Jadilah orang yang berakal dan jangan sekali-kali berdusta. Engkau berkata,
“Saya takut kepada Allah.” Padahal engkau takut kepada selain Allah.
Janganlah engkau takut kepada
jin, manusia, atau malaikat. Janganlah takut kepada makhluk sejenis hewan, baik
yang dapat berbicara ataupun yang tidak. Janganlah engkau takut terhadap
siksaan dunia ataupun siksaan akhirat. Akan tetapi, takutlah pada Zat Yang
menyiksa makhluk-Nya dengan siksaan.
Orang yang berakal tidak takut
pada kecaman orang yang mengecam. Dia hanya takut kepada Allah. Dia tuli
terhadap semua kecaman selain kecaman Allah. Semua makhluk dalam pandangannya
adalah lemah, sakit dan fakir. Contoh orang yang berakal adalah para ulama yang
dapat mengambil manfaat dari ilmu yang mereka miliki. Para
ulama yang benar-benar memahami syariat dan hakikat agama Islam merupakan
“dokter-dokter” agama yang bertugas memperbaiki kerusakan agama.
Oleh karena itu, kepada orang
yang merasa agamanya telah rusak, hendaklah datang kepada mereka agar mereka
dapat memperbaiki kerusakan agamanya. Sementara itu, Zat Yang telah menurunkan
penyakit, Dia juga yang menurunkan obatnya. Dia lebih mengetahui berbagai
kemaslahatan ketimbang makhluk-Nya. Oleh karena itu, hendaklah engkau tidak
menuduh atau menyalahkan Allah dalam perbuatan-Nya atas makhluk-Nya. Engkau
lebih pantas untuk disalahkan dan dicaci ketimbang yang lainnya. Hendaklah
engkau berkata kepada diri sendiri, “Pemberian itu bagi orang yang taat,
tongkat itu bagi orang yang durhaka. Apabila Allah telah menghendaki kebaikan
pada seorang hamba lalu dirampas-Nya maka bersabarlah Dia akan mengangkat,
memperbaiki, memberi dan mencukupimu.
Ya Allah, sesungguhnya kami
memohon kepada-Mu agar dekat dengan-Mu tanpa ada bencana. Berlemah-lembutlah
kepada kami dalam qadha dan takdir-Mu. Jagalah kami dari kejahatan orang-orang
jahat dan tipu daya orang-orang yang menyimpang. Jagalah kami sesuai
kehendak-Mu. Kami memohon kepada-Mu ampunan dan kebaikan dalam agama, dunia dan
akhirat. Dan kami memohon taufik kepada-Mu agar dapat beramal salih dan ikhlas
dalam beramal. Amin.
Seorang lelaki menghampiri Syaikh
Abu Yazid al-Busthami. Orang itu
selalu melihat ke kanan dan ke kiri. Syaikh Abu Yazid bertanya kepadanya, “Ada
apa denganmu?”
Orang itu menjawab, “Saya menginginkan tempat yang bersih untuk shalat.”
Syaikh Abu Yazid berkata kepadanya, “Sucikanlah hatimu dari sikap riya dan
shalatlah di mana kamu suka.”
Tidak ada yang mengetahui sikap riya kecuali orang-orang yang ikhlas.
Mereka pernah berbuat riya dan memberishkan dirinya dari sikap tersebut. Riya
adalah suatu tahapan dalam perjalanan suatu kaum yang sering dilalui. Riya,
berbangga diri, dan nifak adalah sebagian dari anak panah setan yang
dilemparkan ke dalam hati. Oleh karena itu, hendaklah engkau datang kepada para
guru dan pelajarilah perjalanan hirup mereka dalam menempuh jalan menuju Allah.
Hendaklah engkau bertanya kepada mereka tentang bahaya hawa nafsu dan tabiat
buruk. Sesungguhnya mereka telah menguasai bahayanya; mereka telah mengenal
bahaya dan kejahatannya sehingga mereka mengalahkan riya. Janganlah tertipu
oleh tipuan setan terhadap dirimu. Jangan kalah oleh hawa nafsu, karena nafsu
membidikmu dengan anak panahnya. Setan tidak akan mampu menguasaimu kecuali
melalui nafsu. Setan dari golongan jin tidak akan mampu menguasaimu kecuali
setan dari golongan manusia. Itulah nafsu dan jiwa yang buruk. Berdoalah kepada
Allah dan mintalah pertolongan kepada-Nya terhadap (makar) musuh-musuhmu
sehingga Allah akan menolong. Kemudian, jika engkau telah menemukan Allah,
engkau pun melihat apa yang ada pada-Nya, dan jika engkau telah memperolehnya,
maka kembalilah kepada keluarga dan makhluk-Nya dan ajaklah mereka kepada-Nya.
Katakanlah kepada mereka, “Bawalah keluarga kalian kepadaku,” sebagaimana Nabi
Yusuf a.s. setelah memperoleh kerajaan berkata kepada keluarganya, Bawalah semua keluargamu kepadaku (QS
12: 93)
Orang-orang yang terhalang (al-mahjubun)
adalah mereka yang dihalangi Allah Azza wa Jalla dan yang luput dari kedekatan
dengan Allah di dunia dan akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Alquran:
Wahai anak Adam, jika Aku lupakan kalian,
akan luputlah segala sesuatu dari diri kalian.
Bagaimana Allah tidak melupakanmu, sedangkan engkau berpaling dari-Nya dan
dari hamba-hamba-Nya yang senantiasa berbuat baik dengan menyakiti mereka
melalui ucapan dan perbuatan, serta berpaling dari mereka, baik secara lahir
maupun batin.
Nabi saw. bersabda, “Menyakiti
seorang Mukmin adalah lebih berat di hadapan Allah daripada merobohkan Ka’bah
dan Baitul Makmur lima belas kali lipat.”
Oleh karena itu, hendaklah engkau menyadari, bahwa akan celaka orang-orang
yang selalu menyakiti orang-orang fakir, sedangkan mereka adalah orang-orang
yang beriman kepada Allah, senantiasa bersikap baik terhadap diri-Nya, serta
bermakrifat dan bertawakal kepada-Nya.
Celaka, jika engkau ditarik dari keluarga yang mati, dikeluarkan dari
rumah, dan harta yang kau banggakan dirampas. Tidaklah berguna harta itu
dan tidak akan dikembalikan lagi.
(Abdul Qadir Jaelani, Percikan Cahaya Ilahi)
No comments:
Post a Comment