Wednesday, July 3, 2013

Tidak Berpegang Teguh pada Dunia

Dunia ini sementara sedangkan akhirat adalah kekal. Dunia dibangun untuk sementara sedang akhirat dibangun untuk kepastian yang kekal. Oleh karena itu, janganlah meninggalkan amal di tempat yang sementara dan janganlah melemahkan kekuatan amal untuk tempat yang kekal dan pasti. Beramallah di tempat sementara sesuai dengan kebutuhannya dan janganlah menganggap kekal semua yang sementara. Janganlah menjadikan kemampuan sebagai penghalang karena nafsumu, karena nafsu sering menjadikan faktor kemampuan sebagai alasan sehingga tidak mau beramal. Menjadikan kemampuan sebagai halangan merupakan dalih orang-orang yang malas. Halangan karena tidak adanya kemampuan hanya berlaku dalam melaksanakan amal perbuatan yang bukan perintah dan larangan Allah.

Orang Mukmin tidak akan menaruh kepercayaan pada dunia ini dan juga pada isinya. Dia akan mengambil bagiannya dari dunia ini, lalu akan menyingkirkan dengan hatinya untuk menuju Allah Azza wa Jalla. Dia diam disana sehingga dia menyingkirkan dan merobohkan dunia. Dia memperkenankan hatinya untuk masuk ke jalan-Nya dengan perantaraan batinnya. Batin membawa hatinya menuju jiwa yang tenang dan anggota badan yang taat. Pada saat seperti itulah hatinya tidak bergantung pada keluarganya dan terhalanglah antara dia dan keluarganya. Allah menyelamatkannya dari kejahatan makhluk dan menjadikan makhluk taat kepadanya. Allah membuat penghalang antara hatinya dan hati makhluk lainnya; dia tetap sendiri bersama Allah, seolah-olah makhluk lain tidak diciptakan untuk berhubungan dengan dirinya; seolah-olah tidak ada makhluk lain bagi Allah kecuali dirinya. Tuhannya tetap sebagai Pelaku dan dia sebagai obyek. Tuhanlah yang tetap dia cari dan dia yang mencari-Nya. Tuhannya tetap menjadi Pokok dan dia sebagai cabang-Nya. Dia tidak mengenal dan tidak melihat selain Tuhannya. Tuhan mematikan dirinya dari makhluk.

Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali
(QS 80:22)

Allah menciptakan orang Mukmin di atas makhuk-Nya untuk kemaslahatan mereka dan memberi petunjuk kepada mereka. Orang Mukmin harus sabar terhadap penganiayaan orang lain demi menggapai keridhaan Allah Azza wa Jalla. Para wali selalu menjaga hati dan batinnya. Mereka tetap tegak bersama Allah, tidak bersama selain-Nya. Mereka beramal untuk-Nya, bukan untuk selain-Nya.

Kepada orang Munafik, ingatlah bahwa engkau tidak mempunyai pengetahuan dari para wali; engkau tidak mempunyai pengetahuan dari keimanan, dan engkau tidak mempunyai pengetahuan tentang rasa suka kepada Allah. Tidak lama lagi engkau akan mati dan menyesal setelah mati. Engkau telah merasa puas dengan fasihnya ucapan padahal hatimu tidak menentu. Keadaan seperti itu tidak berguna bagimu. Kefasihan itu seharusnya untuk hati, bukan untuk ucapan. Tangisilah dirimu seribu kali dan tangisilah yang lain sekali saja, terutama engkau yang telah mati hati, yang jauh dari wali, yang bertolak belakang, dan yang terhalang dari Allah Azza wa Jalla.

Tuhanku, sesungguhnya aku bisu, karena itu, berilah kemampuan berbicara,
Sehingga aku berguna bagi makhluk karena pembicaraanku;
Sempurnakanlah kebaikan bagi mereka dengan perantaraan tanganku.
Jika tidak, kembalikan aku kepada kebisuan.

