Wednesday, July 3, 2013

Dunia adalah Penjara bagi Orang Mukmin

Orang Mukmin itu terasing di dunia. Sementara orang zuhud terasing di akhirat. Orang makrifat terasing  dalam hal selain Allah. Sementara orang Mukmin terpenjara di dunia walaupun dia mendapat rezeki yang banyak dan tempat yang luas. Penghuni dunia berubah dalam harta dan keagungannya. Mereka senang dan tertawa di sekeliling dunia padahal mereka berada dalam penjara batin. Kegembiraannya nampak pada wajahnya, dan kesedihan ada dalam hatinya. Dia mengenal dunia sehingga dia menceraikan dengan hatinya terlebih dahulu, dengan talak satu, karena dia takut akan membalikkan segala sesuatu. Pada saat dia seperti itulah maka akhirat akan membukakan pintunya. Kemudian dia mendatangkan kelembutan dan kebaikan akhirat sehingga orang mukmin meninggalkan dunia dengan talak yang lain. Kemudian datanglah yang lainnya dan merangkulnya sehingga dia meninggalkan dunia dengan talak tiga, sementara dia tetap bersama akhirat. Pada saat dia bersama akhirat, tiba-tiba cahaya Allah Azza wa Jalla gemerlap menerangi sehingga dia meninggalkan akhirat. Dunia berkata kepadanya, “Mengapa engkau meninggalkan saya?”

Dia menjawab, “Aku melihat yang lebih baik darimu.”
Sementara akhirat bertanya kepadanya, “Mengapa engkau meninggalkan saya?”
Dia menjawab, “Sebab kamu dijadikan dan dibentuk. Dan kamu bukan Dia. Jadi, bagaimana mungkin saya tidak meninggalkanmu?”

Dengan demikian, pada saat itu nampaklah dengan jelas makrifatnya kepada Tuhannya Azza wa Jalla, sehingga dia terbebas dari yang selain Dia dan menjadi orang asing di dunia dan akhirat. Pada saat itu, hilanglah segalanya dan terhapuslah segalanya, sehingga datanglah dunia untuk melayaninya. Para pelayannya melihat keluarganya berdiri dengan maksud beramal sambil menanggalkan perhiasan dunia yang tampak di hadapan anak-anaknya. Sesungguhnya hal itu dibuat seperti itu agar dia tidak berpaling kepada dunia. Seorang ratu, jika dia mencintai seseorang maka dia akan menghabiskan pemberiannya kepada orang itu daripada kepada orang-orang lemah dan budak-budak negro karena dia lebih memperhatikan orang itu dan merasa cemburu kepadanya.

Oleh karena itu, hendaklah engkau menghadap kepada Tuhanmu secara menyeluruh. Tinggalkanlah hari esok menuju arah kemarin agar hri esok datang dan engkau sudah mati.

Kepada orang kaya, hendaklah engkau tidak menyibukkan diri dengan kekayaanmu sebab hari esok akan datang dan engkau menjadi fakir. Hendaklah engkau tidak bersama sesuatu tetapi jadilah bersama Sang Pencipta segala sesuatu. Sebab, Dia adalah Zat yang tidak diserupai oleh sesuatu pun. Janganlah engkau merasa tenang kepada yang selain Dia.

Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada ketenangan bagi seorang mukmin selain bertemu dengan Tuhannya.”

Apabila telah runtuh apa yang menghalangi antara dirimu dan makhluk serta engkau menjadi hidup, begitu pula apa yang ada di antara dirimu dengan Tuhan, maka sungguh Dia telah memilih bagimu. Oleh karena itu, janganlah engkau membenci pilihan-Nya. Barangsiapa yang sabar bersama Allah Azza wa Jalla, niscaya dia akan melihat kelembutan-Nya yang mengagumkan. Barangsiapa yang sabar atas kefakiran maka akan datang kekayaan kepadanya. Perkara yang paling banyak menjadikan kenabian adalah pengurusan perbudakan dan pengasingan. Pada saat seorang hamba merasa terhina maka Dia akan memuliakannya. Pada saat hamba rendah hati maka Dia akan meninggikannya. Dialah yang memuliakan, Dia Yang menghinakan, meninggikan, merendahkan, memberi taufik, dan melimpahkan kemudahan. Tanpa semua itu, kita tidak akan mengenal-Nya.

