama sekali dan orang-orang yang munafik diubah menjadi babi-babi yang hina.
Said bin Abu 'Urubah telah menceritakan kepada kami dari Qatadah dari Kholas dari 'Ammar bin Yasar, dari Nabi Muhammad Saw bahwasanya beliau bersabda:
"Hidangan makanan yang turun dari langit itu berisi daging dan roti. Mereka diperintahkan agar jangan berkhianat, jangan menyimpan, dan jangan mengambil. Akan tetapi mereka berkhianat, menyimpan dan mengambilnya. Akhirnya mereka diubah menjadi kera-kera dan babi-babi yang hina."
(Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi)

No comments:

Post a Comment