Monday, October 25, 2021

 Kisah Kematian Yahya as dan Zakariya as

Pada saat Rasulullah saw diperjalankan di malam hari (isra' mi'raj), beliau melihat Zakariya as berada di langit, lalu mengucapkan salam kepadanya seraya berkata, "Wahai Abu Yahya, beritahukan kepadaku tentang pembunuhan terhadapmu, bagaimana dilakukan dan mengapa Bani Israil itu membunuhmu?"
Zakariya menjawab, "Hai Muhammad, aku beritahukan kepadamu bahwa Yahya adalah orang yang paling baik pada zamannya, dan ia termasuk orang yang paling tampan dan baik rupa, dan ia adalah seperti yang difirmankan oleh Allah Ta'ala, "Menjadi panutan, menahan diri (dari hawa nafsu)." Dan ia tidak membutuhkan wanita, tetapi ia disenangi oleh isteri raja Bani Israil yang merupakan seorang pelacur. Wanita itu mengirimkan utusan kepada Yahya, tetapi Allah masih melindunginya sehingga Yahya menolaknya. Maka wanita itu pun segera mengumpulkan orang-orang untuk membunuh Yahya. Mereka ini mempunyai satu hari besar yang mereka rayakan setiap tahunnya. Dan yang sudah menjadi kebiasaan raja adalah berjanji dan tidak boleh berkhianat serta berdusta."
Lebih lanjut ia menceritakan, kemudian raja itu berangkat ke tempat perayaan, maka istrinya itupun berdiri seraya mengucapkan selamat jalan. Dengan tindakan itu, raja benar-benar merasa heran terhadap perbuatan istrinya yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Setelah istrinya mengucapkan selamat jalan, raja itu berkata, "Mintalah kepadaku, apapun yang kamu minta pasti akan aku kabulkan."
Maka wanita itu berkata, "Aku ingin darah Yahya bin Zakariya."
"Mintalah yang lain selain darah Yahya,"sahut suaminya itu.
Ia berkata, "Hanya itu dan tidak ada yang lain."
Raja itu berkata, "Akan kupersembahkan darahnya untukmu."
Maka wanita itu, lanjut Zakariya, segera mengirim utusan kepada Yahya yang ketika itu sedang berada di mihrabnya tengah mengerjakan shalat, dan aku sendiri ada di sampingnya juga mengerjakan shalat. Lalu orang itu menyembelih leher Yahya dan memasukkan darahnya ke dalam bejana setelah itu ia membawa kepala dan darah Yahya menghadap wanita itu.
Maka Rasulullah saw bertanya kepada Zakariya, "Sampai sejauh mana kesabaranmu?"
Ia menjawab, "Aku sama sekali tidak berpaling dari shalatku."
Setelah orang itu membawa kepala dan darah Yahya ke hadapan wanita itu, maka sore harinya Allah Ta'ala membinasakan raja dan seluruh anggota keluarganya beserta para pengikut setianya. Dan pada keesokan harinya Bani Israil berkata, "Tuhan Zakariya marah kepada Zakariya. Kemarilah, mari kita sama-sama murka karena raja kita dan membunuh Zakariya."
Maka mereka pun pergi untuk mencariku guna membunuhku, lalu datang kepadaku seorang pemberi peringatan. Kemudian aku pun melarikan diri dari mereka tetapi Iblis berada di hadapan mereka seraya menunjukkan kepada mereka jejak pelarianku. Ketika aku merasa takut dan khawatir tidak sanggup melawan mereka, tiba-tiba ada pohon yang menghadangku dan menyeruku seraya berkata, "Kemarilah, kemarilah menuju kepadaku."Kemudian pohon itupun terbelah untukku, lalu aku masuk ke dalamnya.
Lebih lanjut beliau menceritakan, kemudian Iblis datang dan mengambil ujung selendangku, sedang pohon itu tetap menyatukan diri sehingga ujung selendangku masih berada tetap di luar pohon. Kemudian Bani Israil datang, lalu Iblis berkata, "Tidakkah kalian melihat Zakariya masuk ke batang pohon ini? Inilah ujung selendangnya. Ia masuk dengan kekuatan sihirnya."
Bani Israil berkata, "Kami akan membakar pohon ini."
Akan tetapi Iblis berujar, "Belahlah ia dengan gergaji."
Maka bersamaan dengan dipotongnya pohon tersebut, terpotong pula tubuh Zakariya as.
Kemudian Nabi saw bertanya kepada Zakariya as, "Apakah engkau merasakan sakit?" Zakariya menjawab, "Tidak, tetapi yang aku rasakan hanyalah pohon itu saja yang telah menjadikan ruhku berada di dalamnya."
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa ketika gergaji itu sampai pada tulang rusuknya, Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepadanya, "Jika hatimu tidak tenang, maka Aku akan balikkan bumi ini dan orang-orang yang ada di atasnya." Maka hatinya pun menjadi tenang hingga akhirnya jasad beliau terpotong menjadi dua bagian.
(Dari Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir)

No comments:

Post a Comment