Dunia ini sementara sedangkan akhirat adalah kekal. Dunia dibangun
untuk sementara sedang akhirat dibangun untuk kepastian yang kekal. Oleh karena itu, janganlah meninggalkan
amal di tempat yang sementara dan janganlah melemahkan kekuatan amal untuk
tempat yang kekal dan pasti. Beramallah di tempat sementara sesuai dengan
kebutuhannya dan janganlah menganggap kekal semua yang sementara. Janganlah
menjadikan kemampuan sebagai penghalang karena nafsumu, karena nafsu sering
menjadikan faktor kemampuan sebagai alasan sehingga tidak mau beramal.
Menjadikan kemampuan sebagai halangan merupakan dalih orang-orang yang malas.
Halangan karena tidak adanya kemampuan hanya berlaku dalam melaksanakan amal
perbuatan yang bukan perintah dan larangan Allah.
Orang Mukmin tidak akan menaruh kepercayaan pada dunia ini dan juga pada
isinya. Dia akan mengambil bagiannya dari dunia ini, lalu akan menyingkirkan
dengan hatinya untuk menuju Allah Azza wa Jalla. Dia diam disana sehingga dia
menyingkirkan dan merobohkan dunia. Dia memperkenankan hatinya untuk masuk ke
jalan-Nya dengan perantaraan batinnya. Batin membawa hatinya menuju jiwa yang
tenang dan anggota badan yang taat. Pada saat seperti itulah hatinya tidak
bergantung pada keluarganya dan terhalanglah antara dia dan keluarganya. Allah
menyelamatkannya dari kejahatan makhluk dan menjadikan makhluk taat kepadanya.
Allah membuat penghalang antara hatinya dan hati makhluk lainnya; dia tetap
sendiri bersama Allah, seolah-olah makhluk lain tidak diciptakan untuk
berhubungan dengan dirinya; seolah-olah tidak ada makhluk lain bagi Allah kecuali
dirinya. Tuhannya tetap sebagai Pelaku dan dia sebagai obyek. Tuhanlah yang
tetap dia cari dan dia yang mencari-Nya. Tuhannya tetap menjadi Pokok dan dia
sebagai cabang-Nya. Dia tidak mengenal dan tidak melihat selain Tuhannya. Tuhan
mematikan dirinya dari makhluk.
Kemudian bila Dia
menghendaki, Dia membangkitkannya kembali
(QS 80:22)
Allah menciptakan orang Mukmin di atas makhuk-Nya untuk kemaslahatan mereka
dan memberi petunjuk kepada mereka. Orang Mukmin harus sabar terhadap
penganiayaan orang lain demi menggapai keridhaan Allah Azza wa Jalla. Para wali
selalu menjaga hati dan batinnya. Mereka tetap tegak bersama Allah, tidak
bersama selain-Nya. Mereka beramal untuk-Nya, bukan untuk selain-Nya.
Kepada orang Munafik, ingatlah bahwa engkau tidak mempunyai pengetahuan
dari para wali; engkau tidak mempunyai pengetahuan dari keimanan, dan engkau
tidak mempunyai pengetahuan tentang rasa suka kepada Allah. Tidak lama lagi
engkau akan mati dan menyesal setelah mati. Engkau telah merasa puas dengan
fasihnya ucapan padahal hatimu tidak menentu. Keadaan seperti itu tidak berguna
bagimu. Kefasihan itu seharusnya untuk hati, bukan untuk ucapan. Tangisilah
dirimu seribu kali dan tangisilah yang lain sekali saja, terutama engkau yang
telah mati hati, yang jauh dari wali, yang bertolak belakang, dan yang
terhalang dari Allah Azza wa Jalla.
Tuhanku, sesungguhnya aku
bisu, karena itu, berilah kemampuan berbicara,
Sehingga aku berguna bagi
makhluk karena pembicaraanku;
Sempurnakanlah kebaikan bagi
mereka dengan perantaraan tanganku.
Jika tidak, kembalikan aku
kepada kebisuan.