Saya mengajak kalian semua untuk melakukan pembunuhan, yaitu membunuh hawa nafsu, watak buruk, setan dan dunia. Saya mengajak kalian untuk keluar dari makhluk dan meninggalkan segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla. Hendaklah berjuang mencapai keadaan ini, dan janganlah berputus asa, karena Allah, setiap waktu Dia dalam kesibukan (QS 55:29). Maksudnya, Allah senantiasa mencipta, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezeki, dan lain-lain.

Memohonlah kepada Allah menurut ukuran takdir-Nya. Memohonlah kepada-Nya dari segi kekuasaan-Nya bukan dari segi hikmah-Nya. Memohonlah kepada-Nya sesuai dengan ilmu-Nya, bukan sesuai dengan ilmumu. Memohonlah kepada-Nya dengan hati dan batinmu, bukan dengan menggerakkan lidah semata. Berdirilah di sisi-Nya atas kehancuranmu dalam segala hal. Janganlah menyerahkan aturan kepada orang-orang bodoh. Barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya, berarti dia sesungguhnya orang bodoh, meskipun dia dapat menghapal dan mengamalkan isinya. Mempelajari ilmu tanpa mengamalkannya akan mengembalikanmu kepada makhluk. Mengamalkan ilmu akan mengembalikanmu kepada Allah; menjauhkanmu dari kesenangan dunia; membuatmu dapat melihat dengan batinmu; menjauhkanmu dari kesibukan untuk menghiasi jasad lahiriah dan beralih pada kesibukan untuk menghiasi batin. Pada saat itulah Allah Azza wa Jalla melindungimu karena engkau telah bersikap baik kepada-Nya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dia melindungi orang-orang yang sallih (QS 7:196)

Allah melindungi lahir dan batin mereka. Allah mengurus lahir mereka dengan kekuasaan hikmah-Nya dan mengurus batin mereka dengan kekuasaan ilmu-Nya. Dengan itu, mereka tidak takut kepada selain-Nya. Mereka tidak menaruh harapan kepada selain-Nya. Mereka tidak mengambil kecuali dari-Nya dan tidak memberi kecuali di jalan-Nya. Mereka menghindar dari selain-Nya, akrab kepada-Nya, serta diam dengan tenteram kepada-Nya. Ini akhir zaman, benar-benar telah banyak perubahan. Ini zaman fatrah, zaman kemunafikan merajalela.

Wahai orang Munafik, sadarlah bahwa kau adalah hamba dunia dan hamba makhluk. Engkau hanya memandang mereka dan beramal untuk mereka; Engkau melupakan pandangan Allah kepadamu. Engkau tampaknya beramal untuk akhirat, padahal semua amal dan tujuanmu adalah untuk dunia. Diriwayatkan dari Nabi s.a.w. bahwa beliau bersabda, “Apabila seorang hamba menghiasi dirinya dengan amal akhirat, padahal dia tidak menghendaki akhirat dan tidak mencarinya, niscaya dia akan dilaknat di langit dengan nama dan keturunannya.”

Sesungguhnya saya mengenalmu, sebagai orang Munafik, dengan cara hikmah dan ilmu, tetapi saya berusaha untuk menutupimu dengan penutup dari Allah.

Ingatlah, engkau akan celaka. Apakah engkau tidak merasa malu? Anggota badanmu tidak bersih dari dosa dan najis zahir. Engkau mengaku bersih batin dan bersih hati, padahal tidak.  Bagaimana batinmu? Engkau tidak berlaku baik terhadap makhluk, tetapi engkau mengaku berlaku baik terhadap Khalik. Gurumu tidak meridhaimu karena kau tidak bersikap baik kepadanya, padahal engkau menerima perintah darinya dan duduk di majelis paling depan. Tidak usah banyak bicara, sehingga tauhidmu berdiri tegak di atas kakinya dan tetap teguh di sisi Allah. Engkau menetas dari telur wujud dan duduk di atas batu halus. Engkau berada di bawah sayap kesenangan. Engkau memungut biji-biji keikhlasan dan meminum air persaksian, kemudian kau tetap dalam keadaan seperti itu sampai menjadi seekor ayam. Saat itulah engkau menjadi penjaga bagi ayam-ayam lain sambil mencari biji-biji makanan bagi mereka. Artinya, engkau mengajak serta memperingatkan manusia di saat malam dan siang hari; memperingatkan mereka untuk taat kepada Allah Azza wa Jalla.

