Friday, May 10, 2013

Mencintai Allah


Sesungguhnya pernah datang kepada Nabi saw. seorang lelaki. Dia berkata kepada beliau, “Sesungguhnya saya mau mencintaimu karena Allah.”

Nabi kemudian bersabda kepadanya, “Kalau begitu, jadikan cobaan itu sebagai baju, dan jadikan pula kefakiran sebagai pakaian.”

Di antara syarat mahabbah adalah kesesuaian dengan yang dicintai. Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., ketika mengaku cinta kepada Rasulullah saw., beliau menafkahkan seluruh hartanya. Berusaha mengikuti sifat Rasulullah dan bersama-sama dalam kefakiran. Beliau berusaha menyesuaikan diri dengan perilaku Rasulullah, baik lahir maupun batinnya; di saat tersembunyi maupun terang-terangan.

Lalu bagaimana dengan engkau yang mengaku mencintai orang-orang yang salih sedangkan engkau menyembunyikan dinar dan dirham dari hadapan mereka? Padahal engkau ingin dekat kepada mereka dan bergaul dengan mereka. Oleh karena itu, hendaklah engkau menjadi orang yang berakal. Sebab, jika tidak, itulah mahabbah yang dusta, karena para pecinta tidak akan menyembunyikan sesuatu dari orang yang dicintainya.

Kefakiran selalu menyertai Nabi saw. dan tidak pernah terpisahkan. Oleh karena itu, beliau bersabda, “Kefakiran itu lebih (dekat) kepada orang yang mencintaiku daripada meluapnya air ke muara.”

Siti ‘A’isyah r.a. berkata, “Bagi kami, dunia senantiasa bagaikan mutiara kefakiran selama Rasulullah saw. bersama kami. Setelah Rasulullah wafat, mengalirlah dunia dengan derasnya. Oleh karena itu, syarat mencintai Rasulullah adalah kefakiran dan syarat mencintai Allah adalah cobaan.”

Sebagian ulama berkata, “Setiap cobaan disertai dengan pertolongan, maka setiap cobaan yang datang menjadi tidak menarik karena akan datang pertolongan, terhadap cinta kepada Allah dengan dusta, munafik dan riya.” Hendaklah engkau kembali dari pangkuan dan dustamu. Janganlah mempertaruhkan kepalamu. Jika engkau datang, jujurlah; jika tidak, jangan mengikuti kami. Janganlah bersikap sombong dengan kekayaan, karena ia tidak akan menerimamu dan akan mencemarkanmu. Jangan terlalu menyukai ular dan binatang buas, sebab nanti keduanya bisa membinasakanmu. Jika engkau menjadi pawang ular, hadapilah ular. Jika engkau punya kekuatan, datangilah binatang buas. Jalan menuju Allah ‘Azza wa Jalla membutuhkan kejujuran dan cahaya makrifat. Dengan cahaya itu, matahari makrifat akan muncul di dalam hati orang-orang yang jujur, dan tidak akan lenyap, baik malam maupun siang.

Hendaklah berpaling dari orang-orang munafik yang menimbulkan kebencian. Hendaklah kalian menjadi orang yang berakal. Janganlah mendekati sebagian besar penghuni zaman ini, karena mereka bagaikan serigala yang berpakaian. Ambillah oleh kalian cermin pikiran dan lihatlah di sana. Mohonlah kepada Allah agar memperlihatkan diri kalian dan mereka. Sesungguhnya saya telah memikirkan makhluk dan Khalik.

Ya Allah, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat.

Sesungguhnya saya tidak menghendaki diri kalian, tetapi saya menghendaki kalian bagi kalian sendiri. Dalam tali kalian saya memintal. Saya tidak akan mengambil sesuatu dari kalian kecuali bagi kalian sendiri. Untuk saya ada kekayaan yang dikhususkan dari apa yang saya ambil dari kalian. Tidak ada bagi saya kecuali usaha dan tawakal kepada Allah. Saya tidak menunggu apa yang kalian datangkan kepada diri saya seperti sikap menunggunya orang munafik yang riya, yang menyerah kepada kalian, dan yang lupa terhadap Tuhannya. Saya telah meneliti penghuni bumi, karena itu jadilah orang-orang yang berakal. Janganlah kalian bersikap sombong kepada saya. Sesungguhnya saya mengetahui kebaikan ataupun kehinaan kalian dengan taufik dari Allah dan keramahan-Nya kepada diri saya. Jika kalian ingin bahagia, jadilah sandaran pedang saya sehingga saya mengetuk otak kalian, hawa nafsu, watak, setan yang ada pada kalian, musuh-musuh, dan kawan-kawan kalian yang jahat.