Saya mengajak kalian semua untuk melakukan pembunuhan, yaitu membunuh hawa
nafsu, watak buruk, setan dan dunia. Saya mengajak kalian untuk keluar dari
makhluk dan meninggalkan segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla. Hendaklah
berjuang mencapai keadaan ini, dan janganlah berputus asa, karena Allah, setiap waktu Dia dalam kesibukan (QS
55:29). Maksudnya, Allah senantiasa mencipta, menghidupkan, mematikan,
memelihara, memberi rezeki, dan lain-lain.
Memohonlah kepada Allah menurut ukuran takdir-Nya. Memohonlah kepada-Nya
dari segi kekuasaan-Nya bukan dari segi hikmah-Nya. Memohonlah kepada-Nya
sesuai dengan ilmu-Nya, bukan sesuai dengan ilmumu. Memohonlah kepada-Nya
dengan hati dan batinmu, bukan dengan menggerakkan lidah semata. Berdirilah di
sisi-Nya atas kehancuranmu dalam segala hal. Janganlah menyerahkan aturan
kepada orang-orang bodoh. Barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya, berarti
dia sesungguhnya orang bodoh, meskipun dia dapat menghapal dan mengamalkan
isinya. Mempelajari ilmu tanpa mengamalkannya akan mengembalikanmu kepada
makhluk. Mengamalkan ilmu akan mengembalikanmu kepada Allah; menjauhkanmu dari
kesenangan dunia; membuatmu dapat melihat dengan batinmu; menjauhkanmu dari
kesibukan untuk menghiasi jasad lahiriah dan beralih pada kesibukan untuk
menghiasi batin. Pada saat itulah Allah Azza wa Jalla melindungimu karena
engkau telah bersikap baik kepada-Nya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Dia melindungi orang-orang yang sallih (QS 7:196)
Allah melindungi lahir dan batin
mereka. Allah mengurus lahir mereka dengan kekuasaan hikmah-Nya dan mengurus
batin mereka dengan kekuasaan ilmu-Nya. Dengan itu, mereka tidak takut kepada
selain-Nya. Mereka tidak menaruh harapan kepada selain-Nya. Mereka tidak
mengambil kecuali dari-Nya dan tidak memberi kecuali di jalan-Nya. Mereka
menghindar dari selain-Nya, akrab kepada-Nya, serta diam dengan tenteram
kepada-Nya. Ini akhir zaman, benar-benar telah banyak perubahan. Ini zaman fatrah, zaman kemunafikan merajalela.
Wahai orang Munafik, sadarlah
bahwa kau adalah hamba dunia dan hamba makhluk. Engkau hanya memandang mereka dan beramal untuk mereka; Engkau melupakan
pandangan Allah kepadamu. Engkau tampaknya beramal untuk akhirat, padahal semua
amal dan tujuanmu adalah untuk dunia. Diriwayatkan dari Nabi s.a.w. bahwa
beliau bersabda, “Apabila seorang hamba
menghiasi dirinya dengan amal akhirat, padahal dia tidak menghendaki akhirat
dan tidak mencarinya, niscaya dia akan dilaknat di langit dengan nama dan keturunannya.”
Sesungguhnya saya mengenalmu, sebagai orang Munafik, dengan cara hikmah dan
ilmu, tetapi saya berusaha untuk menutupimu dengan penutup dari Allah.
Ingatlah, engkau akan celaka. Apakah engkau tidak merasa malu? Anggota
badanmu tidak bersih dari dosa dan najis zahir. Engkau mengaku bersih batin dan
bersih hati, padahal tidak. Bagaimana
batinmu? Engkau tidak berlaku baik terhadap makhluk, tetapi engkau mengaku
berlaku baik terhadap Khalik. Gurumu tidak meridhaimu karena kau tidak bersikap
baik kepadanya, padahal engkau menerima perintah darinya dan duduk di majelis
paling depan. Tidak usah banyak bicara, sehingga tauhidmu berdiri tegak di atas
kakinya dan tetap teguh di sisi Allah. Engkau menetas dari telur wujud dan
duduk di atas batu halus. Engkau berada di bawah sayap kesenangan. Engkau
memungut biji-biji keikhlasan dan meminum air persaksian, kemudian kau tetap
dalam keadaan seperti itu sampai menjadi seekor ayam. Saat itulah engkau
menjadi penjaga bagi ayam-ayam lain sambil mencari biji-biji makanan bagi
mereka. Artinya, engkau mengajak serta memperingatkan manusia di saat malam dan
siang hari; memperingatkan mereka untuk taat kepada Allah Azza wa Jalla.