Wahai orang pandai, lepaskanlah buku dari tanganmu dan kemarilah, duduklah di sisi saya. Ilmu diambil dari mulut orang-orang berilmu, bukan dari buku-buku semata. Ilmu diambil dari amal perbuatan dan tingkah laku, bukan dari omongan semata, serta diambil dari orang-orang yang lenyap dalam pandangan makhluk dan berada di sisi Allah Azza wa Jalla. Matilah dengan meninggalkan selain Allah kemudian hiduplah bersama-Nya dan untuk-Nya. Bersahabatlah dengan para pelayan Allah Azza wa Jalla yang senantiasa berada di pintu-Nya. Kesibukan mereka adalah dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta mengikuti ketentuan-Nya. Kegiatan mereka adalah mengikuti kehendak dan perbuatan-Nya. Mereka tidak pernah berbuat yang menentang-Nya. Mereka tidak menentang-Nya dalam hal yang sedikit apalagi yang banyak, baik dalam hal yang dijunjung tinggi atau yang dianggap remeh. Janganlah terjerumus ke dalam kesibukan melayani nafsu dengan tamak serta ambisi dalam mencapai tujuannya, sehingga engkau jauh dari kesibukan melayani Allah. Para wali Allah tetap berada dalam tuntutan memenuhi permintaan dari makhluk, tetapi mereka melalaikannya karena kasih sayang kepada makhluk. Mereka tidak menuntut sesuatu dari makhluk untuk dirinya. Mereka telah tenteram, tidak ada sedikitpun keinginan dan syahwat duniawi. Kalian mengira bahwa dirinya sepertimu yang bodoh dan tetap melayani dunia, yang membawamu untuk mengikuti kehendak dan syahwat duniawi. Apabila engkau berakal, tentu akan berpaling dari melayani dunia dan menyibukkan diri melayani Tuhannya. Dunia adalah musuhmu. Yang tepat bagimu adalah berdiam diri dari ajakannya. Engkau harus membuat dinding penghalang dari ucapannya. Dengarkanlah ucapannya sebagaimana engkau mendengarkan orang gila yang hilang akalnya. Janganlah memperhatikan omongan dan tuntutannya karena syahwat, kelezatan dan kebohongan. Kecelakaanmu bergantung pada penerimaanmu terhadap dunia, sementara keselamatanmu bergantung pada penentanganmu terhadap dunia. Apabila engkau menaati Allah niscaya Dia akan memberikan rezeki-Nya dengan lapang dari setiap penjuru kepadamu. Apabila engkau durhaka dan berlaku zalim maka Dia akan memutuskan hubungan perantara datangnya rezeki duniawi dan Dia akan mengirimkan bencana sehingga engkau celaka. Itulah kerugian dunia dan akhirat. Diri yang taat dan merasa puas atas bagian dunianya, dia akan menjadi seperti majikan, kemanapun menghadap, niscaya dapat mengambil bagiannya secara sukarela. Setiap orang dapat menunaikan kewajibannya dengan senang hati tanpa terpaksa. Kosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah. Tenangkanlah anggota badan dari kelelahan dalam menghasilkan dunia.

Kepada kalian yang diberi nikmat, hendaklah mensyukuri nikmat itu; jika tidak, niscaya nikmat itu akan dicabut darimu. Potonglah sayap kenikmatan dengan bersyukur; jika tidak, niscaya dia akan terbang dari sisimu. Orang yang mati adalah orang yang mati dari Tuhannya Azza wa Jalla meskipun dia hidup di dunia. Apakah kehidupan berguna baginya padahal dia menggunakan untuk memenuhi syahwat, kesenangan dan kebohongannya? Dia itu mati isinya, tidak mati bentuknya.

