Diri, jika ia tidak sibuk dengan sesuatu, maka akan menyibukkan dengan yang menguasai diri itu sendiri.
- Imam Al Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin
Ketika saya menerjemahkan, saya tidak akan menyimpulkan satu kata pun dalam Futuhat kecuali saya telah memahami sepenuhnya. Dan saya bukan tipe yang bisa menerjemahkan terus lalu jika sesuatu itu tidak dipahami kemudian diberi tanda titik-titik sambil saya tidak tahu apa artinya – sebagaimana kadang kita temukan dalam sebuah terjemahan. Jika saya belum paham sebuah kata maka saya akan berhenti disitu.
A sufi woman showed us this pattern on the ceiling. She asked, “Do you know why this patterns are repeating?” And it always repeating. She said, “It is repeating for a good reason” I always thought about dhikr, why do we say laa ilaaha ilallah 165 times or 99 times or 200 times. Why? Why don’t we say it once and get it? And she said, “The reason there’s repetition is to make the intellect bored, so it goes to sleep. And while the intellect is asleep, the heart can wake up and enjoy the truth.”
*****
Seorang sufi perempuan menunjukkan sebuah pola di langit-langit sebuah bangunan. Dia bertanya, "Tahukah kamu kenapa pola ini dibuat berulang?" Dan memang polanya selalu berulang. Dia bilang, "Pola ini berulang untuk sebuah alasan yang baik." Dan memang aku selalu bertanya-tanya kenapa dzikir itu harus berulang, misal dzikir laa ilaaha ilallah 165 kali, 99 kali atau 200 kali, kenapa tidak sekali saja dan langsung mendapat pencerahan?
Lalu perempuan itu berkata, "Alasan kenapa harus diulang-ulang adalah untuk membuat akal pikiran merasa bosan, hingga ia tertidur. Saat ia tertidur maka hati akan terbangun dan menikmati kebenaran"
- Eric Winkel interview of November 2021