Wahai orang pandai, lepaskanlah buku dari tanganmu dan kemarilah, duduklah
di sisi saya. Ilmu diambil dari mulut orang-orang berilmu, bukan dari buku-buku
semata. Ilmu diambil dari amal perbuatan dan tingkah laku, bukan dari omongan
semata, serta diambil dari orang-orang yang lenyap dalam pandangan makhluk dan
berada di sisi Allah Azza wa Jalla. Matilah dengan meninggalkan selain Allah
kemudian hiduplah bersama-Nya dan untuk-Nya. Bersahabatlah dengan para pelayan
Allah Azza wa Jalla yang senantiasa berada di pintu-Nya. Kesibukan mereka
adalah dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta
mengikuti ketentuan-Nya. Kegiatan mereka adalah mengikuti kehendak dan
perbuatan-Nya. Mereka tidak pernah berbuat yang menentang-Nya. Mereka tidak
menentang-Nya dalam hal yang sedikit apalagi yang banyak, baik dalam hal yang
dijunjung tinggi atau yang dianggap remeh. Janganlah terjerumus ke dalam
kesibukan melayani nafsu dengan tamak serta ambisi dalam mencapai tujuannya,
sehingga engkau jauh dari kesibukan melayani Allah. Para wali Allah tetap
berada dalam tuntutan memenuhi permintaan dari makhluk, tetapi mereka
melalaikannya karena kasih sayang kepada makhluk. Mereka tidak menuntut sesuatu
dari makhluk untuk dirinya. Mereka telah tenteram, tidak ada sedikitpun
keinginan dan syahwat duniawi. Kalian mengira bahwa dirinya sepertimu yang
bodoh dan tetap melayani dunia, yang membawamu untuk mengikuti kehendak dan
syahwat duniawi. Apabila engkau berakal, tentu akan berpaling dari melayani
dunia dan menyibukkan diri melayani Tuhannya. Dunia adalah musuhmu. Yang tepat
bagimu adalah berdiam diri dari ajakannya. Engkau harus membuat dinding
penghalang dari ucapannya. Dengarkanlah ucapannya sebagaimana engkau
mendengarkan orang gila yang hilang akalnya. Janganlah memperhatikan omongan
dan tuntutannya karena syahwat, kelezatan dan kebohongan. Kecelakaanmu bergantung
pada penerimaanmu terhadap dunia, sementara keselamatanmu bergantung pada
penentanganmu terhadap dunia. Apabila engkau menaati Allah niscaya Dia akan
memberikan rezeki-Nya dengan lapang dari setiap penjuru kepadamu. Apabila
engkau durhaka dan berlaku zalim maka Dia akan memutuskan hubungan perantara
datangnya rezeki duniawi dan Dia akan mengirimkan bencana sehingga engkau
celaka. Itulah kerugian dunia dan akhirat. Diri yang taat dan merasa puas atas
bagian dunianya, dia akan menjadi seperti majikan, kemanapun menghadap, niscaya
dapat mengambil bagiannya secara sukarela. Setiap orang dapat menunaikan
kewajibannya dengan senang hati tanpa terpaksa. Kosongkan hati dari segala
sesuatu selain Allah. Tenangkanlah anggota badan dari kelelahan dalam menghasilkan
dunia.
Kepada kalian yang diberi nikmat, hendaklah mensyukuri nikmat itu; jika
tidak, niscaya nikmat itu akan dicabut darimu. Potonglah sayap kenikmatan
dengan bersyukur; jika tidak, niscaya dia akan terbang dari sisimu. Orang yang
mati adalah orang yang mati dari Tuhannya Azza wa Jalla meskipun dia hidup di
dunia. Apakah kehidupan berguna baginya padahal dia menggunakan untuk memenuhi
syahwat, kesenangan dan kebohongannya? Dia itu mati isinya, tidak mati
bentuknya.