Ya Allah, hidupkanlah kami bersama-Mu dan matikanlah kami dari selain-Mu.

Kepada orang tua tetapi berwatak anak-anak, sadarlah! Sampai kapan kau memelihara watak kanak-kanakmu di ballik keburukan dunia? Keadaan itu telah menjadikanmu bingung. Tidakkah kau tahu bahwa kebingungan itu diakibatkan oleh dirimu sendiri; bahwa kau adalah hamba dunia yang mengendalikan dirimu dengan tangannya. Jika dunia yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba dunia. Jika akhirat yang mengendalikanmu berarti kau adalah hamba akhirat. Jika kekuatan Allah yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba-Nya. Jika jiwa yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba jiwamu. Jika hawa nafsu yang mengendalikanmu, berarti kau hamba hawa nafsu. Jika makhluk yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba makhluk. Karena itu, lihatlah orang yang mengendalikanmu. Sebagian besar dari kalian menghendaki dunia. Sedikit saja di antara kalian yang menghendaki akhirat. Yang jarang sekali adalah yang menghendaki wajah Tuhan Yang menguasai dunia dan akhirat, dan bersahabatlah dengan mereka. Janganlah membantah dan menentang mereka, karena itu bisa merugikanmu. Jangan bersikap buruk kepada mereka agar kau tidak celaka. Hendaklah menjadi orang yang berakal. Kembalilah kepada Allah dengan amal-amalmu. Di sisi-Nya kau tidak sebanding dengan sayap nyamuk sekali pun, kecuali kau ikhlas untuk-Nya dalam khalwat dan semua tingkah lakumu. Ingatlah bahwa harta yang tidak akan binasa adalah kejujuran, keikhlasan, takut kepada Allah, senantiasa menaruh harapan kepada-Nya, dan selalu kembali kepada-Nya dalam segala hal. Engkau harus percaya karena hal itu dapat kau temukan. Apabila kau melihat salah seorang di antara mereka yang bersifat seperti itu, rendahkanlah diri di hadapannya. Tunduklah dan jangan membantahnya. Tutuplah mulutmu dan janganlah menyinggung perasaannya dengan sikapmu yang buruk. Tutuplah mulutmu dari segala yang tidak kau ketahui. Ilmu dan sikap pasrah terhadap perkara yang tidak kau ketahui, itulah Islam.

Kepada orang yang lemah keyakinan, sadarlah bahwa tiada dunia dan akhirat dalam dirimu. Hal itu karena sikapmu yang buruk kepada Allah serta karena kebusukanmu kepada para wali dan para nabi-Nya yang telah Allah tempatkan sesuai dengan kedudukannya. Dia telah memberi tugas kepada mereka seperti kepada para nabi dan shiddiqiin. Dia memasrahkan tugas beserta ilmunya kepada mereka. Dia membinasakan hawa nafsu mereka. Dia menempatkan mereka bersama-Nya dan di sisi-Nya. Dia telah membersihkan hati mereka dari segala sesuatu selain-Nya. Dia melepaskan mereka dari jiwa-jiwa dan hawa nafsu mereka. Dia menjadikan dunia, akhirat dan makhluk di tangan mereka. Dia memperlihatkan kepada mereka kekuasaan-Nya. Dia mengajarkan hikmah dan ilmu-Nya kepada mereka. Dia membenarkan ucapan “Laa haula wa laa quwwata illaa bil laahil ‘aliyyil azhiim” mereka. Mereka jujur dalam ucapan tersebut karena membinasakan daya dan kekuatannya sendiri, juga kekuatan makhluk. Mereka berpegang teguh pada kekuatan Allah Azza wa Jalla . Mu’adz r.a. berkata, “Ya Allah, jika Engkau tidak mengizinkanku untuk berbuat apa yang aku kehendaki, maka berilah kesabaran atas apa yang Engkau kehendaki.”

