Showing posts with label Akhirat. Show all posts
Showing posts with label Akhirat. Show all posts

Wednesday, July 3, 2013

Dunia dan Akhirat

Dunia dan Akhirat

  • Dunia adalah kendaraan seorang Mukmin, yang dengannya dia berangkat menuju Tuhannya. Maka, perbaikilah kendaraan kalian, niscaya ia akan menyampaikan kepada Tuhan kalian.

  • Pernah seseorang mencela dunia di sisi Imam Ali r.a., maka Imam berkata: “Dunia adalah negeri kebenaran bagi yang membenarkannya. Negeri keselamatan bagi yang mengetahui tentangnya. Negeri kekayaan bagi yang mengambil bekal darinya. Tempat turunnya wahyu Allah. Tempat shalat para wali-Nya. Masjid para nabi-Nya. Dan tempat jual-beli para wali-Nya. Mereka beruntung dengan mendapatkan rahmat darinya dan di dalamnya mereka mengharapkan surga.”

  • Ketahuilah, wahai hamba-hamba Allah, bahwa kalian dan keadaan kalian di dunia ini seperti orang-orang yang sebelum kalian. Mereka ini usianya lebih panjang daripada kalian, negerinya lebih makmur daripada kalian, dan lebih jauh jejaknya (peninggalannya). Suara-suara mereka tidak terdengar lagi. Jasad-jasad mereka telah hancur. Rumah-rumah mereka kosong. Dan jejak-jejak mereka terhapus.

  • Keluarkanlah hati kalian dari dunia ini sebelum badan kalian keluar darinya. Di dalam dunia ini kalian diuji dan untuk selainnya kalian diciptakan. Sesungguhnya ketika seseorang meninggal, orang-orang berkata, “Apa yang ditinggalkannya?” Sebaliknya, malaikat berkata, “Apa yang dibawanya?” Maka, nafkahkanlah sebagian harta kalian sebagai pinjaman yang baik bagi Allah. Janganlah kalian meninggalkan seluruh harta kalian (sebagai warisan) karena hal itu akan menjadi beban (yang akan dimintai pertanggungjawabannya) atas kalian.

  • Ketahuilah, sesungguhnya dunia yang kalian harapkan dan kalian sukai, yang karenanya kalian menjadi marah dan karenanya pula kalian menjadi puas, bukanlah negeri kalian, bukan tempat tinggal kalian yang kalian diciptakan untuknya, dan bukan pula yang kalian diseru kepadanya.


  • Janganlah kalian berlomba-lomba dalam kemuliaan dunia dan kebanggaannya. Jangan terpesona dengan perhiasannya dan kesenangannya. Dan jangan pula bersedih dengan musibah dan kesengsaraannya. Sebab, kemuliaan dunia dan kebanggaannya terputus. Perhiasannya akan sirna. Musibah dan kesengsaraannya akan hilang.
(Imam Ali bin Abi Thalib kw)

Monday, July 23, 2012

Tatkala Mengingat Akhirat

“Sungguh Allah Azza wa Jalla memiliki hamba yang seakan ia melihat penghuni surga abadi di dalam surga dan penghuni neraka abadi di dalam neraka. Hati mereka bersedih, sementara orang lain yang memusuhi mereka merasa aman. Kebutuhan mereka sedikit dan jiwa mereka selalu terjaga. Mereka bersabar menjalani hari-hari yang pendek ini, menanti istirahat yang panjang. Saat malam, mereka bangkit, air mata mereka mengalir di pipi, sambil munajat kepada Tuhan mereka, “Ya Tuhan kami, ya Tuhan kami...” Dan di siang hari mereka menjadi ulama yang santun, baik dan bertakwa. Tubuh mereka demikian kurus, sehingga orang yang melihat mereka mengira bahwa mereka sakit, padahal mereka tidak sakit, tidak juga akal mereka rusak. Hanya mengingat akhirat yang telah membuat mereka seperti itu.” (Hasan Al Bashri)