Ya Allah, hidupkanlah kami
bersama-Mu dan matikanlah kami dari selain-Mu.
Kepada orang tua tetapi berwatak anak-anak, sadarlah! Sampai kapan kau
memelihara watak kanak-kanakmu di ballik keburukan dunia? Keadaan itu telah
menjadikanmu bingung. Tidakkah kau tahu bahwa kebingungan itu diakibatkan oleh
dirimu sendiri; bahwa kau adalah hamba dunia yang mengendalikan dirimu dengan
tangannya. Jika dunia yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba dunia.
Jika akhirat yang mengendalikanmu berarti kau adalah hamba akhirat. Jika
kekuatan Allah yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba-Nya. Jika jiwa
yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba jiwamu. Jika hawa nafsu yang
mengendalikanmu, berarti kau hamba hawa nafsu. Jika makhluk yang
mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba makhluk. Karena itu, lihatlah orang
yang mengendalikanmu. Sebagian besar dari kalian menghendaki dunia. Sedikit
saja di antara kalian yang menghendaki akhirat. Yang jarang sekali adalah yang
menghendaki wajah Tuhan Yang menguasai dunia dan akhirat, dan bersahabatlah dengan
mereka. Janganlah membantah dan menentang mereka, karena itu bisa merugikanmu.
Jangan bersikap buruk kepada mereka agar kau tidak celaka. Hendaklah menjadi
orang yang berakal. Kembalilah kepada Allah dengan amal-amalmu. Di sisi-Nya kau
tidak sebanding dengan sayap nyamuk sekali pun, kecuali kau ikhlas untuk-Nya
dalam khalwat dan semua tingkah lakumu. Ingatlah bahwa harta yang tidak akan
binasa adalah kejujuran, keikhlasan, takut kepada Allah, senantiasa menaruh
harapan kepada-Nya, dan selalu kembali kepada-Nya dalam segala hal. Engkau
harus percaya karena hal itu dapat kau temukan. Apabila kau melihat salah
seorang di antara mereka yang bersifat seperti itu, rendahkanlah diri di
hadapannya. Tunduklah dan jangan membantahnya. Tutuplah mulutmu dan janganlah
menyinggung perasaannya dengan sikapmu yang buruk. Tutuplah mulutmu dari segala
yang tidak kau ketahui. Ilmu dan sikap pasrah terhadap perkara yang tidak kau
ketahui, itulah Islam.
Kepada orang yang lemah keyakinan, sadarlah bahwa tiada dunia dan akhirat
dalam dirimu. Hal itu karena sikapmu yang buruk kepada Allah serta karena
kebusukanmu kepada para wali dan para nabi-Nya yang telah Allah tempatkan
sesuai dengan kedudukannya. Dia telah memberi tugas kepada mereka
seperti kepada para nabi dan shiddiqiin.
Dia memasrahkan tugas beserta ilmunya kepada mereka. Dia membinasakan hawa
nafsu mereka. Dia menempatkan mereka bersama-Nya dan di sisi-Nya. Dia telah
membersihkan hati mereka dari segala sesuatu selain-Nya. Dia melepaskan mereka dari jiwa-jiwa dan hawa
nafsu mereka. Dia menjadikan dunia, akhirat dan makhluk di tangan mereka. Dia
memperlihatkan kepada mereka kekuasaan-Nya. Dia mengajarkan hikmah dan ilmu-Nya
kepada mereka. Dia membenarkan ucapan “Laa
haula wa laa quwwata illaa bil laahil ‘aliyyil azhiim” mereka. Mereka jujur
dalam ucapan tersebut karena membinasakan daya dan kekuatannya sendiri, juga
kekuatan makhluk. Mereka berpegang teguh pada kekuatan Allah Azza wa Jalla .
