Orang Mukmin itu terasing di
dunia. Sementara orang zuhud terasing di akhirat. Orang makrifat terasing dalam hal selain Allah. Sementara orang
Mukmin terpenjara di dunia walaupun dia mendapat rezeki yang banyak dan tempat
yang luas. Penghuni dunia berubah dalam harta dan keagungannya. Mereka senang
dan tertawa di sekeliling dunia padahal mereka berada dalam penjara batin.
Kegembiraannya nampak pada wajahnya, dan kesedihan ada dalam hatinya. Dia
mengenal dunia sehingga dia menceraikan dengan hatinya terlebih dahulu, dengan
talak satu, karena dia takut akan membalikkan segala sesuatu. Pada saat dia
seperti itulah maka akhirat akan membukakan pintunya. Kemudian dia mendatangkan
kelembutan dan kebaikan akhirat sehingga orang mukmin meninggalkan dunia dengan
talak yang lain. Kemudian datanglah yang lainnya dan merangkulnya sehingga dia
meninggalkan dunia dengan talak tiga, sementara dia tetap bersama akhirat. Pada
saat dia bersama akhirat, tiba-tiba cahaya Allah Azza wa Jalla gemerlap menerangi
sehingga dia meninggalkan akhirat. Dunia berkata kepadanya, “Mengapa engkau
meninggalkan saya?”
Dia menjawab, “Aku melihat yang
lebih baik darimu.”
Sementara akhirat bertanya
kepadanya, “Mengapa engkau meninggalkan saya?”
Dia menjawab, “Sebab kamu
dijadikan dan dibentuk. Dan kamu bukan Dia. Jadi, bagaimana mungkin saya tidak
meninggalkanmu?”
Dengan demikian, pada saat itu
nampaklah dengan jelas makrifatnya kepada Tuhannya Azza wa Jalla, sehingga dia
terbebas dari yang selain Dia dan menjadi orang asing di dunia dan akhirat.
Pada saat itu, hilanglah segalanya dan terhapuslah segalanya, sehingga
datanglah dunia untuk melayaninya. Para
pelayannya melihat keluarganya berdiri dengan maksud beramal sambil
menanggalkan perhiasan dunia yang tampak di hadapan anak-anaknya. Sesungguhnya
hal itu dibuat seperti itu agar dia tidak berpaling kepada dunia. Seorang ratu,
jika dia mencintai seseorang maka dia akan menghabiskan pemberiannya kepada
orang itu daripada kepada orang-orang lemah dan budak-budak negro karena dia
lebih memperhatikan orang itu dan merasa cemburu kepadanya.
Oleh karena itu, hendaklah engkau
menghadap kepada Tuhanmu secara menyeluruh. Tinggalkanlah hari esok menuju arah
kemarin agar hri esok datang dan engkau sudah mati.
Kepada orang kaya, hendaklah
engkau tidak menyibukkan diri dengan kekayaanmu sebab hari esok akan datang dan
engkau menjadi fakir. Hendaklah engkau tidak bersama sesuatu tetapi jadilah
bersama Sang Pencipta segala sesuatu. Sebab, Dia adalah Zat yang tidak
diserupai oleh sesuatu pun. Janganlah engkau merasa tenang kepada yang selain
Dia.
Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada ketenangan bagi seorang mukmin
selain bertemu dengan Tuhannya.”
Apabila telah runtuh apa yang
menghalangi antara dirimu dan makhluk serta engkau menjadi hidup, begitu pula
apa yang ada di antara dirimu dengan Tuhan, maka sungguh Dia telah memilih
bagimu. Oleh karena itu, janganlah engkau membenci pilihan-Nya. Barangsiapa
yang sabar bersama Allah Azza wa Jalla, niscaya dia akan melihat kelembutan-Nya
yang mengagumkan. Barangsiapa yang
sabar atas kefakiran maka akan datang kekayaan kepadanya. Perkara yang paling
banyak menjadikan kenabian adalah pengurusan perbudakan dan pengasingan. Pada
saat seorang hamba merasa terhina maka Dia akan memuliakannya. Pada saat hamba
rendah hati maka Dia akan meninggikannya. Dialah yang memuliakan, Dia Yang
menghinakan, meninggikan, merendahkan, memberi taufik, dan melimpahkan
kemudahan. Tanpa semua itu, kita tidak akan mengenal-Nya.