Merenungkan Hari Kebangkitan

Ingatlah, bahwa dua langkah telah terbentang di depan: di dunia dan akhirat, dari dirimu dan Tuhanmu. Tinggalkan yang lahir, niscaya kau akan sampai pada yang batin, dari titik awal sampai puncak. Mulailah dari dalam diri dan berpeganglah kepada Allah. Engkau yang mengawali, Allah yang membawamu pada titik akhir. Ambillah kepahitan dan dudukilah pintu amal, sehingga ketika engkau mencari, akan dekat dari yang dimintai pertolongan. Janganlah duduk di atas kasur, di bawah selimut dan pada pintu yang terkunci, kemudian engkau mencari amal dan prestasi. Dekatkan hatimu dengan dzikir, niscaya Allah akan mengingatmu pada hari kebangkitan. Jadikanlah tafakur terhadap kuburan sebagai pelajaran. Berpikirlah bagaimana Allah akan membangkitkan segenap makhluk-Nya dan mengadilinya di hadapan-Nya. Bila engkau senantiasa memikirkan hal ini, niscaya kekerasan hatimu akan lenyap dan bersih dari kotoran-kotorannya. Bila suatu bangunan berdiri di atas tiang, niscaya dia akan kokoh dan tetap pada tempatnya (tak tergoyahkan). Sebaliknya, bila ia berdiri tidak di atas fondasinya, niscaya dia akan mudah goyah. Bila hatimu dibangun di atas landasan hukum lahiriah, niscaya tidak akan seorangpun yang dapat merubahnya. Sebaliknya, bila tidak, maka keadaanmu tidak akan mantap dan tidak akan sampai pada puncaknya. Para shiddiqin akan membenci dan tidak ingin memandangmu. Wahai engkau yang tidak memahami agama, ingatlah bahwa dunia adalah permainan. Tidak, tiada kemuliaan bagimu. Wahai engkau yang menyimpan rahasia. Engkau membiasakan dirimu berkata kepada makhluk yang bukan ahlinya. Hal seperti itu seharusnya diadukan kepada orang salih. Bila tidak, maka kebisuanlah yang harus dipegang dan memberikan isyarat kepada mereka, bukan perkataan yang jarang. Di antara mereka ada orang yang memerintah dengan perkataan, dan perkataannya dilandasi kebencian. Setelah perkataan itu menjadi berita yang menolong, maka perintah tersebut disandarkan pada sucinya hati dan bersihnya batinmu. Karenanya, Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Jika penutup terbuka, maka keyakinan tidaklah bertambah.” Beliau juga berkata, “Aku tidak menyembah Tuhan yang tidak kulihat. Aku melihat Tuhanku dengan hati.” Wahai engkau yang tidak mengenal agama, bergaullah dengan para ulama, berkhidmatlah, dan belajarlah dari mereka. Ilmu diambil dari lisannya. Duduklah bersama para ulama dengan sebaik-baik akhlak. Janganlah memalingkan wajah dari mereka dan ambillah faidah dari mereka supaya engkau mendapatkan ilmu dan kebaikan dari mereka, serta faidahnya melingkupimu. Duduklah bersama orang-orang bijak dengan diam, dan bersama ahli zuhud dengan penuh kecintaan. Orang yang arif, setiap saat semakin dekat dengan Allah dibandingkan dengan saat-saat yang telah dilaluinya. Setiap saat memperbarui kekhusyuan dan kerendahan dirinya di hadapan Allah. Khusyuk dengan penuh kesadaran, bukan lalai kepada Allah. Bertambahnya kekhusyukan sesuai dengan kedekatan kepada Allah. Kebisuannya bertambah sesuai dengan musyahadahnya. Barangsiapa yang mengenal Allah, maka lisan nafsu, tabiat, hawa nafsu, kebiasaan dan wujudnya akan membisu. Dan lisan hati, rahasia, keadaan, dan maqamnya akan berbicara menjelaskan kenikmatan yang dia rasakan. Karenanya, mereka akan duduk dengan diam, supaya mendapatkan manfaat darinya. Karena itu teguklah minuman masak yang memancar dari lubuk mereka. Barangsiapa yang banyak bergaul dengan orang-orang yang mengenal Allah, maka dia akan mengenal dirinya dan menghinakan diri di hadapan Allah. Karenanya dikatakan, barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya. Karena diri, merupakan penghalang antara seorang hamba dengan Tuhannya. Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia akan bertawadhu kepada Allah. Karena fithrah manusia bila mengenal Tuhannya, akan takut dan menyibukkan diri dengan mensyukuri-Nya, serta mengetahui bahwa Allah tidak akan mengenalkannya, kecuali bermaksud baik, di dunia dan akhirat. Zahirnya disibukkan dengan bersyukur kepada-Nya, sedangkan batinnya disibukkan dengan memuji-Nya. Zahirnya berpisah, sedangkan batinnya selalu bersama. Kebahagiaannya tersembunyi di dalam, dan kesedihannya nampak pada lahirnya. Keadaan orang ‘arid berbalikan dengan orang mukmin. Kesedihan dalam hatinya dan kebahagiaan terpancar di wajahnya. Dan orang alim, berdiam di depan pintu dan tidak tahu apa yang dikehendaki-Nya, serta apakah akan diterima atau ditolak? Apakah pintu akan dibuka untuknya atau terkunci selamanya? Orang yang mengenal dirinya, maka segala keadaannya kebalikan dari orang Mukmin. Orang mukmin pemilik keadaan yang berubah, sedang orang arif pemilik maqam yang kokoh. Orang mukmin takut pada perubahan keadaannya dan kehilangan imannya. Kesedihannya tersimpan dalam hati, sedangkan kebahagiaannya terpancar dari wajahnya. Dia berkata dengan senyum di hadapanmu, walaupun hatinya diliputi kesedihan. Sedangkan orang arif, kesedihan di wajahnya, karena dia menjumpai orang lain dengan wajah murung, dengan menakut-nakuti, memerintah dan melarang sebagai pengganti Rasulullah saw. Masyarakat berbuat dengan apa yang mereka dengar sehingga perbuatannya mendekatkannya pada Allah yang menjadi tujuan amalnya. Mereka mendengar nasihat tanpa perantara dengan pendengaran hatinya ketika tidak ada orang lain dan ketika tidur, di hadapan Allah dan saat terjaga dengan-Nya. Bila hatimu benar, maka selamanya engkau akan lalai terhadap makhluk dan terjaga di hadapan Allah. Engkau akan selalu berada dalam keramaian, walaupun dalam kesendirian, atau di tengah keramaian. Engkau selalu menghendaki Allah dan hukum-hukum-Nya kembali kepadamu dengan rahasia. Rahasia itu memenuhi hati. Hati memenuhi nafsu muthmainnah. Nafsu memenuhi lisan dan lisan memenuhi orang lain. Barangsiapa berbicara kepada manusia, hendaklah dengan cara ini, atau bila tidak, sebaiknya jangan berbicara. Kegilaan seseorang disebabkan meninggalkan kebiasaan dan perbuatan hawa nafsu, terutama syahwat dan kelezatan. Tidak, sesungguhnya mereka menjadi gila seperti gilanya orang-orang yang hilang akalnya. Hasan al-Bashri berkata sebagai berikut: “Bila engkau melihatnya, akan menyebutnya gila. Dan bial mereka melihatmu, mereka akan berkata, ‘Mereka belum beriman kepada Allah, walau sekejap mata.’ Khalwatmu belum sah. Karena khalwat adalah mengosongkan hati dari segala sesuatu, emngosongkan batinmu, sehingga tidak ada dunia, akhirat dan segala sesuatu, selain Allah. Ini merupakan jalan besar para nabi, rasul dan para wali dan orang-orang salih. Amar makruf dan nahi munkar lebih saya cintai daripada seribu ahli ibadah di lereng-lereng gunung. Pandangan jiwanya meremehkan, pendek dan menolak, sehingga tidak menjadi sebab kerusakannya, kecuali jika mengikuti hati dan rahasia. Janganlah keluar dari pandangan keduanya. Sehingga jiwamu menjadi muthmainnah dan pencarianmu terfokus pada satu tujuan. Bila nafsu seseorang telah mencapai keadaan ini, maka mintalah pembenaran atas kesembronoan mujahadah. Janganlah menilai apa yang dilakukan oleh Allah kepadamu dan makhluk lain. Bukankah engkau telah mendengar firman-Nya:”Dia tidak akan ditanya tentang apa yang dilakukan-Nya. Merekalah yang akan ditanyai oleh-Nya.” Dimana kepatuhanmu kepada Allah, bila tidak memiliki akhlak yang baik. Bila tidak, engkau akan keluar dari dunia sebagai orang yang terhina. Bila engkau memperbaiki adab dan menetapinya, engkau duduk dan memuliakannya. Orang yang mencintai Allah adalah tamu-Nya. Seorang tamu tidak boleh memilih makanan, minuman, pakaian, dan segala sesuatunya dari pemilik rumah. Akan tetapi, dia harus tenang, sabar, dan rela. Oleh karena itu, tidak salah bila dikatakan, “Berbahagialah dengan apa yang engkau lihat dan temui. Barangsiapa yang mengenal Allah, maka dunia akhirat, dan segala sesuatu selain-Nya akan hilang dari hatinya.” Berkatalah karena Allah. Bila tidak mampu, maka diam lebih baik bagimu. Hendaklah hidupmu berada dalam ketaatan. Bila tidak mampu, maka kematian lebih baik bagimu. Ya Allah hidupkanlah kami dalam mentaati-Mu dan bangkitkanlah kami bersama ahli ketaatan