Mu’adz r.a. berkata, “Ya Allah, jika Engkau tidak mengizinkanku untuk berbuat apa
yang aku kehendaki, maka berilah kesabaran atas apa yang Engkau kehendaki.”
Wahai anakku, ingatlah bahwa sikap ridha terhadap qadha Allah lebih baik
daripada mendapatkan dunia sambil menentang Allah. Manisnya ridha dalam hati
orang-orang yang jujur, lebih manis daripada mendapatkan syahwat dan
kesenangan. Bagi mereka, keridhaan terasa lebih manis daripada dunia dan segala
isinya, karena dapat membuat hidup terasa menyenangkan dalam keadaan
bagaimanapun. Berbicaralah kepada manusia dengan lisan ilmu, amal dan
keikhlasan. Janganlah berbicara kepada mereka dengan lisan ilmu tanpa disertai
amal, karena hal itu tidak berguna bagimu dan bagi orang di sekitarmu. Nabi
saw. bersabda, “Ilmu itu memanggil amal
sampai amal menyambutnya, jika tidak ilmu akan berlalu darinya.”
Lenyaplah berkah ilmu, sedangka kau tetap akan dituntut. Engkau menjadi
orang pandai yang akan didakwa oleh ilmumu sendiri. Pohonnya tetap kau pegang,
sedangkan buahnya lenyap darimu.
Hendaklah memohon kepada Allah agar Dia memberimu derajat dan kedudukan di
sisi-Nya. Kemudian apabila Dia memberikannya kepadamu, hendaklah memohon
kepada-Nya agar Dia menyembunyikannya dan agar engkau tidak suka
menampakkannya. Apabila engkau suka menampakkan apa yang ada di antara dirimu
dan Allah, niscaya hal itu akan menyebabkanmu celaka. Jauhilah sikap sombong
dalam tingkah laku dan amal, karena hal demikian akan menimbulkan murka Allah.
Jauhilah kesenangan berbicara dengan makhluk dan kesenangan ketika mereka
memandangmu. Hal itu dapat menimbulkan kemudaratan serta tidak berguna bagimu.
Janganlah mengatakan sesuatu yang dapat melibatkan dirimu, hingga hatimu yakin
bahwa urusan itu berasal dari Allah Azza wa Jalla. Bagaimana engkau dapat
mengajak orang lain ke rumahmu dan menyediakan makanan bagi mereka?
Urusan ini membutuhkan fondasi,
setelah itu baru bangunan. Galilah tanah hatimu sampai memancarkan air hikmah.
Kemudian bangunlah dengan ikhlas, perjuangan, dan amal-amal shalih sampai
gedungmu berdiri tinggi. Kemudian ajaklah orang lain ke sana .
Ya Allah, hidupkanlah amal kami dengan ruh keikhlasan kepada-Mu.
Apakah khalwatmu dari makhluk
berguna, padahal makhluk ada dalam hatimu? Tidak, tidak ada kebaikan bagimu
dalam khalwatmu. Apabila kau menyepi padahal makhluk ada dalam hatimu, berarti
kau duduk menyendiri tanpa hadir dan tanpa sikap baik kepada Allah Azza wa
Jalla; bahkan hawa nafsu dan setanlah yang menjadi teman-temanmu. Apabila
hatimu menghendaki Allah, engkau akan menyepi dari makhluk meski berada di
antara keluarga dam kerabatmu. Apabila rasa suka itu telah kuat tertanam dalam
hatimu, akan robohlah dinding eksistensimu dan terbukalah penglihatanmu
sehingga kau dapat melihat karunia dan perbuatan-Nya. Kemudian engkau akan
ridha kepada-Nya, tidak kepada selain-Nya. Barangsiapa yang berada dalam suatu
kondisi seraya berpegang teguh pada syariat, tidak mengharapkan yang lebih atau
yang kurang dari kondisi itu, juga tidak mengharapkan lenyap atau tetap,
berarti dia benar-benar telah memenuhi persyaratan ridha, muwafaqah (sesuai dengan qudrat dan iradat-Nya), dan pengabdian.