Kepada orang yang ujub dengan amalnya, betapa bodohnya engkau? Jika tidak ada taufik dari-Nya maka engkau tidak akan menunaikan shalat, puasa, dan bersikap sabar. Engkau seharusnya berada di tempat sykur, bukan di tempat ujub. Kebanyakan hamba merasa ujub dengan ibadah dan amalnya. Mereka mencari pujian dan sanjungan dari makhluk. Mereka merasa senang karena dunia dan pemiliknya berpihak kepada mereka. Penyebab itu semua adalah keberadaan mereka bersama hawa nafsunya. Dunialah yang dicintai oleh hawa nafsu mereka. Sedangkan yang lainnya dicintai oleh hati, dan Allah Azza wa Jalla dicintai oleh batin. Sesungguhnya hukum yang dibuat mengarah kepada hatimu setelah ditetapkan hukuman karena hukumlah yang memenuhi urusan ini. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengakui sesuatu tanpa berdasarkan hukum maka dia telah berdusta. Sebab, setiap hakikat yang tidak disaksikan syariat, berarti zindik.

Hendaklah engkau terbang menuju Allah Azza wa Jalla dengan dua sayap, Alquran dan Sunnah. Masuklah kepada-Nya dengan tanganmu berpegang pada tangan Rasulullah saw. Jadikanlah beliau sebagai teladan dan gurumu. Biarkanlah tangannya yang agung menghiasimu, menyisir jasadmu, dan memalingkanmu kepada-Nya. Beliaulah hakim di antara ruh, yang mengurus setiap orang yang berkehendak, yang menentukan baik dan buruk, pemimpin orang-orang shalih, serta yang membagi keadaan dan kedudukan di antara mereka. Sebab, Allah Azza wa Jalla telah memasrahkan semua hal itu kepada beliau. Dia menjadikannya pemimpin bagi semua umatnya. Suatu penganugerahan jika keluar dari raja untuk tentaranya, sesungguhnya diberikan atas kekuasaan pemimpinnya. Tauhid adalah ibadah, sedangkan bersekutu dengan makhluk adalah adat atau kebiasaan. Oleh karena itu, tetaplah berada dalam ibadah, dan tinggalkanlah adat. Apabila engkau bertentangan dengan ibadah, berarti engkau bertentangan dalam hak-hakmu dengan adat; kecuali jika Allah mengubahmu. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri (QS 13:11)

Hendaklah engkau mengeluarkan hawa nafsumu dan makhluk dari dalam hatimu. Lalu penuhilah hatimu dengan apa yang tersimpan pada keduanya sehingga keadaannya kembali kepadamu. Hal ini tak akan datang dengan puasa di siang hari dan bangun di malam hari, tetapi dengan sucinya hati dan bersihnya batin.

Sebagian ulama berkata, “Puasa dan bangun malam adalah ibarat cuka dan sayur dalam suatu hidangan. Makanan selain hidangan itu hanyalah sebagai pelengkap. Keduanya merupakan makanan utama. Kemudian datang setelah itu berbagai makanan. Kemudian makan, dan mencuci tangan. Setelah itu datang menemui Allah Azza wa Jalla. Kemudian yang dilakukan adalah penganugerahan, pemutusan, pengaturan, penggantian, penyerahan negara dan pencabutannya. Apabila hati seorang hamba telah baik terhadap Allah Azza wa Jalla dan menetap di dekat-Nya maka Dia akan memberikan kerajaan dan pemerintahan di seluruh pelosok bumi. Dia akan menyerahkan kepadanya penyebaran da’wah kepada makhluk dan sabar atas hinaan mereka. Dia memasrahkan kepadanya semua perubahan yang batil dan penegakkan yang hak. Dia telah memberikan semua itu dan mencukupkannya. Sebab, apabila Dia memberi, tentu Dia akan mencukupinya. Allah Azza wa Jalla memenuhi perutnya dengan hikmah. Dia sungguh telah menciptakan dari celah-celah bumi hati hamba-hamba-Nya yang salih dan baik kepada-Nya. Dia menciptakan hamba-hamba-Nya yang makrifat kepada-Nya, sebagai sungai hukum yang muncul dari lembah ilmu-Nya. Dari samping ‘Arasy dan Lauh-Nya berjalan sampai ke tanah-tanah hati yang mati yang tidak mengenal-Nya dan berpaling dari-Nya.”