Wahai anakku, ingatlah bahwa sikap ridha terhadap qadha Allah lebih baik daripada mendapatkan dunia sambil menentang Allah. Manisnya ridha dalam hati orang-orang yang jujur, lebih manis daripada mendapatkan syahwat dan kesenangan. Bagi mereka, keridhaan terasa lebih manis daripada dunia dan segala isinya, karena dapat membuat hidup terasa menyenangkan dalam keadaan bagaimanapun. Berbicaralah kepada manusia dengan lisan ilmu, amal dan keikhlasan. Janganlah berbicara kepada mereka dengan lisan ilmu tanpa disertai amal, karena hal itu tidak berguna bagimu dan bagi orang di sekitarmu. Nabi saw. bersabda, “Ilmu itu memanggil amal sampai amal menyambutnya, jika tidak ilmu akan berlalu darinya.”

Lenyaplah berkah ilmu, sedangka kau tetap akan dituntut. Engkau menjadi orang pandai yang akan didakwa oleh ilmumu sendiri. Pohonnya tetap kau pegang, sedangkan buahnya lenyap darimu.

Hendaklah memohon kepada Allah agar Dia memberimu derajat dan kedudukan di sisi-Nya. Kemudian apabila Dia memberikannya kepadamu, hendaklah memohon kepada-Nya agar Dia menyembunyikannya dan agar engkau tidak suka menampakkannya. Apabila engkau suka menampakkan apa yang ada di antara dirimu dan Allah, niscaya hal itu akan menyebabkanmu celaka. Jauhilah sikap sombong dalam tingkah laku dan amal, karena hal demikian akan menimbulkan murka Allah. Jauhilah kesenangan berbicara dengan makhluk dan kesenangan ketika mereka memandangmu. Hal itu dapat menimbulkan kemudaratan serta tidak berguna bagimu. Janganlah mengatakan sesuatu yang dapat melibatkan dirimu, hingga hatimu yakin bahwa urusan itu berasal dari Allah Azza wa Jalla. Bagaimana engkau dapat mengajak orang lain ke rumahmu dan menyediakan makanan bagi mereka?

Urusan ini membutuhkan fondasi, setelah itu baru bangunan. Galilah tanah hatimu sampai memancarkan air hikmah. Kemudian bangunlah dengan ikhlas, perjuangan, dan amal-amal shalih sampai gedungmu berdiri tinggi. Kemudian ajaklah orang lain ke sana.

Ya Allah, hidupkanlah amal kami dengan ruh keikhlasan kepada-Mu.

Apakah khalwatmu dari makhluk berguna, padahal makhluk ada dalam hatimu? Tidak, tidak ada kebaikan bagimu dalam khalwatmu. Apabila kau menyepi padahal makhluk ada dalam hatimu, berarti kau duduk menyendiri tanpa hadir dan tanpa sikap baik kepada Allah Azza wa Jalla; bahkan hawa nafsu dan setanlah yang menjadi teman-temanmu. Apabila hatimu menghendaki Allah, engkau akan menyepi dari makhluk meski berada di antara keluarga dam kerabatmu. Apabila rasa suka itu telah kuat tertanam dalam hatimu, akan robohlah dinding eksistensimu dan terbukalah penglihatanmu sehingga kau dapat melihat karunia dan perbuatan-Nya. Kemudian engkau akan ridha kepada-Nya, tidak kepada selain-Nya. Barangsiapa yang berada dalam suatu kondisi seraya berpegang teguh pada syariat, tidak mengharapkan yang lebih atau yang kurang dari kondisi itu, juga tidak mengharapkan lenyap atau tetap, berarti dia benar-benar telah memenuhi persyaratan ridha, muwafaqah (sesuai dengan qudrat dan iradat-Nya), dan pengabdian.