kepada-Mu. Amiin. Hasan al-Bashri bertutur: “Orang mukmin adalah orang yang meninggalkan dirinya, serta menemani syaikh yang mengajarinya budi pekerti dan ilmu. Dia tidak pernah berhenti untuk selalu belajar sejak kecil sampai meninggal dunia, dalam keadaan pertamanya: membaca dan menjaga kitab Allah; dan dalam keadaan selanjutnya. Orang alim mengajrakan Sunnah Rasul dan terus memohon pertolongan kepada Allah dalam menetapinya, beramal dengan ilmunya, sehingga amalnya mendekatkannya kepada Allah. Setiap kali dia beramal dengan ilmunya, Allah akan mewariskan pengetahuan yang belum dia ketahui, menguatkan hatinya dalam menapaki hidup. Sesungguhnya ikhlas dapat mendekatkan diri kepada Allah. Bila engkau beramal tetapi melihat, hatimu tidak semakin dekat dengan Allah, maka ketahuilah bahwa engkau belum beramal dan kau terhalang karena unsur yang menghilangkan nilai amalmu. Apakah unsur tersebut? Riya, munafik, ujub. Wahai engkau yang beramal, hendaklah berbuat dengan ikhlas. Bila tidak mampu, maka janganlah bersusah payah. Peliharalah perasaan selalu diawasi Allah, baik saat sepi maupun saat ramai. Merasa diawasi saat ramai saja adalah perilaku orang Munafik, sedangkan merasa diawasi baik di tengah keramaian maupun ketika sendiri adalah perilaku seorang mukhlis. Ingatlah, bila engkau menyaksikan orang yang membaguskan dirinya, maka pejamkan matamu. Saya memandang jiwa, hawa nafsu, dan tabiatmu. Ingatlah pandangan Allah kepadamu dan bacalah: Sesungguhnya dalam pergantian malam dan siang, dan pada semua ciptaan Allah di langit dan di bumi, terdapat tanda-tanda untuk orang-orang yang bertakwa (QS 10:61) Takutlah kepada Allah, pejamkan matamu dari sesuatu yang diharamkan-Nya. Ingatlah pandangan Zat yang senantiasa mengawasi dan mengetahuimu. Bila engkau tidak dapat memandang Allah dan tidak menyimpang dari-Nya, maka cukuplah ibadahmu kepada-Nya dan kau menjadi seorang hamba yang benar dan termasuk golongan yang difirmankan Allah: Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, tidak ada penolong bagimu untuk menguasai mereka (QS 15: 42) Apabila syukurmu kepada Allah telah benar, Allah akan menanmkan dalam hati dan lisan makhluk lain untuk bersyukur dan mengasihimu. Saat itu, tiada jalan bagi setan dan tentaranya untuk menguasaimu. Meninggalkan doa merupakan ‘azimah, dan sibuk dengannya merupakan keringanan. Doa adalah jiwa bagi orang yang tenggelam kepada Allah dan timbangan bagi orang-orang yang tertahan, sampai terlepas dari tahanan dan masuk ke kerajaan. Oleh karena itu, jadilah orang yang berakal. Engkau bergantung pada apa yang kau perbagus. Engkau meninggalkan doa dan tidak membaguskan apa yang kau serukan. Segala sesuatu membutuhkan niat, akal dan teladan, bagi yang tidak tahu, Engkau bergantung pada apa yang kau pikirkan tentang apa yang ada di sisi Allah dan hamba-hamba-Nya yang salih. Karenanya, mengapa kau berprasangka buruk kepada mereka. Jangan terlintas dalam hatimu prasangka buruk kepada pemimpin agamamu dan tentang bagaimana keadaanmu bersama mereka. Janganlah berpaling dari apa yang telah ditetapkan, selagi tidak berlawanan dengan syariat. Mereka berada di hadapan Allah dari sisi zahir dan batin. Hatinya senantiasa tidak merasa tenang dari rasa takut hingga dirinya menjadi tenang dan mempunyai jaminan keselamatan. Bersatulah di bumi wahai hamba-hamba Allah dan para ahli zuhud. Belajarlah dari segala sesuatu berupa berita yang tidak kau ketahui. Selamilah kitab saya yang mengajarkan sesuatu yang tidak pernah kalian temui sebelumnya. Di dalam hati ada kitab. Di dalam rahasia, jiwa dan anggota tubuh ada kitab, yakni tingkatan serta langkah-langkah yang dihitung. Langkah pertama apa yang cocok buatmu adalah bagaimana supaya sampai ke tingkat kedua? Bila Islammu benar, maka bagaimana supaya sampai pada iman? Bila imanmu sudah benar, maka bagaimana supaya sampai pada keyakinan? Bila keyakinan sudah benar, bagaimana supaya kau meraih makrifat dan kewalian? Jadilah orang yang berakal. Engkau tidaklah berada di atas sesuatu. Setiap dirimu mencari kepemimpinan di tengah makhluk tanpa alat yang sesuai. Padahal, menjadi pemimpin bagi makhluk harus diawali dengan zuhud di dunia dari hawa nafsu, tabiat dan kehendak. Kepemimpinan datang dari langit, bukan dari bumi. Kewalian datang dari Allah SWT, bukan dari makhluk. Selamanya, jadilah orang yang mengikuti, bukan diikuti; yang menemani, bukan ditemani. Ridha dengan kehinaan dan kedunguan. Dan di sisi Allah, engkau akan menjadi kebalikannya, maka hal tersebut akan datang pada waktunya. Tunduklah dan serahkandirimu kepada Allah, serta tinggalkan upaya, kekuatan, keberpalingan, dan persekutuanmu dengan makhluk dan dirimu. Beribadahlah senantiasa, yakni menjalankan perintah dan menjauhi larangan, serta bersabar terhadap segala kesulitan. Fondasi itu semua adalah tauhid dan sikap istiqamah. Menetapi amal salih merupakan fondasi dari apa yang kalian putuskan; di atas fondasi apa kau membangun? Niat yang benar tergantung pada perkataanmu? Diammu akan menjadi kesempurnaan bagimu. Bagaimana kau berkata kepada makhluk sebagai pengganti para rasul, karena mereka adalah orang-orang yang senantiasa berbicara dengan makhluk? Apabila mereka telah pergi (meninggal), maka Allah akan membangkitkan para ulama yang beramal dengan ilmunya dan menjadikan para ulama itu sebagai para pewarisnya. Barangsiapa yang ingin menduduki maqam Rasul, maka dia akan menjadi makhluk tersuci pada zamannya dan paling mengetahui tentang hukum dan ilmu Allah SWT. Mereka senantiasa menganggap bahwa urusan ini mudah dan ringan. Wahai kau yang tidak mengenal Allah, para rasul-Nya, dan para kekasih-Nya yang salih. Wahai kau yang bersikap bodoh terhadap diri, tabiat, dunia, dan akhirat mereka. Diamlah sehingga kalian dapat berbicara, hidup, bangkit dan datang. Barangsiapa yang ilmunya dapat menundukkan hawa nafsunya, maka itulah ilmu yang bermanfaat. Bagaimana tidak bermanfaat, sementara dirinya telah mengunci rapat-rapat pintu para makhluk dan membuka pintu Allah yang merupakan pintu terbesar? Apabila penguncian dan pembukaan ini benar bagi seseorang, maka akan hilanglah dia dari keramaian dan muncul dari-Nya rahmat dan akan datanglah khalwat, menuju hatinya dan bertebaran di dalamnya. Akan datang pula kunci-kunci, kulit-kulit bertebaran dan isinya tetap. Jalan hawa nafsu tertutup, dikalahkan dan dipaksa, sehingga jalan menuju Allah terbuka, dan nampaklah jalan besar, jalan yang dikehendakinya, yakni jalan orang-orang terdahulu; para nabi, rasul, dan wali Allah; jalan bersih tanpa kotoran; jalan tauhid tanpa kemusyrikan; jalan penyerahan tanpa pertentangan; jalan kebenaran tanpa dusta; jalan menuju Allah tanpa makhluk; jalan akibat tanpa sebab; serta jalan yang telah dilalui para pemimpin agama, para sultan dan para raja makrifat. Mereka adalah kekasih-kekasih Allah, orang-orang yang dimuliakan, yang menolong agamanya, serta yang kembali dan mencintai agamanya. Ingatlah, bagaimana engkau menyerukan jalan kepada masyarakat, sedangkau kau sendiri menyekutukan dengan dirimu dan orang lain? Tidak ada keimanan bagimu di atas permukaan bumi, jika kau menakuti orang-orang. Tiada kezuhudan, bila di dunia kamu mengharapkannya. Engkau tidak bertauhid bila belum melihat yang lain berada di jalanmu menuju Allah. Orang arif terasing di dunia dan akhirat, zuhud di dalam keduanya dan zuhud terhadap sesuatu selain Allah. Tidak ada kecintaan kepada yang lainnya. Wahai kaum mukmin, dengarkanlah suara saya dan hilangkanlah kesusahan dari dirimu. Bagaimana mungkin kau merasa susah dan mengiba-iba, padahal saya sangat menyayangi kalian, ikut menanggung kesulitan-kesulitan kalian, menambal kelemahan amal-amal kalian, serta menolong kalian semua menuju Allah supaya menerima akal kalian dan menghapus kesalahan kalian? Barangsiapa yang mengenal saya, dia tidak akan berpisah dengan saya sampai maut datang, lalu dia menganggap saya sebagai keinginan, kelezatan, makanan, minuman, dan pakaiannya. Dia akan merasa cukup dengan saya, tanpa yang lainnya. Bagaimana kau tidak mengharapkan saya, padahal saya mengharapkanmu? Saya mengharapkan kemanfaatan dan keselamatanmu dari kekuasaan dunia yang dapat membinasakan dan melalaikan. Kapan engkau menyiapkan penggantinya? Dalam waktu dekat dia dapat membidik dan membunuhmu. Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang mencintai-Nya tertipu oleh dunia, walaupun sekejap. Tidak aman dunia berada dengannya dan tidak meninggalkannya dalam kondisi seperti itu, juga bersama yang lainnya. Allah akan bersama mereka dan mereka akan senantiasa bersama-Nya. Selamanya hati mereka selalu berzikir, hadir di hadapan-Nya, berpaling dari selain-Nya, dan hanya kepada-Nya dia menghadap. Allah bersama mereka dan memelihara serta bersikap ramah kepada mereka. Ya Allah jadikanlah kami termasuk ke dalam golongan mereka dan peliharalah kami sebagaimana Engkau memelihara mereka. Karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat serta jagalah kami dari siksa api neraka. Wahai orang munafik, ingatlah bahwa Allah demikian nyata bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Dia telah memanggil mereka dan mengumpulkan hati para makhluk-Nya bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Dialah yang menundukkan mereka. Dan, dengan sifat munafik, kau ingin mengumpulkan hati para makhluk agar tertuju padamu. Hal itu tidak akan berhasil. Tinggalkanlah syahwatmu dan letakkan di bawah kakimu. Berpalinglah darinya dengan sepenuh hatimu. Jika di dalam dirimu ada sesuatu darinya di dalam ilmu Allah yang terdahulu, maka pada waktunya akan datang kepadamu. Karenanya, tidak dibenarkan bersikap zuhud di dalamnya. Ilmu Allah tidak akan berubah dan tidak berganti. Pada waktunya akan datang bagian yang nikmat, mencukupi dan baik untukmu. Oleh karena itu, sambutlah dengan tangan kemuliaan, bukan tangan kehinaan. Engkau juga telah meraih pahala zuhud di dalamnya. Allah akan memandangmu dengan pandangan kemuliaan karena kau sungguh-sungguh mengusahakannya. Ketika bagianmu telah lepas, maka kau berhubungan dengannya dan mempersiapkan penggantimu. Zuhud di dalamnya tidak sah. Akan tetapi, hendaklah berpaling sebelum datangnya. Belajarlah tentang sikap zuhud dan bagaimana meraih sesuatu. Janganlah duduk di pojokmu dengan penuh kebodohan. Pahamkanlah dirimu baru kemudian beruzlah. Pahamillah hukum-hukum Allah dan beramallah dengannya, kemudaian beruzlah-lah dari segalanya, selain dengan seorang ulama yang mengenal Allah. Sebab, pergaulanmu dengannya, dan mendengarkan ucapannya lebih utama daripada beruzlah. Apabila kau melihat salah seorang dari mereka, maka ikuti dan belajarlah mengenai pemahaman tentang ilmu yang berkenaan dengan Allah dan makrifat kepada-Nya. Pahamilah perkataanya dengan pendengaranmu, sebab ilmu diambil dari lisan orang seperti itu, yakni para ulama yang mengetahui hukum-hukum Allah. Apabila engkau telah benar dalam hal tersebut, maka menyendirilah tanpa nafsu, setan, hawa nafsu, tabiat, kebiasaan dan pandangan orang lain. Jika uzlahmu benar maka para malaikat, ruh orang-orang salih dan cita-cita mereka akan berada di sekelilingmu. Sesungguhnya menyendiri dari makhluk adalah dengan aturan ini. Bila tidak, maka kesendirianmu adalah kemunafikan dan menyia-nyiakan waktu tanpa hasil, kau akan berada dalam api di dunia dan akhirat. Di dunia akan mendapatkan panasnya bahaya, sedangkan di akhirat akan disiapkan neraka bagi orang-orang yang munafik dan kafir. Ya Allah anugerahkanlah ampunan, penutup, pembebasan, dan tobat kepada kami. Janganlah engkau menyingkap penutup kami dan jangan pula Engkau menyiksa kami karena dosa-dosa yang kami lakukan. Ya Allah Wahai Zat Yang Maha Mulia. Engkau telah berfirman, “Dialah yang menerima tobat hamba-hamba-Nya dan memaafkan keburukan-keburukan mereka.” (QS 26: 25) Oleh karena itu, ampunilah diri kami dan maafkanlah kami. Amiin. Celakalah, bila kau meninggalkan ilmu, bergembira dan marah seperti gembira dan marahnya orang-orang bodoh. Kebahagiaanmu akan dunia dan penerimaan makhluk terhadap dirimu dapat membuat lupa akan hikmah dan hal itu dapat mengenaskan hatimu. Orang Mukmin tidak akan bergembira, kecuali dengan Allah. Bila demikian, maka berbahagialah. Apabila dunia dan kelezatannya ada di dalam ketaatan kepada Allah, hal itu akan bermanfaat bagi para pengkhidmat Allah dan akan mengubah mereka karena ketaatan mereka kepada Allah. Peliharalah rasa takut kepada Allah senantiasa, di malam hari dan siang hari hingga dikatakan ke dalam hati dan batinmu: Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnyaAku bersama kalian; Aku mendengar dan melihat (QS 20: 46) Sebagaimana hal tersebut pernah dikatakan kepada Nabi Musa dan Harun. Akan tetapi, kau tidaklah seperti mereka, karena kau hanya mengumpulkan dan memelihara ilmu tanpa pengamalan, sehingga tidak salah bila kau tidak mewarisinya. Sebab, pewarisan hanya benar bila dengan ilmu, amal dan ikhlas. Saya tahu kedudukanmu. Janganlah memperpanjang keinginan pada sesuatu yang tidak akan diberikan kepadamu. Sesuaikanlah dirimu dengan apa yang ditetapkan oleh Allah. Tidak ada salahnya, karena Allah akan menolongmu, bersikap lembut kepadamu, akan meringankan beban-beban dirimu, serta akan mengasihimu di dunia dan akhirat. Orang mukmin, bila kuat imannya, maka disebut orang yang yakin. Jika kuat keyakinannya, maka disebut arif. Bila ma’rifatnya kuat, maka disebut alim. Bila ilmunya kuat, maka disebut pecinta. Bila cintanya kuat, maka dia disebut orang yang dicintai. Bila semuanya sudah benar, maka dia disebut sebagai orang kaya, orang yang didekatkan, dan orang yang ramah dengan mendekati Allah. Allah akan menampakkan kepadanya rahasia hukum-hukum ilmu, masa lalu dan masa yang akan datang, serta perintah dan takdir-Nya. Hal itu bergantung pada tujuan dan apa yang dia berikan, berupa kekuatan hati dan keluasannya. Kemudian dia senantiasa teguh bersama Rabb-nya dan mengeluarkan makhluk dari dalam hatinya. Apabila ilmu Allah yang terdahulu datang kepadanya bersama makanan, minuman, pakaian dan wanita yang dinikahi, dia tidak akan mendapatkan orang yang dapat meraihnya karena tidak ada yang memberikan jalan kepadanya. Dia akan menemukan Allah untuk meraihnya, supaya amalnya tidak batal dan Allah menciptakan makhluk lain, serta menumbuhkannya supaya tidak batal apa yang telah dirancang dengan ilmu-Nya, kemudian orang tersebut akan menelan bagiannya sebagaimana seorang anak kecil menelan makanannya. Seperti seorang ibu yang menyodorkan sari anggur yang dimasak ke dalam mulut anaknya yang menetek. Bagiannya hilang di mulutnya dan dia terbisa untuk memakannya. Sebagaimana kebiasaan orang sakit yang meraih minuman. Bahkan, yang terdahulu, ini mendidik orang mukmin, yang arif dan membidangi dengan mengambil kebaikan untuknya dan menolak kerusakannya. Tangan rahmat menghadapinya dari arah kanan dan kirinya. Bahkan kelembutan akan meliputinya. Wahai engkau yang kecewa, yang tidak mengenal Allah dan tidak berhubungan dengan rahmat-Nya. Wahai orang yang tidak beruntung dan memutuskan hubungan dengan Allah dalam hatinya serta tidak berhubungan dengan-Nya secara rahasia dan berpegang kepada kelembutan dan karunia-Nya. Kepada kalian kaum mukmin, ingatlah bahwa Allah menguasai pendidikan hati para shiddiqin, dari kecil sampai besar. Ketika Allah menimpakan ujian kepadanya dan melihat kesabarannya, maka hati orang tersebut semakin dekat kepada-Nya. Bahaya-bahaya tidak dapat memaksa dan membebaninya. Bagaimana membebaninya padahal dia berjalan dan hatinya bersayap seperti burung yang terbang? Jadilah pelayan masyarakat. Ridhalah kepada mereka, berkhidmatlah kepada mereka. Apabila teru melakukan ini, maka kau akan menjadi pemimpin. Barangsiapa yang bertawadhu kepada Allah dan hamba-hamba-Nya yang salih, Allah akan mengangkat derajatnya di dunia dan akhirat. Jika kau menanggung suatu masyarakat dan berkhidmat kepada mereka, maka Allah akan mengangkat kedudukanmu bagi mereka dan menjadikanmu pemimpinnya. Lantas bagaimana bila kau berkhidmat kepada hamba-hamba pilihan-Nya? Ya Allah, alirkanlah kebaikan dari tangan dan lisan kami, serta jadikanlah kami sebagai ahli kelembutan dan pertolongan-Mu [] (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Menengok Orang Sakit