Kepada orang yang ujub dengan
amalnya, betapa bodohnya engkau? Jika tidak ada taufik dari-Nya maka engkau
tidak akan menunaikan shalat, puasa, dan bersikap sabar. Engkau seharusnya berada di tempat sykur, bukan di
tempat ujub. Kebanyakan hamba merasa ujub dengan ibadah dan amalnya. Mereka
mencari pujian dan sanjungan dari makhluk. Mereka merasa senang karena dunia
dan pemiliknya berpihak kepada mereka. Penyebab itu semua adalah keberadaan
mereka bersama hawa nafsunya. Dunialah yang dicintai oleh hawa nafsu mereka. Sedangkan
yang lainnya dicintai oleh hati, dan Allah Azza wa Jalla dicintai oleh batin.
Sesungguhnya hukum yang dibuat mengarah kepada hatimu setelah ditetapkan
hukuman karena hukumlah yang memenuhi urusan ini. Oleh karena itu, barangsiapa
yang mengakui sesuatu tanpa berdasarkan hukum maka dia telah berdusta. Sebab,
setiap hakikat yang tidak disaksikan syariat, berarti zindik.
Hendaklah engkau terbang menuju
Allah Azza wa Jalla dengan dua sayap, Alquran dan Sunnah. Masuklah kepada-Nya
dengan tanganmu berpegang pada tangan Rasulullah saw. Jadikanlah beliau sebagai
teladan dan gurumu. Biarkanlah tangannya yang agung menghiasimu, menyisir
jasadmu, dan memalingkanmu kepada-Nya. Beliaulah hakim di antara ruh, yang
mengurus setiap orang yang berkehendak, yang menentukan baik dan buruk,
pemimpin orang-orang shalih, serta yang membagi keadaan dan kedudukan di antara
mereka. Sebab, Allah Azza wa Jalla telah memasrahkan semua hal itu kepada
beliau. Dia menjadikannya pemimpin bagi semua umatnya. Suatu penganugerahan
jika keluar dari raja untuk tentaranya, sesungguhnya diberikan atas kekuasaan
pemimpinnya. Tauhid adalah ibadah, sedangkan bersekutu dengan makhluk adalah
adat atau kebiasaan. Oleh karena
itu, tetaplah berada dalam ibadah, dan tinggalkanlah adat. Apabila engkau
bertentangan dengan ibadah, berarti engkau bertentangan dalam hak-hakmu dengan
adat; kecuali jika Allah mengubahmu. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka
sendiri (QS 13:11)
Hendaklah engkau mengeluarkan hawa nafsumu dan makhluk dari dalam hatimu.
Lalu penuhilah hatimu dengan apa yang tersimpan pada keduanya sehingga
keadaannya kembali kepadamu. Hal ini tak akan datang dengan puasa di siang hari
dan bangun di malam hari, tetapi dengan sucinya hati dan bersihnya batin.
Sebagian ulama berkata, “Puasa dan bangun malam adalah ibarat cuka dan
sayur dalam suatu hidangan. Makanan selain hidangan itu hanyalah sebagai
pelengkap. Keduanya merupakan makanan utama. Kemudian datang setelah itu
berbagai makanan. Kemudian makan, dan mencuci tangan. Setelah itu datang
menemui Allah Azza wa Jalla. Kemudian yang dilakukan adalah penganugerahan,
pemutusan, pengaturan, penggantian, penyerahan negara dan pencabutannya.
Apabila hati seorang hamba telah baik terhadap Allah Azza wa Jalla dan menetap
di dekat-Nya maka Dia akan memberikan kerajaan dan pemerintahan di seluruh
pelosok bumi. Dia akan menyerahkan kepadanya penyebaran da’wah kepada makhluk
dan sabar atas hinaan mereka. Dia memasrahkan kepadanya semua perubahan
yang batil dan penegakkan yang hak. Dia telah memberikan semua itu dan
mencukupkannya. Sebab, apabila Dia memberi, tentu Dia akan mencukupinya. Allah
Azza wa Jalla memenuhi perutnya dengan hikmah. Dia sungguh telah menciptakan
dari celah-celah bumi hati hamba-hamba-Nya yang salih dan baik kepada-Nya. Dia
menciptakan hamba-hamba-Nya yang makrifat kepada-Nya, sebagai sungai hukum yang
muncul dari lembah ilmu-Nya. Dari samping ‘Arasy dan Lauh-Nya berjalan sampai
ke tanah-tanah hati yang mati yang tidak mengenal-Nya dan berpaling dari-Nya.”