Janganlah berdusta. Engkau
mengaku ridha padahal kau berubah watak setiap saat. Janganlah berdusta. Saya
tidak akan mendengarkan omongan dustamu. Saya tidak akan melakukannya dan tidak
akan mengakuinya. Masing-masing makhluk diberi petunjuk ke dalam hatinya;
dimasukkan ke dalam hatinya kata-kata yang khusus sehingga mereka mengetahui
kebaikan dan mereka tetap dalam kebaikan tersebut. Bagaimana tidak begitu
sedangkan mereka mengikuti Rasul dalam ucapan dan perbuatannya? Rasul saw.
diberi wahyu secara lahiriah sedangkan para wali diberi ilham ke dalam hatinya
secara batiniyah, karena mereka adalah pewaris Rasul dan pengikutnya dalam
segala hal yang telah diperintahkan kepadanya. Jika kau ingin mengikuti dengan benar maka perbanyaklah mengingat mati.
Mengingat mati dapat menolong menjauhkan hawa nafsu dan setan darimu.
Barangsiapa yang tidak menerima kematian sebagai nasihat, maka tidak ada jalan
untuk mendapat nasihat baginya. Nabi saw. bersabda, “Cukuplah kematian sebagai nasihat.”
Bagian duniamu akan datang kepadamu, baik engkau bersikap zuhud atau engkau
mencintainya. Apabila engkau zuhud, maka bagian duniamu akan sampai kepadamu,
dan engkau tetap mulia. Apabila engkau mencintainya, maka bagian duniamu akan
sampai kepadamu, dan kau tidak mulia.
Orang Munafik merasa malu kepada Allah pada saat ada orang lain di
sampingnya, tetapi dia tdak merasa malu kepada-Nya pada saat tidak ada orang
lain di sampingnya. Kalau saja keimananmu kepada-Nya benar, dan engkau yakin
bahwa Dia melihatmu, dekat denganmu, serta mengawasimu, pasti engkau akan
merasa malu kepada-Nya.
Saya mengatakan perkara yang haq kepadamu. Saya tidak takut kepadamu
serta tidak mengharapkan apa-apa darimu. Bagi saya, engkau dan penduduk bumi
bagaikan kutu atau seekor semut, karena saya yakin bahwa kemudaratan dan
kemanfaatan berasal dari Allah, bukan dari dirimu. Raja dan rajanya raja
sekalipun sama saja. Ingkarilah dirimu dan orang lain dengan syariat, bukan
dengan hawa nafsu dan tabiatmu. Apa saja yang didiamkan syariat, ikutilah dalam
diamnya. Apa saja yang dikatakan syariat, maka ikutilah perkataannya.
Wahai manusia, janganlah
mengingkari orang lain karena hawa nafsu, tetapi ingkarilah karena imanmu.
Keimananlah yang mengingkari mereka. Keyakinanlah yang menghilangkan mereka. Allah
Azza wa Jalla, Dialah penolong yang menolongmu dan bangga kepadamu.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Jika Allah menolongmu, maka tidak akan ada orang yang dapat
mengalahkanmu (QS 3: 160)
Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu (QS 47:7)
Apabila engkau mengingkari
kemunkaran karena membela Allah, maka Dia akan menolongmu untuk melenyapkannya
dan menjadikan mereka hina di hadapanmu. Apabila engkau mengingkarinya karena
hawa nafsu, setan dan tabiatmu, maka Dia akan menelantarkanmu dan tidak
menolongmu menghadapi pelaku kemunkaran itu dan engkau pun tidak akan mampu
melenyapkannya. Keimanan itulah yang mengingkari. Sebab, setiap orang yang
mengingkarinya tidak karena keimanan, maka dia bukanlah orang yang mengingkari.
Mengingkari itu dengan berkata “Janganlah.” Engkau menghendaki pengingkaranmu
karena Allah, bukan karena makhluk-Nya; karena agama-Nya, bukan karena nafsumu,
karena Dia, bukan karena dirimu sendiri. Lepaskanlah dirimu dari kegilaan.