Nabi saw. bersabda, “Tengoklah orang sakit dan antarkanlah jenazah, karena yang demikian itu akan mengingatkanmu pada hari akhirat.” Rasulullah saw. dengan hadis tersebut di atas bermaksud untuk mengingatkan kalian semua agar senantiasa ingat pada hari akhirat. Tetapi kalian menghindar dari mengingatnya dan lebih mencintai dunia. Jika demikian, dalam waktu dekat, akan ada penghalang antara dirimu dengan dunia yang tanpa urusan. Semua hal itu akan diambil dari tanganmu, juga segala hal yang telah membuatmu bahagia. Kebencian akan mendatangimu. Kesedihan akan datang kepadamu dan menggantikan kesenangan. Ingatlah, wahai orang yang lalai dan hina, sesungguhnya diri kalian diciptakan bukan untuk dunia, tetapi sesungguhnya kalian diciptakan untuk akhirat. Kalian adalah orang yang lalai dari apa yang seharusnya kalian lakukan. Kalian benar-benar telah menjadikan tujuan hidup kalian hanya untuk syahwat, kesenangan dan mengumpulkan dunia berupa dinar. Kalian juga telah menyibukkan anggota badan kalian hanya untuk main-main. Apabila Allah mengingatkan kalian dengan peringatan akhirat dan kematian, kalian akan berkata,”Kehidupanku telah menghalangiku.” Kalian memberi isyarat dengan kepala kalian. Sementara telah datang kepada kalian semua peringatan kematian yaitu uban-uban yang tumbuh di kepala kalian, kemudian kalian mencukur atau menyemirnya dengan warna hitam. Jika ajal kalian telah tiba, lalu apa yang akan kalian lakukan? Jika malaikat maut telah datang mendatangi kalian disertai para pembantunya, lantas dengan apa kalian bisa menolaknya? Jika rezeki kalian telah diputus dan masa hidup kalian telah habis, kemudian dengan cara bagaimana kalian bersikap sombong? Oleh karena itu, tinggalkanlah kegilaan itu. Ingatlah sesungguhnya dunia diciptakan untuk beramal. Jika kalian beramal di dunia, kalian akan diberi pahala. Jika kalian tidak beramal di dalamnya, lalu apa yang diberikan? Dunia adalah tempat beramal dan tempat kesabaran atas penderitaan. Dunia merupakan tempat rasa capek, sedangkan akhirat merupakan tempat ketenangan. Orang yang beriman akan membuat dirinya lelah di dunia sehingga sama sekali tidak merasa senang atau santai. Sementara kalian sering bergegas-gegas demi ketenangan dan mengulur waktu untuk segera bertobat. Kalian menunda untuk bertobat hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun sehingga habislah masa kalian. Tidak lama lagi kalian akan menyesal. Bagaimana mungkin kalian tidak menerima nasihat? Bagaimana mungkin kalian tidak menyadari, tidak jujur, dan terus menerus bersikap tidak jujur. Sungguh kalian akan celaka jika pokok atap kehidupan kalian telah hancur. Kepada orang yang tertipu, hendaklah engkau sadar, bahwa dinding kehidupanmu telah jatuh menimpa rumah yang engkau robohkan, lalu engkau pindah ke tempat lain. Oleh karena itu, carilah rumah akhirat dan langkahkanlah kakimu ke sana. Yang menjadi kaki untuk melangkah adalah amal-amal salihmu. Hendaklah engkau memberikan hartamu untuk akhirat sehingga engkau mendapatkannya ketika engkau telah sampai di sana. Orang yang tertipu oleh dunia, yang menyibukkan diri tanpa menghasilkan apa-apa, serta yang meninggalkan aspek batin dan sibuk dengan pelayanan pada makhluk, sungguh engkau akan celaka. Sebab akhirat tidak dapat berkumpul dengan dunia, karena akhirat tidak ridha kepada dunia. Oleh karena itu hendaklah engkau mengeluarkan dunia dari dalam hatimu, pasti engkau dapat melihat akhirat; bagaimana dia datang dan menetap dalam hatimu. Jika hal itu telah sempurna dalam dirimu, ia akan mendorongmu untuk dekat kepada Allah Azza wa Jalla. Pada saat itu, hendaklah engkau merasa membutuhkan akhirat dan carilah, sehingga di sana kebaikan hati dan kebersihan batin akan menjadi sempurna. Wahai anakku, sadarilah bahwa jika hatimu telah menjadi benar atau sehat, maka Allah Azza wa Jalla, malaikat, dan orang-orang yang berilmu akan bersaksi, semuanya akan tampil untukmu dengan pengakuan dan bersaksi untukmu. Apa yang engkau butuhkan, engkau bersaksi atas sehatnya hati yang ada dalam dirimu. Jika hal ini telah sempurna dalam dirimu, engkau akan menjadi seperti gunung yang tidak dapat dimusnahkan oleh angin dan tidak dapat dirusak oleh tombak. Melihat makhluk dan bercampur dengannya tidak akan mempengaruhi dirimu. Oleh karena itu, janganlah engkau membuat noda dalam hatimu; jangan pula mengotori kebersihan batinmu. Hendaklah kaum Muslim menghindari orang yang mengamalkan suatu amal dengan niat ingin dipandang dan diterima oleh makhluk. Sebab, orang seperti itu adalah hamba yang kabur, musuh Allah Azza wa Jalla yang ingkar kepada-Nya dan meningkari nikmat-Nya; dia adalah orang yang tertutup, dimurkai dan dilaknat. Keberadaan makhluk sering merampas hati, kebaikan dan agama. Makhluk menjadikanmu berteman dengannya sambil melupakan Tuhanmu. Mereka menginginkanmu untuk dirinya, bukan untuk dirimu. Sedangkan Allah Azza wa Jalla menghendakimu untuk dirimu dan bukan untuk mereka. Oleh karena itu, hendaklah engkau mencari orang yang menginginkanmu untuk dirimu sendiri dan sibukkanlah dirimu dengan-Nya. Sesungguhnya menyibukkan diri dengan Allah adalah jauh lebih utama dibanding dengan orang yang menginginkanmu untuk kepentingannya. Jika engkau harus mencarinya, hendaklah engkau mencari dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya. Oleh karena itu, hendaklah engkau selalu meminta pertolongan kepada-Nya. Dia Mahakaya sedangkan makhluk semuanya adalah fakir. Mereka tidak dapat memberi manfaat ataupun mudarat kepada dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, carilah kasih-sayang-Nya, sesungguhnya Dia menghendakimu di awal mula agar selanjutnya engkau mempunyai kehendak dan Dia-lah yang engkau kehendaki. Seorang anak kecil, pada kurun awal masa kanak-kanaknya, selalu mencari ibunya. Dan jika sudah dewasa, ibunyalah yang mencarinya. Jika telah diketahui bahwa kehendakmu adalah untuk-Nya, maka Dia akan menghendakimu. Jika diketahui bertapa besar kecintaanmu kepada-Nya, sungguh Dia akan mencintaimu, Dia akan memberi petunjuk ke dalam hatimu, dan Dia mendekatkanmu kepada-Nya. Bagaimana mungkin engkau akan merugi sedangkan engkau telah meninggalkan kekuatan hawa nafsu, watak , dan setan yang ada dalam dirimu dan dalam kedua matahatimu? Dorongkanlah kedua tanganmu, pasti engkau melihat segala kekuatan seperti apa adanya. Lawanlah nafsu serta tentanglah. Doronglah kekuatan hawa nafsumu, watak dan setan yang ada dalam dirimu, sehingga engkau akan mendapatkan-Nya. Doronglah kekuatan-kekuatan ini, pasti akan hilang penghalang antara dirimu dengan Allah Azza wa Jalla, sehingga engkau bisa