Janganlah berdusta. Engkau mengaku ridha padahal kau berubah watak setiap saat. Janganlah berdusta. Saya tidak akan mendengarkan omongan dustamu. Saya tidak akan melakukannya dan tidak akan mengakuinya. Masing-masing makhluk diberi petunjuk ke dalam hatinya; dimasukkan ke dalam hatinya kata-kata yang khusus sehingga mereka mengetahui kebaikan dan mereka tetap dalam kebaikan tersebut. Bagaimana tidak begitu sedangkan mereka mengikuti Rasul dalam ucapan dan perbuatannya? Rasul saw. diberi wahyu secara lahiriah sedangkan para wali diberi ilham ke dalam hatinya secara batiniyah, karena mereka adalah pewaris Rasul dan pengikutnya dalam segala hal yang telah diperintahkan kepadanya. Jika kau ingin mengikuti dengan benar maka perbanyaklah mengingat mati. Mengingat mati dapat menolong menjauhkan hawa nafsu dan setan darimu. Barangsiapa yang tidak menerima kematian sebagai nasihat, maka tidak ada jalan untuk mendapat nasihat baginya. Nabi saw. bersabda, “Cukuplah kematian sebagai nasihat.”

Bagian duniamu akan datang kepadamu, baik engkau bersikap zuhud atau engkau mencintainya. Apabila engkau zuhud, maka bagian duniamu akan sampai kepadamu, dan engkau tetap mulia. Apabila engkau mencintainya, maka bagian duniamu akan sampai kepadamu, dan kau tidak mulia.

Orang Munafik merasa malu kepada Allah pada saat ada orang lain di sampingnya, tetapi dia tdak merasa malu kepada-Nya pada saat tidak ada orang lain di sampingnya. Kalau saja keimananmu kepada-Nya benar, dan engkau yakin bahwa Dia melihatmu, dekat denganmu, serta mengawasimu, pasti engkau akan merasa malu kepada-Nya.

Saya mengatakan perkara yang haq kepadamu. Saya tidak takut kepadamu serta tidak mengharapkan apa-apa darimu. Bagi saya, engkau dan penduduk bumi bagaikan kutu atau seekor semut, karena saya yakin bahwa kemudaratan dan kemanfaatan berasal dari Allah, bukan dari dirimu. Raja dan rajanya raja sekalipun sama saja. Ingkarilah dirimu dan orang lain dengan syariat, bukan dengan hawa nafsu dan tabiatmu. Apa saja yang didiamkan syariat, ikutilah dalam diamnya. Apa saja yang dikatakan syariat, maka ikutilah perkataannya.

Wahai manusia, janganlah mengingkari orang lain karena hawa nafsu, tetapi ingkarilah karena imanmu. Keimananlah yang mengingkari mereka. Keyakinanlah yang menghilangkan mereka. Allah Azza wa Jalla, Dialah penolong yang menolongmu dan bangga kepadamu.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Jika Allah menolongmu, maka tidak akan ada orang yang dapat mengalahkanmu (QS 3: 160)

Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS 47:7)

Apabila engkau mengingkari kemunkaran karena membela Allah, maka Dia akan menolongmu untuk melenyapkannya dan menjadikan mereka hina di hadapanmu. Apabila engkau mengingkarinya karena hawa nafsu, setan dan tabiatmu, maka Dia akan menelantarkanmu dan tidak menolongmu menghadapi pelaku kemunkaran itu dan engkau pun tidak akan mampu melenyapkannya. Keimanan itulah yang mengingkari. Sebab, setiap orang yang mengingkarinya tidak karena keimanan, maka dia bukanlah orang yang mengingkari. Mengingkari itu dengan berkata “Janganlah.” Engkau menghendaki pengingkaranmu karena Allah, bukan karena makhluk-Nya; karena agama-Nya, bukan karena nafsumu, karena Dia, bukan karena dirimu sendiri. Lepaskanlah dirimu dari kegilaan. Ikhlaskanlah amalmu. Kematian selalu mengintipmu. Engkau harus melewati jembatan kematian. Tinggalkanlah ketamakan yang telah menodaimu. Yang jadi bagianmu akan datang padamu dan yang jadi bagian orang lain pasti tidak akan datang kepadamu. Sibukkanlah dirimu untuk Allah dan tinggalkanlah pencarian harta untuk dirimu sendiri dan orang lain. Allah berfirman kepada Nabi-Nya saw.:

