Wednesday, July 25, 2012

Asma Allah Al 'Alim

Al Ghazali. Al Asma’ Al Husna – Rahasia Nama-nama Indah Allah. Penerbit Mizan, Cetakan VII, April 2000. Al ‘Alim. (Yang Maha Mengetahui). Kesempurnaannya berupa mengetahui segala sesuatu dengan pengetahuan – yang nyata dan yang gaib, yang kecil dan yang besar, yang pertama dan yang terakhir, permulaan dan hasilnya – dan berkenaan dengan banyaknya obyek-obyek yang diketahui, ini akan tidak terbatas. Maka pengetahuan itu sendiri akan menjadi yang paling sempurna, berkenaan dengan kejelasannya dan penyingkapannya, sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi penglihatan atau penyingkapan jelas yang dapat ditangkap. Akhirnya, pengetahuan bukanlah berasal dari hal-hal yang diketahui, namun hal-hal yang diketahui berasal dari pengetahuan. Nasihat : Hampir bukan rahasia kalau manusia memiliki sifat ‘yang mengetahui’, namun pengetahuan manusia berbeda dengan pengetahuan Allah Ta’ala dalam tiga hal yang khas. Pertama, mengenai banyaknya hal-hal yang diketahui; meskipun hal-hal yang diketahui manusia banyak namun terbatas pada hatinya, dan mana mungkin hal-hal yang diketahui manusia itu dapat disamakan dengan yang tidak terbatas? Kedua, penyingkapan manusia, walaupun jelas, tidak mencapai tujuan, yang di luar tujuan ini tidak mungkin lagi ada tujuan lain. Namun penglihatannya akan hal-hal adalah seperti melihat hal-hal di balik tabir yang tipis. Hendaknya Anda jangan menyangkal derajat-derajat penyingkapan, karena penglihatan batiniah adalah seperti penglihatan lahiriah, maka ada perbedaan antara apa yang jelas pada waktu sore dan apa yang menjadi jelas pada waktu pagi. Ketiga, bahwa pengetahuan Allah SWT akan segala sesuatu bukanlah berasal dari segala sesuatu itu, namun segala sesuatu itu berasal dari pengetahuan Allah Ta’ala, sedangkan pengetahuan manusia akan hal-hal tergantung pada adanya hal-hal dan hasil dari hal-hal. Nah, jika Anda kesulitan memahami perbedaan ini, maka bandingkan pengetahuan orang yang belajar catur dengan pengetahuan orang yang menemukan catur. Karena pengetahuan orang yang menemukan catur itu sendiri adalah sebab bagi adanya catur, sedangkan fakta bahwa catur ada adalah sebab bagi adanya pengetahuan orang yang mempelajari catur. Pengetahuan orang yang menciptakan catur mendahului catur, sedangkan pengetahuan orang yang mempelajari catur terjadi setelah adanya catur. Begitu pula, pengetahuan Allah SWT akan segala sesuatu mendahului adanya segala sesuatu itu, dan menyebabkan adanya segala sesuatu itu, sedangkan pengetahuan kita tidaklah seperti itu. Perbedaan manusia terjadi berkat pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu sifat Allah SWT. Namun, pengetahun itu lebih mulia, yang objek-objeknya lebih mulia, dan objek pengetahuan yang paling mulia adalah Allah Ta’ala. Begitu pula, mengetahui Allah Ta’ala adalah pengetahuan yang paling bermanfaat, sedangkan pengetahuan tentang segala sesuatu lainnya mulia karena ia adalah pengetahuan tentang tindakan-tindakan Allah SWT, atau pengetahuan tentang cara yang membuat manusia lebih dekat dengan Allah Ta’ala dan memudahkan dalam mendekat kepada-Nya. Semua pengetahuan yang selain pengetahuan itu tidak dapat mengklaim bahwa dirinya mulia dan banyak berjasa.[]

No comments:

Post a Comment