melihat-Nya, bukan melihat selain Dia. Engkau melihat dirimu dan engkau juga melihat selain dirimu. Engkau bisa melihat cacat yang kau miliki sehingga engkau akan menjauhinya. Engkau melihat cacat atau aib orang lain sehingga engkau akan lari menjauh darinya. Jika hal itu telah sempurna mewujud di dalam dirimu, niscaya Dia Yang Mahasuci akan mendekatimu dan memberimu apa yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah tercetus dalam hati manusia. Dia akan mengasah pendengaran hatimu, Dia akan memperuncing batin, dan pendengaran keduanya. Dia akan membetulkan pendengaran dan penglihatan serta memberimu pakaian. Dia akan menganugerahkan kemuliaan-Nya. Dia akan mengurusmu dengan perhatian-Nya, menolong, menguasai, serta memilikimu. Dia membebaskanmu dari kekangan semua makhluk-Nya. Dia akan menciptakan penjaga bagi hatimu. Malaikat-Nya akan melayanimu dan Dia akan memperlihatkan ruh para nabi dan rasul-Nya kepadamu sehingga engkau tidak tersembunyi dari makhluk-Nya. Wahai anakku, hendaklah engkau mencari kedudukan ini, mengharapkan serta menjadikannya sebagai cita-citamu. Tinggalkanlah kesibukan dalam mencari dunia karena dunia tidak akan mengenyangkanmu. Apa-apa selain Allah Azza wa Jall tidak akan membuatmu kenyang. Oleh karena itu, sibukkanlah dirimu dengan-Nya, karena Dia akan mengenyangkan dirimu. Jika hal itu telah berhasil engkau lakukan, maka engkau akan berhasil dalam memperoleh kekayaan di dunia dan di akhirat. Kepada orang yang lalai, hendaklah engkau menolak orang yang menginginkan dirimu. Hendaklah engkau mencari orang yang mencarimu. Cintailah orang yang mencintaimu! Sibukkanlah dirimu dengan orang yang merindukanmu. Apakah engkau tidak mendengar firman Allah Azza wa Jalla: Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya (QS 5: 54) Seseorang berkata, “Sesungguhnya aku sangat merindukan pertemuan dengan-Mu.” Allah menciptakanmu adalah untuk beribadah kepada-Nya, karena itu, janganlah engkau bermain-main. Dia menghendakimu untuk bersahabat dengan-Nya, karena itu, janganlah engkau menyibukkan diri dengan yang selain-Nya. Janganlah mencintai seseorang bersamaan dengan mencintai-Nya. Jika engkau mencintai yang selain Dia dengan cinta, kasih dan keramahan, itu boleh jika berupa cinta jasmani. Sedangkan jika mencintai dengan cinta hati, maka hal seperti itu tidak boleh dilakukan. Begitu pula jika mencintai dengan cinta batin atau cinta ruhani. Nabi Adam a.s., ketika hatinya disibukkan dengan mencintai surga dan beliau mencintai kedudukannya di surga, maka Allah memisahkan antara dirinya dan surga. Dia mengusirnya dari surga dengan cara memakan buah. Hatinya tertarik pada Hawa sehingga Dia memisahkan antara dirinya dengan Hawa, dan Dia menjadikan antara keduanya jarak perjalanan 300 tahun. Dia di Sarandib dan Hawa di Jeddah. Sementara Nabi Ya’qub, ketika dia merasa tenang atas anaknya, yaitu Nabi Yusuf a.s. dan mereka berkumpul, maka Allah memisahkan keduanya. Nabi kita saw. pada waktu tertarik pada Aisyah r.a. maka Allah menurunkan cobaan pada Aisyah dengan munculnya tuduhan zina dan berdusta, sehingga Nabi tidak melihatnya berhari-hari. Oleh karena itu, sibukkanlah dirimu hanya dengan Allah Azza wa Jalla, bukan dengan yang selain-Nya. Janganlah berlaku ramah kepada selain Allah. Keluarkanlah makhluk dari dalam hatimu. Kosongkanlah hati hanya untuk-Nya. Kepada orang-orang rusak, malas, dan amalnya sedikit diterima, jika engkau menerima nasihat dari saya dan mengamalkan apa yang saya katakan, berarti engkau telah beramal dan semua amal itu adalah untuk dirimu. Jika engkau tidak beramal, berarti engkau akan mendapat kemurkaan dan penghalang. Allah Azza wa Jalla berfirman: Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya (QS 2: 286) Allah juga berfirman: Jika kalian berbuat baik (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri dan jika kalian berbuat jahat, berarti (kejahatan) itu pun bagi diri kalian sendiri (QS 17: 7) Artinya, kelak engkau akan mendapat pahala amal di surga dan siksaan amal di neraka. Nabi saw. bersabda, “Berikanlah makanan kalian kepada orang-orang yang bertakwa dan berikanlah pakaian bekas kalian kepada orang-orang yang beriman.” Apabila engkau memberi makanan kepada orang yang bertakwa dan membantunya dalam urusan dunia, berarti engkau telah bersama-sama dalam apa yang dia amalkan, dan tidak berkurang sedikit pun dari pahalanya. Sebab, engkau telah menolongnya untuk mewujudkan maksud-maksudnya, engkau telah membantu untuk menghilangkan beban-bebannya, dan telah mempercepat langkahnya menuju Allah Azza wa Jalla. Jika engkau memberikan makananmu kepada orang munafik yang riya serta durhaka, kemudian engkau membantunya dalam urusan dunia, berarti engkau akan bersama dia dalam apa yang dia kerjakan, dan tidak dikurangi sedikit pun dari siksaannya. Sebab, engkau telah menolongnya dalam mendurhakai Allah Azza wa Jalla, sehingga keburukannya akan dikembalikan kepada dirimu. Kepada orang-orang bodoh, hendaklah engkau mempelajari ilmu. Sebab, tidak ada kebaikan dalam ibadah tanpa ilmu; juga tidak ada kebaikan dalam keyakinan tanpa ilmu. Oleh karena itu, belajarlah dan beramallah. Dengan berlaku seperti itu, engkau akan beruntung di dunia dan di akhirat. Jika engkau tidak bersikap sabar dalam mencari dan mendapatkan ilmu serta mengamalkannya, bagaimana mungkin engkau akan beruntung? Sebab, jika engkau memberikan ilmu, maka sebagian dari ilmu itu akan membalas pemberianmu. Ada yang bertanya kepada seorang ulama, “Dengan apakah engkau memperoleh seluruh ilmumu?” Lalu dijawab, “Dengan giatnya gagak, sabarnya unta, tamaknya babi, dan setianya anjing. Aku bergegas pergi menuju pintu ulama bagikan bergegasnya burung gagak pergi terbang. Aku sabar terhadap beban mereka bagaikan sabarnya unta dalam memikul beban. Aku tamak dalam mencari ilmu bagaikan tamaknya babi atas makanannya. Aku juga setia kepada mereka bagaikan setianya anjing di pintu pemiliknya hingga diberi makanan.” Oleh karena itu, wahai para pencari ilmu, hendaklah engkau semua mendengarkan ucapan orang alim ini dan amalkanlah jika engkau menginginkan ilmu dan ingin beruntung. Sebab, ilmu itu ibarat kehidupan dan kebodohan bagaikan kematian. Oleh karena itu, orang alim yang mengamalkan ilmunya, ikhlas dalam amalnya, dan saba dalam mengajarkannya untuk hak Allah Azza wa Jalla, baginya seakan tidak ada kematian. Sebab, jika dia wafat, dia mencapai Allah dan kehidupannya berlangsung terus bersama-Nya. Ya Allah, berilah kami ilmu dan berilah keikhlasan dalam amal. [] (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Mengutamakan Akhirat daripada Dunia