Hendaklah kalian meminta tolong kepada Tuhan atas musuh-musuh kalian. Orang yang akan ditolong adalah orang yang sabar menghadapi musuh, sedangkan orang yang akan terhina adalah orang yang menyerah kepada musuh. Cobaan itu banyak sementara yang menurunkannya satu. Penyakit itu banyak sementara dokternya cuma satu.

Hendaklah orang yang sakit memasrahkan jiwanya kepada dokter. Janganlah berburuk sangka kepada dokter tentang apa yang dia lakukan kepadamu, sebab dokter lebih mengasihi jiwamu daripada dirinya sendiri. Turutilah selalu nasihat dokter dan jangan pernah membantahnya. Engkau pasti akan melihat kebaikan di dunia dan di akhirat. Banyak orang yang terdiam dan kebingungan. Jika keadaan ini berlangsung lama, ajaklah mereka berbicara seperti engkau mengajak berbicara benda-benda mati di Hari Kiamat. Mereka tidak akan berbicara kecuali diajak bicara. Mereka tidak merasa senang hanya jika diberi kesenangan. Hati mereka mencapai hati malaikat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan dan mereka selalu mengerjakan semua yang Dia perintahkan (QS 66:6)

Mereka mencapai kedudukan malaikat, bahkan melebihinya. Mereka melebihi malaikat karena makfirat kepada Allah dan mengenal-Nya. Malaikat hanyalah pelayan dan pengikutnya. Malaikat memperoleh segala pengetahuan darinya, karena hikmah (ilmu) dialirkan ke dalam hati mereka dengan deras. Hati mereka terjaga dari penyakit. Penyakit hanya mendatangi anggota badannya, bukan hatinya. Jika engkau ingin mencapai derajat mereka, maka kau harus memperkuat Islam; meninggalkan dosa, baik dosa lahir maupun dosa batin; menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat; bersikap zuhud dalam urusan dunia yang mubah dan halal; serta merasa cukup dengan kedekatan kepada-Nya. Jika engkau telah merasa cukup dengan kedekatan kepada-Nya, niscaya semua karunia-Nya akan dialirkan kepadamu, serta pintu kelembutan-Nya akan terbuka untukmu, begitu pula pintu rahmat, dan anugerah-Nya. Dunia akan berada dalam genggamanmu, kemudian diluaskannya dunia sampai pada puncaknya.

Pribadi-pribadi seperti di atas adalah pribadi para wali dan shiddiqin yang diketahui melalui ketakwaannya, karena mereka tidak disibukkan oleh sesuatu pun (kecuali Allah). Bagi mereka, dunia berada dalam genggamannya, kerena lebih menyukai tempat tersebut hanya bagi Allah semata, mereka masuk hanya kepada-Nya, mereka mencari hanya dari Allah. Seandainya Allah memberi mereka dunia, mungkin mereka akan sibuk dengan urusan dunia daripada berbakti kepada-Nya. Ini merupakan kemungkinan yang umum terjadi. Tetapi bagi orang-orang seperti di atas, hal seperti itu jarang terjadi, dan yang jarang terjadi tidak bertalian dengan hukum. Nabi saw. termasuk orang yang dipalingkan dari urusan dunia dan tidak disibukkan olehnya. Nabi saw. hanya sibuk berbakti kepada-Nya. Beliau tidak melirik bagian dunianya disertai kesempurnaan zuhudnya dan benar-benar berpaling dari dunia. Kunci-kunci gudang simpanan harta dunia disodorkan kepada beliau, tetapi Nabi saw. menolaknya dan bersabda, “Tuhanku, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin.”