Ikhlaskanlah amalmu. Kematian selalu mengintipmu. Engkau harus melewati
jembatan kematian. Tinggalkanlah ketamakan yang telah menodaimu. Yang jadi
bagianmu akan datang padamu dan yang jadi bagian orang lain pasti tidak akan
datang kepadamu. Sibukkanlah dirimu
untuk Allah dan tinggalkanlah pencarian harta untuk dirimu sendiri dan orang
lain. Allah berfirman kepada Nabi-Nya saw.:
Janganlah engkau hadapkan
kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada mereka sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya (QS 20:31)
Yang paling berat bagi orang yang makrifat kepada Allah adalah berbicara
yang benar kepada orang lain serta duduk berkumpul bersama mereka. Oleh karena
itu, mungkin dari seribu orang yang makrifat hanya satu orang yang mampu
berbicara, kecuali orang yang diberi kekuatan seperti para nabi. Bagaimana
orang itu tidak membutuhkan kekuatan para nabi padahal dia ingin duduk di
antara berbagai jenis makhluk, bercampur dengan orang yang berakal dan yang
tidak berakal; dia duduk bersama orang Munafik dan orang Mukmin. Dia
benar-benar harus dapat membanding-bandingkan di antara mereka dan harus sabar
melakukannya berulang-ulang. Padahal dia
dijaga perintah Allah. Dlam pembicaraannya kepada orang lain, dia tidak
berbicara dengan hawa nafsunya serta pilihan dan kehendaknya sendiri. Dia
dipaksa untuk berbicara, maka sudah tentu dia dijaga dalam pembicaraannya.
Apabila engkau ingin makrifat kepada Allah, maka lenyaplah darimu kekuatan
makhluk dalam kemudaratan dan kemanfaatannya, karena engkau tidak akan ma’rifat
kecuali bersikap begitu.
Celakalah engkau. Dunia ada di tangan itu boleh, ada dalam saku juga boleh;
memandang rendah dunia dengan niat baik juga boleh. Sedangkan memasukkan dunia
ke dalam hati, maka itu tidak boleh. Diamnya dunia di ambang pintu, dibolehkan.
Adapun masuknya dunia ke balik pintu, tidak dibolehkan, sebab tidak akan ada
karamahnya bagimu. Apabila seorang hamba tidak ingat kepada diri sendiri dan
orang lain karena tenggelam dalam kekhusuan, maka seolah-olah dia hilang.
Batinnya tidak berubah saat bencana datang. Dia eksis pada saat datangnya
perintah Allah, dan dia melaksanakannya, dan pada saat larangan Allah datang,
dia menjauhinya. Dia tidak mengharapkan sesuatu dan tidak berambisi terhadap
sesuatu. Dimanakah dirimu sedangkan mereka tenggelam dalam ilmu dan amal.
Wahai engkau yang menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya, yang memutuskan
hamba-hamba Allah sadarlah bahwa engkau benar-benar aniaya dan munafik. Sampai
kapan kemunafikan itu, wahai yang berilmu, yang zuhud? Berapa kali engkau
berbuat munafik kepada raja dan pemerintah sehingga kau mengambil harta benda
dunia dan kesenangannya dari mereka? Engkau dan kebanyakan raja pada zaman ini
berlaku aniaya serta tidak jujur dalam segala hal kepada Allah dan hamba-Nya.
Ya Allah, hancurkanlah dari
orang-orang Munafik dan hinakanlah mereka atau berilah mereka taubat, kekanglah
kezaliman serta bersihkanlah bumi dari mereka atau buatlah mereka menjadi baik.
Amiin.
Kepada para raja, orang zalim, orang adil, orang Munafik, atau orang ikhlas;
ingatlah bahwa dunia akan sampai pada waktu yang terbatas sedangkan akhirat
kekal selama-lamanya. Pisahkanlah dirimu dari semua yang selain Allah dengan
perjuangan dan zuhud. Bersihkan hatimu dari selain Tuhan. Takutlah akan diburu
oleh sesuatu, ditahan oleh sesuatu atau dijauhkan oleh sesuatu dari Tuhanmu.