Utamakanlah akhirat daripada dunia. Dengan itu, engkau akan meraih dua keuntungan sekaligus (dunia dan akhirat). Sementara apabila engkau mengutamakan dunia daripada akhirat, keduanya akan mendatangkan kerugian berupa siksaan bagimu. Oleh karena itu, bagaimana mungkin engkau disibukkan oleh perkara-perkara yang tidak pernah diperintahkan kepadamu? Apabila engkau tidak disibukkan oleh urusan dunia, Allah akan menguatkanmu dengan pertolongan-Nya atas segenap urusan dunia, dan melimpahkan kepadamu taufik pada saat engkau mengambil bagian dari dunia ini. Dengan demikian, engkau pasti mengambil sesuatu dari dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya dan mendapatkan berkah di dalamnya. Seorang mukmin bekerja untuk dunia dan akhiratnya. Dia bekerja untuk kehidupan dunia sekadar untuk memenuhi kebutuhannya saja. Dia bersikap qana’ah terhadap dunia sebagaimana bekal yang dibawa oleh orang yang bepergian. Tidak banyak dunia yang ingin dia peroleh. Seorang yang bodoh, seluruh energi hidupnya ditujukan semata-mata demi memperoleh keduniaan. Sedangkan seorang ‘arif, seluruh semangat hidupnya dikerahkan semata-mata demi meraih akhirat, kemudian (rahmat) Allah SWT. Apabila engkau mendapatkan kelezatan dunia ini, sementara dirimu mendekati sakaratul maut, dan engkau malah memenuhi berbagai keinginan syahwat, maka pada saat demikian, perhatikanlah orang yang mampu mengatasi kelemahannya. Sesungguhnya tidak ada keuntungan bagimu hingga engkau membenci dirimu sendiri dan memeranginya di sisi Allah SWT. Para shiddiqun itu saling mengenal satu sama lain. Setiap orang dari mereka merasakan adanya penerimaan dan kejujuran dari rekannya. Hendaklah orang yang berpaling dari Allah dan dari hamba-hamba-Nya yang jujur (shiddiqun), orang-orang yang bergegas menuju makhluk dan bergabung dengan mereka menyadari, sampai kapan kalian menaruh perhatian kepada mereka? Apakah mereka memberikan manfaat kepadamu? Padahal, bukanlah di tangan mereka kemaslahatan maupun kemadaratan; bukan pula di tangan mereka pemberian dan penolakan. Tidak ada bedanya antara mereka dan seluruh materi yang berkaitan dengan kemaslahatan atau kemudaratan. Tuhan itu satu; Pemberi kemadaratan dan kemaslahatan; Yang menciptakan gerak dan diam; Yang berkuasa; Yang memaksa; Pemberi dan Penolak rezeki; Pencipta dan Pemberi rezeki, yakni Allah SWT. Dialah Tuhan Yang Mahaqadim, Mahaazali, dan Mahaabadi. Dia ada sebelum makhluk-Nya; sebelum bapak dan ibumu; serta sebelum orang-orang kaya di antaramu. Dia adalah pencipta langit dan bumi; Pencipta segala sesuatu yang ada di langit dan bumi maupun di antara keduanya. Allah SWT berfirman: Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan diri-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat (QS 42: 11) Sebagai makhluk Allah, hendaklah engkau menyesali diri jika tidak mengenal Pencipta dengan makrifat yang benar? Apabila aku diberi kekuasaan di sisi Allah pada Hari Kiamat, tentu aku akan menanggung bebanmu, dari awal hingga akhir. Hendaklah orang yang membaca sudi membacakan untukku salah satu di luar penghuni langit dan bumi. Setiap orang yang mengamalkan suatu amalan, akan ada diantara dirinya dengan Allah suatu pintu tempat masuk hatinya kepada-Nya. Sementara engkau, sebagai orang alim, sibuk dengan berbagai desas-desus dan kabar burung, serta lebih suka mengumpulkan harta ketimbang beramal dengan ilmumu. Padahal, ilmu yang kau miliki hanyalah bentuk tanpa makna. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi salah seorang hamba-Nya, Dia akan mengejarinya dengan mengilhamkan kepadanya amal dan keikhlasan. Kepada-Nya dia merendahkan diri, Kepada-Nya dia ber-taqarrub, dan dia mengetahui-Nya dengan matahati. Berbagai rahasia dipilihkan untuknya, tidak untuk selain dirinya. Allah telah memilih dirinya sebagaimana Dia telah memilih Musa a.s. Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku telah memilihmu untuk Diri-Ku (QS 20: 41) Artinya, Allah memilihnya tidak untuk selain Diri-Nya; tidak untuk syahwat, kesenangan ataupun hal-hal yang sia-sia; tidak untuk langit ataupun bumi; tidak untuk surga ataupun neraka; juga tidak untuk kepemilikan ataupun kehancuran. Tidak ada satu pun yang membatasi dirinya dari Allah. Tidak ada sesuatu pun yang menyibukkan dirinya selain Allah. Tidak ada gambaran apapun yang membatasi dirinya dari Allah. Tidak ada satu pun makhluk yang menghalangi dirinya dari Allah. Juga tidak ada keinginan apapun yang membuat dirinya merasa cukup selain dengan anugerah Allah SWT. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah dengan cara melakukan kemaksiatan. Akan tetapi, bersihkanlah najis pada baju agamamu dengan air tobat serta keteguhan dan keikhlasan di dalamnya. Hiasilah baju agamamu dan lekatkan wewangian padanya dengan makrifat kepada-Nya. Hati-hatilah terhadap tempat tinggalmu. Sebab, betapapun engkau berpaling, maka binatang-binatang berbahaya akan ada di sekitarmu, dan berbagai penderitaan mendatangimu. Karena itu, beralihlah darinya dan kembali menuju Allah SWT dengan hatimu. Janganlah makan dengn rakus serta penuh nafsu dan syahwat. Janganlah makan kecuali dengan dua saksi yang adil, yaitu Kitabullah dan Sunnah; kemudian cari dua saksi lain, yaitu hatimu dan perlakuan Allah. Apabila Kitab dan Sunnah serta hatimu telah mengizinkannya, hendaklah memperhatikan yang selanjutnya, yakni perlakuan Allah pada dirimu. Janganlah seperti seorang pengumpul kayu bakar di malam hari; dia mengumpulkan kayu bakar tetapi tidak mengetahui apa yang ada di tangannya. Pencipta dan yang diciptakan adalah sesuatu yang tidak datang melalui khayalan, angan-angan, kepura-puraan, atau perilaku yang dibuat-buat. Akan tetapi, ia adalah sesuatu yang menetap di dalam hati yang dibenarkan oleh amal perbuatan; artinya dia melakukan amal perbuatan yang dengan perbuatan itu menetaplah wajah Allah SWT. Kesejahteraan terletak pada upaya meninggalkan keinginan untuk mencari kesejahteraan. Kekayaan itu terletak pada upaya meninggalkan keinginan untuk mencari kekayaan. Obat terletak pada upaya meninggalkan keinginan untuk mencari obat. Setiap obat ada dalam sikap berserah diri kepada Allah, memutuskan kebergantungan kepada makhluk, menanggalkan tuhan-tuhan selain Allah dari hatimu. Obat itu terletak pada sikap mengesakan Allah dengan hati, bukan dengan lisan semata. Tauhid dan zuhud tidak terdapat pada jasad dan lisan. Tauhid dan zuhud tempatnya di dalam hati; ilmu tentang Allah tempatnya dalam hati; cinta kepada Allah tempatnya dalam hati; dan taqarrub kepada-Nya juga tempatnya di dalam hati. Oleh karena itu, jadilah orang yang berakal; jangan bersikap keterlaluan, main-main dan berpura-pura. Sebab, engkau tampak sebagai orang yang keterlaluan, main-main, berpura-pura, berdusta, riya dan munafik. Setiap gairahmu senantiasa menarik perhatian orang kepadamu. Bukankah engkau tahu bahwa setiap hatimu melangkah satu langkah menuju makhluk, sejauh itu pula menjauh dari Allah? Engkau mengklaim bahwa engkau pencari rahmat Allah, padahal engkau adalah pencari