Zuhud adalah anugerah terbaik. Jika tidak, maka tak seorang pun yang mampu bersikap zuhud pada bagiannya di dunia. Orang yang miskin selalu mencari ketenangan dari sikap tamak, tidak serakah dan tidak terburu-buru. Dia bersikap zuhud dalam segala hal. Dia memalingkan hatinya dengan cara tersembunyi dan menyibukkan diri dengan perintah-perintah-Nya. Dia yakin bahwa bagiannya di dunia tidak akan Allah lewatkan sehingga tidak berusaha mencarinya. Dia meninggalkan bagiannya di dunia, tetapi dunia meminta agar dia menerimanya.

Anak-anak muda membutuhkan iman yang menuntun dirinya ke jalan yang benar, jalan Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka juga membutuhkan keyakinan yang memantapkan dirinya untuk tetap di jalan-Nya. Awal perjalanannya membutuhkan cucuran air mata dan akhir perjalanannya membutuhkan iman. Berbeda dengan perjalanan ke Mekkah, sebagian orang mengatakan, “Perjalanan ke Mekkah membutuhkan iman dan cucuran air mata.” Dan perjalanan yang aku tunjukkan ini memerlukan air mata dan iman, baik pada awal maupun pada akhirnya.”

Sufyan ats-Tsaury rahimahullah, pada awal pencarian ilmunya, di tengah perjalanan beliau mendapat kesedihan. Beliau punya uang 500 dinar untuk keperluan belajar. Beliau menghancurkan uang itu dengan tangannya sambil berkata, “Gara-gara kamu mereka akan merampas kami.” Setelah beliau berhasil mendapatkan ilmu dan mengenal Allah, beliau menafkahkan sisa uangnya pada orang-orang fakir dalam satu hari dan berkata, “Seandainya langit adalah besi, tentu tidak akan terjadi hujan. Seandainya bumi adalah batu keras, tentu tidak akan tumbuh tanaman. Sedangkan aku mementingkan mencari rezeki. Sesungguhnya aku telah ingkar.

Engkau harus berusaha dan mengaitkannya dengan sebab-sebab sampai imanmu menjadi kuat. Kemudian pindahlah dari sebab pada musabab (akibat). Para nabi a.s. selalu berusaha dan menganggapnya sebagai kewajiban. Mereka selalu menghubungkannya dengan sebab, baik di awal maupun di akhir perkara. Pada awal perkara mereka bertawakal dan pada akhir perkara mereka mengikuti syariat dan hakikat agama.

Bagi orang yang terhalang, janganlah engkau mencuci usaha dari tanganmu ketika bertawakal terhadap apa yang dimiliki orang lain. Jika engkau mengemis kepada mereka berarti engkau mengingkari nikmat Allah yang telah ditetapkan, dan Allah akan murka kepadamu serta menjauhimu. Meninggalkan usaha dan mengemis kepada orang lain adalah siksaan dari Allah bagi hamba-Nya. Kerajaan Nabi Sulaiman a.s., lenyap karena berbagai faktor, diantaranya karena mengemis kepada orang lain. Penyebab itu semua adalah karena seorang perempuan yang menyembah patung di rumah Nabi Sulaiman selama 40 hari. Oleh karena itu, siksaannya berlangsung selama 40 hari juga. Satu hari berbanding satu hari, suatu kaum tidak berbahagia karena kebingungan mereka, tidak ada tempat untuk beban yang mereka bawa. Mata mereka tak lagi berbinar. Mereka tidak bahagia karena bencana itu sampai mereka bertemu Tuhannya. Pertemuan mereka dua macam: pertemuan di dunia dalam hati mereka, dan ini jarang; pertemuan di akhirat ketika mereka bertemu Tuhannya. Saat itulah kebahagiaan mendatangi mereka. Sebelum pertemuan itu, bencana mereka tetap kekal.

Wahai anakku, cegahlah dirimu dari syahwat dan kesenangan. Berilah makanan yang suci, tidak najis, bersih dan halal untuk tubuhmu. Makanan yang haram adalah najis. Cukupkan dirimu dengan makanan yang halal sehingga engkau tidak akan berlaku salah, sombong dan buruk sopan santun.

Ya Allah, kenalkanlah kami kepada-Mu sehingga kami mengenal-Mu. Amin.[]

(Syaikh Abdul Qadir Jailani)

No comments:

Post a Comment