Kemudian apabila bagian duniawi datang, maka ambillah dengan tangan syariat dan
menyesuaikan dengan perintah-Nya, dengan kekuatan mengikuti pijakan zuhud;
bukan karena mencari dan mencintai dunia. Zuhud itu apabila berlangsung terus
menerus maka akan terealisasi dalam jasad, kemudian diturunkan ke dalam hati,
menimbulkan penyesalan dan dalam fisik dan kekurusan. Selanjutnya, jika
penyesalan dan kekurusan telah dialami, niscaya akan datang jalan lapang dari
Allah dipenuhi perasaan senang bersama-Nya, ma’rifat kepada-Nya, sehingga
lenyaplah kesedihan dan kebingungan. Orang Mukmin adalah orang yang memutuskan
hati dari makhluk, dari keluarga, harta dan anak. Dia hanya sibuk dengan mereka
sedangkan hatinya menunggu datangnya utusan Tuhan yang menyampaikannya ke pintu
negeri. Benar-benar dia telah meninggalkan keluarganya padahal dia duduk di
antara mereka. Orang Mukmin selamanya suka meninggalkan. Dia ada di antara
makhluk tetapi dia benar-benar meninggalkan mereka. Dia bersama makhluk padahal
tallinya bersama Khalik. Apabila dia menghormati tauhid dalam hatinya, maka
sahlah amalnya dari segi lahir, karena sama saja antara lahir atau batinmu,
kaya atau fakirmu, penerimaan makhluk atau penolakan mereka, serta celaan atau
pujian mereka kepadamu. Bagaimana engkau tidak mengeluarkan celaan dan pujian
padahal hatimu telah sempit dari keduanya, serta telah dipenuhi Allah dan
selalu mengingat-Nya serta merindukan-Nya? Pada saat itu, di sana
pertolongan itu hanya dari Allah yang haq (QS 18:44)
Engkau menjadi orang yang
mencintai Allah dengan sebenarnya, orang berilmu dan mengajarkan ilmunya, yang
menghukumi dengan bijaksana, yang dekat dan juga didekati, yang berkelakuan
baik, yang tidak menggantungkan diri pada makhluk.
Kepada orang yang merasa bodoh,
belajarlah dari kebodohanmu. Engkau
benar-benar telah meninggalkan aktivitas belajar. Sebaliknya sibuk dengan
aktivitas mengajar. Janganlah merasa lelah dengan sesuatu yang datang dari
dirimu sendiri sedangkan orang lain pun tidak merasa beruntung. Sebab, orang
yang tidak pantas mengajar dirinya sendiri, bagaimana bisa mengajar orang lain.
Janganlah menganggap lemah kepada Allah atas qadar-Nya, nanti engkau akan
mendekat kepada orang-orang kafir. Beramallah sesuai dengan hukum sehingga
amalmu menghubungkan mereka dengan ilmu. Apabila amal telah kau perbuat, maka
kau akan melihat kekuasaan Allah. Pada saat itu Dia akan menjadikan alam ini
bisa kau kuasai oleh hati dan batinmu. Apabila di antara kalian dan Allah tidak
ada penghalang, maka Dia akan memberimu kekuasaan atas alam, memperlihatkan
harta terpendam kepadamu, memberimu makan dari karunia-Nya, memberimu minuman
keramahan, serta mendudukkanmu di depan hidangan taqarrub dengan-Nya. Semua itu merupakan buah pengetahuan atas
Kitab dan Sunnah. Amalkanlah Kitab dan Sunnah dan janganlah keluar dari
keduanya hingga Pemilik Ilmu, yaitu Allah Azza wa Jalla, datang kepadamu,
kemudian mengambilmu dibawa kepada-Nya. Bila yang mengajarkan hukum
menyaksikanmu benar-benar tertarik kepada Kitab-Nya, maka dia akan
memindahkanmu kepada kitab ilmu. Apabila kau benar-benar telah berada di sana,
niscaya hatimu dan isinya akan menjadi teguh dan Nabi membawanya ke sisi Tuhan
sambil berkata, “Inilah dirimu dan Tuhanmu.” []
No comments:
Post a Comment