Janganlah engkau hadapkan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya (QS 20:31)

Yang paling berat bagi orang yang makrifat kepada Allah adalah berbicara yang benar kepada orang lain serta duduk berkumpul bersama mereka. Oleh karena itu, mungkin dari seribu orang yang makrifat hanya satu orang yang mampu berbicara, kecuali orang yang diberi kekuatan seperti para nabi. Bagaimana orang itu tidak membutuhkan kekuatan para nabi padahal dia ingin duduk di antara berbagai jenis makhluk, bercampur dengan orang yang berakal dan yang tidak berakal; dia duduk bersama orang Munafik dan orang Mukmin. Dia benar-benar harus dapat membanding-bandingkan di antara mereka dan harus sabar melakukannya berulang-ulang.  Padahal dia dijaga perintah Allah. Dlam pembicaraannya kepada orang lain, dia tidak berbicara dengan hawa nafsunya serta pilihan dan kehendaknya sendiri. Dia dipaksa untuk berbicara, maka sudah tentu dia dijaga dalam pembicaraannya. Apabila engkau ingin makrifat kepada Allah, maka lenyaplah darimu kekuatan makhluk dalam kemudaratan dan kemanfaatannya, karena engkau tidak akan ma’rifat kecuali bersikap begitu.

Celakalah engkau. Dunia ada di tangan itu boleh, ada dalam saku juga boleh; memandang rendah dunia dengan niat baik juga boleh. Sedangkan memasukkan dunia ke dalam hati, maka itu tidak boleh. Diamnya dunia di ambang pintu, dibolehkan. Adapun masuknya dunia ke balik pintu, tidak dibolehkan, sebab tidak akan ada karamahnya bagimu. Apabila seorang hamba tidak ingat kepada diri sendiri dan orang lain karena tenggelam dalam kekhusuan, maka seolah-olah dia hilang. Batinnya tidak berubah saat bencana datang. Dia eksis pada saat datangnya perintah Allah, dan dia melaksanakannya, dan pada saat larangan Allah datang, dia menjauhinya. Dia tidak mengharapkan sesuatu dan tidak berambisi terhadap sesuatu. Dimanakah dirimu sedangkan mereka tenggelam dalam ilmu dan amal.

Wahai engkau yang menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya, yang memutuskan hamba-hamba Allah sadarlah bahwa engkau benar-benar aniaya dan munafik. Sampai kapan kemunafikan itu, wahai yang berilmu, yang zuhud? Berapa kali engkau berbuat munafik kepada raja dan pemerintah sehingga kau mengambil harta benda dunia dan kesenangannya dari mereka? Engkau dan kebanyakan raja pada zaman ini berlaku aniaya serta tidak jujur dalam segala hal kepada Allah dan hamba-Nya.

Ya Allah, hancurkanlah dari orang-orang Munafik dan hinakanlah mereka atau berilah mereka taubat, kekanglah kezaliman serta bersihkanlah bumi dari mereka atau buatlah mereka menjadi baik. Amiin.