Wahai anakku, hendaklah engkau menyadari bahwa memakan makanan yang haram akan mematikan hatimu, sementara memakan makanan yang halal akan menghidupkannya. Satu suap makanan tersebut akan menyinari hatimu, sementara satu suap yang lain akan menggelapkannya. Satu suap akan menyibukkanmu dengan urusan dunia, sementara satu suap yang lain akan menjadikanmu mencintai Pencipta keduanya. Makanan haram dapat menyibukkanmu dengan dunia dan menyukai kemaksiatan. Sementara makanan halal dapat menyibukkanmu dengan akhirat dan mencintai ketaatan. Makanan halal akan mendekatkan hatimu kepada Tuhan. Makanan tersebut tidak kau ketahui kecuali dengan makrifat kepada Allah Azza wa Jalla. Sementara makrifat kepada-Nya sesungguhnya terdapat dalam hati dan bukan dalam tulisan. Makrifat itu berasal dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya. Sesungguhnya hasil dari makrifat kepada Allah adalah setelah mengamalkan hukum-hukum-Nya; setelah mempercayai-Nya dan berlaku jujur; setelah mengesakan Allah dan mempercayai-Nya; dan setelah mengeluarkan makhluk dari dalam hatinya secara keseluruhan. Bagaimana mungkin engkau bisa bermakrifat kepada Allah padahal engkau tidak mengenal apa pun kecuali apa yang kau makan, kau minum, kau pakai, dan yang kau nikahi? Engkau tidak memperhatikan dari berbagai segi. Tidakkah engkau mendengar sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang tidak memperhatikan dari mana asal makanan dan minumannya, niscaya Allah tidak akan memperhatikan dari pintu neraka mana Dia memasukkannya.”

Hendaklah engkau tidak memperhatikan semua perkara dan tidak menyebut hanya satu perkara. Hendaklah engkau tidak disibukkan oleh suatu perkara dan janganlah terikat oleh makhluk. Hanya saja engkau berbicara kepada mereka atas apa yang mereka pikirkan. Engkau bersedekah dengan berkeliling kepada mereka. Engkau mengamalkan sabda Nabi saw, “Berkeliling kepada manusia merupakan sedekah.”

Engkau memberi mereka dari pemberian Allah. Engkau memuliakan mereka dari kemuliaan-Nya kepadamu. Engkau bersikap ramah, sayang, dan lembut kepada mereka. Jika demikian keadaannya, akhlakmu akan berasal dari akhlak Allah Azza wa Jalla dan perbuatanmu selalu berdasarkan perintah-Nya.

Ingatlah bahwa pemimpin itu ada dua macam: pemimpin hukum dan pemimpin ilmu. Pemimpin dari makhluk menunjukkanmu kepada pintu yang dekat kepada Allah Azza wa Jalla. Dua pintu yang harus engkau masuki adalah pintu makhluk dan pintu Khalik; pintu dunia dan pintu akhirat. Salah satunya mengikuti yang lain. Pertama pintu makhluk dan yang kedua pintu Allah Azza wa Jalla. Engkau tidak akan melihat pintu akhir sebelum melewati pintu awal. Oleh karena itu, hendaklah engkau menyingkirkan dunia dengan hatimu sehingga engkau masuk menuju akhirat. Layanilah pemimpin hukum sehingga dia memasukkanmu kepada pimpinan ilmu. Keluarlah dari makhluk sehingga engkau akan mengenal Allah Azza wa Jalla.

Makrifat merupakan suatu tahapan yang terdiri dari beberapa tingkatan. Keduanya berlawanan dan tidak berkumpul. Perkara ini saling berlawanan sehingga janganlah engkau mencari penyatuan dari keduanya. Hendaklah engkau mengosongkan hatimu yang merupakan rumah Allah Azza wa Jalla. Hendaklah engkau meninggalkan yang selain Dia dalam hatimu. Apabila malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah yang ada gambar di dalamnya, lalu bagaimana Allah Azza wa Jalla masuk ke dalam hatimu, padahal dalam hatimu ada gambar dan berhala? Sebab, segala sesuatu selain Dia adalah berhala. Oleh karena itu, hendaklah engkau menghancurkan berhala itu dan bersihkanlah rumah tersebut, niscaya engkau akan melihat penghuninya hadir di dalamnya, engkau akan melihat keajaiban yang belum pernah engkau lihat sebelumnya.

Ya Allah, berilah kami taufik agar Engkau meridhai kami.
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat,

dan peliharalah kami dari siksa api neraka.[]

(Syaikh Abdul Qadir Jailani)

No comments:

Post a Comment