karunia makhluk. Engkau seperti orang yang berkata bahwa dia ingin pergi ke Mekkah, tetapi berjalan menuju Khurasan, sehingga tentu saja semakin jauh dari Mekkah. Engkau mengklaim bahwa makhluk telah dikeluarkan dari dalam hatimu, tetapi engkau masih takut kepada mereka dan masih berharap kepada mereka. Lahiriahmu zuhud, tetapi batiniahmu penuh keinginan. Lahiriahmu mengharap Allah, tetapi batiniahmu berharap kepada makhluk. Perkara ini tidak cukup didekati dengan getaran lisan semata. Keadaan ini menafikan di dalamnya makhluk, dunia, akhirat, dan sesuatu selain Diri-Nya. Pendek kata, Dia adalah Satu dan tidak menerima kecuali Satu; Dia adalah Tunggal dan tidak menerima persekutuan. Dialah yang mengatur urusanmu dan menerima apa yang dikatakan kepadamu. Sebaliknya, makhluk itu lemah, mereka tidak bisa memberi kemudaratan atau kemanfaatan kepadamu. Allah-lah Yang melakukan semua melalui tangan mereka. Perlakuan-Nya menimpamu dan mereka. Pena Allah bergerak sesuai dengan ilmu-Nya dalam menggariskan anugerah untukmu ataupun bencana yang menimpamu. Orang-orang yang bertauhid dan salih adalah hujjah Allah atas seluruh makhluk. Di antara mereka ada yang tidak mengenakan pakaian dunia, baik lahir maupun batinnya. Ada juga yang tidak mengenakan pakaian dunia dari segi batinnya saja. Allah tidak melihat di dalam batin mereka sesuatu pun dari dunia ini. Itulah hati yang disucikan. Siapa saja yang mau melakukan hal demikian, Allah akan memberinya kekuasaan atas makhluk. Dia adalah seorang pemberani sekaligus panglima. Sebab, orang yang benar-benar berani hakikatnya adalah orang yang menyucikan kalbunya dari segara sesuatu selain Allah. Dia berdiri di pintu-Nya dengan pedang tauhid dan alat pemukul syariat. Tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang masuk ke dalam hatinya. Hatinya menyatu dengan Allah, Zat Yang membolak-balikkan hati (qalbi). Syariat itu membina aspek lahiriah, sementara tauhid dan makrifat membina asoek batiniah. Seiring engkau mengatakan ini haram, tetapi engkau melakukannya. Engkau mengatakan itu halal, tetapi tidak melakukan dan memanfaatkannya. Engkau terjebak dalam sikap pura-pura. Padahal, Nabi saw. bersabda, “Ada satu kecelakaan bagi orang bodoh dan tujuh kecelakaan bagi orang yang berilmu.” Satu kecelakaan bagi orang bodoh; mengapa dia sampai tidak tahu? Tujuh kecelakaan bagi orang berilmu karena dia tahu tetapi tidak melakukannya. Pada saat itu, diangkatlah darinya berkah ilmu. Tinggallah pada dirinya dakwaan ilmu. Oleh karena itu, ketahuilah hal ini, lalu amalkanlah. Kemudian, hendaklah engkau menyendiri di dalam khalwat dengan meninggalkan makhluk dan menyibukkan diri dengan mahabbah kepada Allah. Apabila benar kesendirian dan cintamu kepada-Nya, pasti Dia akan mendekatkanmu kepada-Nya, merendahkan dirimu di hadapan-Nya dan menyatukanmu dengan-Nya. Kemudian jika Dia menghendaki, Dia dapat saja membuatmu termasyhur dan menonjol di tengah-tengah manusia, serta memenuhi segala hak-hak dirimu. Hak-hakmu terpenuhi tanpa kesialan diri, tabiat, dan hawa nafsu. Dia memenuhi bagianmu agar tidak merusak undang-undang pengetahuan-Nya tentang dirimu. Hak-hakmu terpenuhi sementara hatimu tetap bersama Allah SWT. Engkau seharusnya mendengar dan beramal bersama Allah dan para wali-Nya. Allah-lah Yang Haq, sementara yang batil adalah engkau sebagai makhluk. Allah ada di dalam hati, nurani dan pemahaman. Sementara kebatilan ada di dalam diri, hawa nafsu, tabiat, adat, dunia dan segala sesuatu selain Diri-Nya. Hati tidak akan berbahagia kecuali dengan senantiasa terikat dengan kedekatan kepada Allah Yang Maha-qadim, Mahaazali, Mahateguh, dan Mahaabadi. Orang munafik seharusnya tidak bersaing, sebab apa yang kau miliki adalah lebih baik bagimu dari semua itu. Engkau adalah hamba roti dan kembang gula, hamba baju dan kuda, serta hamba kekuasaanmu. Sementara, hati yang lurus akan senantiasa berjalan dari kedudukannya sebagai makhluk menuju Khalik. Ulama yang beramal adalah para pengganti generasi salah ash-shalih. Mereka adalah para pewaris Nabi dan yang tersisa dari generasi setelahnya. Mereka dimuliakan di hadapan para nabi. Mereka diperintah dengan dua perkara (halal-haram) dan dicegah dari kehancurannya. Mereka akan dikumpulkan pada Hari Kiamat bersama para nabi dan akan dicukupkan bagi mereka pahala dari Allah. Sementara itu, Allah SWT memisalkan orang yang berilmu tanpa amal sebagai keledai. Firman-Nya: Seperti keledai yang memuat kitab-kitab (QS 62: 5) Apakah bermanfaat keledai memikul buku-buku? Tidak ada apapun pada dirinya selain rasa letih dan lelah. Padahal, siapa saja yang bertambah ilmunya, selayaknya bertambah rasa takut dan ketaatannya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, hendaklah orang yang mengklaim sebagai orang yang berilmu bertanya, apakah tangisnya karena takut kepada Allah? Mana kewaspadaan dan rasa takutmu? Mana pengakuan atas dosa-dosamu? Mana pendisiplinanmu terhadap hawa nafsumu? Mana pula mujahadah dan permusuhanmu terhadapnya karena Allah? Hasratmu hanya pada pakaian, sorban, makanan, pernikahan, lantai, tempat duduk, serta duduk-duduk bersama makhluk dan berkasih-kasihan dengan mereka. Singkirkanlah hasratmu terhadap semua itu. Sebab, jika memang engkau memiliki hak di dalamnya, pasti ia akan datang kepadamu pada waktunya, sementara hatimu akan merasa tentram dari kesalnya menunggu dan beban keinginan, serta engkau teguh bersama Allah SWT. Tidak ada dalam dirimu rasa kesal terhadap sesuatu yang ditunggu. Khalwatmu rusak selama tidak kau perbaiki, dan ternoda selama tidak kau bersihkan. Karena itu, beramallah dengan hatimu, selama tauhid dan keikhlasan ada di dalamnya. Jangan tidur, berpaling, lupa, bersikap masa bodoh. Serta meninggalkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Ya Allah, limpahkanlah kepada kami kebaikan dunia dan akhirat, serta jauhkanlah kami dari api neraka. [] (Abdul Qadir Jailani. Percikan Cahaya Ilahi)

Kumpulan Hadits Tentang Akhirat

Syarah Mukhtaarul Ahaadits Sayyid Ahmad Al-Hasyimi Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008 Ya Allah, tiada kehidupan (yang sesungguhnya) kecuali kehidupan di akhirat (Riwayat Bukhari) 482. Pelan-pelan dalam segala sesuatu adalah hal yang baik terkecuali dalam amal akhirat. (Riwayat Abu Daud) 498. Ada tiga macam orang yang berbincang-bincang di bawah naungan ‘Arsy dengan penuh rasa aman, sedangkan pada saat itu manusia berada dalam penghisaban, yaitu: seseorang yang tidak takut akan celaan orang yang mencela demi melaksanakan perintah Allah; seseorang yang tidak pernah memanjangkan tangannya kepada barang yang diharamkan oleh Allah atas dirinya; seseorang yang tidak pernah memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah baginya. (Riwayat al Ashbahani) 1013. Malam dan siang adalah dua kendaraan, karena itu naikilah keduanya sebagai sarana untuk menuju ke akhirat. (Riwayat Ibnu ‘Addi) 1273. Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya (kelak di akhirat) (Riwayat Syaikhan melalui sahabat Ibnu Mas’ud ra)