Kepada para raja, orang zalim, orang adil, orang Munafik, atau orang ikhlas; ingatlah bahwa dunia akan sampai pada waktu yang terbatas sedangkan akhirat kekal selama-lamanya. Pisahkanlah dirimu dari semua yang selain Allah dengan perjuangan dan zuhud. Bersihkan hatimu dari selain Tuhan. Takutlah akan diburu oleh sesuatu, ditahan oleh sesuatu atau dijauhkan oleh sesuatu dari Tuhanmu. Kemudian apabila bagian duniawi datang, maka ambillah dengan tangan syariat dan menyesuaikan dengan perintah-Nya, dengan kekuatan mengikuti pijakan zuhud; bukan karena mencari dan mencintai dunia. Zuhud itu apabila berlangsung terus menerus maka akan terealisasi dalam jasad, kemudian diturunkan ke dalam hati, menimbulkan penyesalan dan dalam fisik dan kekurusan. Selanjutnya, jika penyesalan dan kekurusan telah dialami, niscaya akan datang jalan lapang dari Allah dipenuhi perasaan senang bersama-Nya, ma’rifat kepada-Nya, sehingga lenyaplah kesedihan dan kebingungan. Orang Mukmin adalah orang yang memutuskan hati dari makhluk, dari keluarga, harta dan anak. Dia hanya sibuk dengan mereka sedangkan hatinya menunggu datangnya utusan Tuhan yang menyampaikannya ke pintu negeri. Benar-benar dia telah meninggalkan keluarganya padahal dia duduk di antara mereka. Orang Mukmin selamanya suka meninggalkan. Dia ada di antara makhluk tetapi dia benar-benar meninggalkan mereka. Dia bersama makhluk padahal tallinya bersama Khalik. Apabila dia menghormati tauhid dalam hatinya, maka sahlah amalnya dari segi lahir, karena sama saja antara lahir atau batinmu, kaya atau fakirmu, penerimaan makhluk atau penolakan mereka, serta celaan atau pujian mereka kepadamu. Bagaimana engkau tidak mengeluarkan celaan dan pujian padahal hatimu telah sempit dari keduanya, serta telah dipenuhi Allah dan selalu mengingat-Nya serta merindukan-Nya? Pada saat itu, di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang haq (QS 18:44)

Engkau menjadi orang yang mencintai Allah dengan sebenarnya, orang berilmu dan mengajarkan ilmunya, yang menghukumi dengan bijaksana, yang dekat dan juga didekati, yang berkelakuan baik, yang tidak menggantungkan diri pada makhluk.

Kepada orang yang merasa bodoh, belajarlah dari kebodohanmu. Engkau benar-benar telah meninggalkan aktivitas belajar. Sebaliknya sibuk dengan aktivitas mengajar. Janganlah merasa lelah dengan sesuatu yang datang dari dirimu sendiri sedangkan orang lain pun tidak merasa beruntung. Sebab, orang yang tidak pantas mengajar dirinya sendiri, bagaimana bisa mengajar orang lain.


Janganlah menganggap lemah kepada Allah atas qadar-Nya, nanti engkau akan mendekat kepada orang-orang kafir. Beramallah sesuai dengan hukum sehingga amalmu menghubungkan mereka dengan ilmu. Apabila amal telah kau perbuat, maka kau akan melihat kekuasaan Allah. Pada saat itu Dia akan menjadikan alam ini bisa kau kuasai oleh hati dan batinmu. Apabila di antara kalian dan Allah tidak ada penghalang, maka Dia akan memberimu kekuasaan atas alam, memperlihatkan harta terpendam kepadamu, memberimu makan dari karunia-Nya, memberimu minuman keramahan, serta mendudukkanmu di depan hidangan taqarrub dengan-Nya. Semua itu merupakan buah pengetahuan atas Kitab dan Sunnah. Amalkanlah Kitab dan Sunnah dan janganlah keluar dari keduanya hingga Pemilik Ilmu, yaitu Allah Azza wa Jalla, datang kepadamu, kemudian mengambilmu dibawa kepada-Nya. Bila yang mengajarkan hukum menyaksikanmu benar-benar tertarik kepada Kitab-Nya, maka dia akan memindahkanmu kepada kitab ilmu. Apabila kau benar-benar telah berada di sana, niscaya hatimu dan isinya akan menjadi teguh dan Nabi membawanya ke sisi Tuhan sambil berkata, “Inilah dirimu dan Tuhanmu.” []

No comments:

Post a Comment