Wahai anakku, hendaklah engkau
menyadari bahwa memakan makanan yang haram akan mematikan hatimu, sementara
memakan makanan yang halal akan menghidupkannya. Satu suap makanan tersebut
akan menyinari hatimu, sementara satu suap yang lain akan menggelapkannya. Satu
suap akan menyibukkanmu dengan urusan dunia, sementara satu suap yang lain akan
menjadikanmu mencintai Pencipta keduanya. Makanan haram dapat menyibukkanmu
dengan dunia dan menyukai kemaksiatan. Sementara makanan halal dapat
menyibukkanmu dengan akhirat dan mencintai ketaatan. Makanan halal akan
mendekatkan hatimu kepada Tuhan. Makanan tersebut tidak kau ketahui kecuali
dengan makrifat kepada Allah Azza wa Jalla. Sementara makrifat kepada-Nya
sesungguhnya terdapat dalam hati dan bukan dalam tulisan. Makrifat itu berasal
dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya. Sesungguhnya hasil dari makrifat kepada Allah
adalah setelah mengamalkan hukum-hukum-Nya; setelah mempercayai-Nya dan berlaku
jujur; setelah mengesakan Allah dan mempercayai-Nya; dan setelah mengeluarkan
makhluk dari dalam hatinya secara keseluruhan. Bagaimana mungkin engkau bisa
bermakrifat kepada Allah padahal engkau tidak mengenal apa pun kecuali apa yang
kau makan, kau minum, kau pakai, dan yang kau nikahi? Engkau tidak memperhatikan
dari berbagai segi. Tidakkah engkau mendengar sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang tidak memperhatikan dari
mana asal makanan dan minumannya, niscaya Allah tidak akan memperhatikan dari
pintu neraka mana Dia memasukkannya.”
Hendaklah engkau tidak memperhatikan semua perkara dan tidak menyebut hanya
satu perkara. Hendaklah engkau tidak disibukkan oleh suatu perkara dan
janganlah terikat oleh makhluk. Hanya saja engkau berbicara kepada mereka atas
apa yang mereka pikirkan. Engkau bersedekah dengan berkeliling kepada mereka.
Engkau mengamalkan sabda Nabi saw,
“Berkeliling kepada manusia merupakan sedekah.”
Engkau memberi mereka dari pemberian Allah. Engkau memuliakan mereka dari
kemuliaan-Nya kepadamu. Engkau bersikap ramah, sayang, dan lembut kepada
mereka. Jika demikian keadaannya, akhlakmu akan berasal dari akhlak Allah Azza
wa Jalla dan perbuatanmu selalu berdasarkan perintah-Nya.
Ingatlah bahwa pemimpin itu ada dua macam: pemimpin hukum dan pemimpin
ilmu. Pemimpin dari makhluk menunjukkanmu kepada pintu yang dekat kepada Allah
Azza wa Jalla. Dua pintu yang harus engkau masuki adalah pintu makhluk dan
pintu Khalik; pintu dunia dan pintu akhirat. Salah satunya mengikuti yang lain.
Pertama pintu makhluk dan yang kedua pintu Allah Azza wa Jalla. Engkau tidak
akan melihat pintu akhir sebelum melewati pintu awal. Oleh karena itu,
hendaklah engkau menyingkirkan dunia dengan hatimu sehingga engkau masuk menuju
akhirat. Layanilah pemimpin hukum sehingga dia memasukkanmu kepada pimpinan
ilmu. Keluarlah dari makhluk sehingga engkau akan mengenal Allah Azza wa Jalla.
Makrifat merupakan suatu tahapan yang terdiri dari beberapa tingkatan.
Keduanya berlawanan dan tidak berkumpul. Perkara ini saling berlawanan sehingga
janganlah engkau mencari penyatuan dari keduanya. Hendaklah engkau mengosongkan
hatimu yang merupakan rumah Allah Azza wa Jalla. Hendaklah engkau meninggalkan
yang selain Dia dalam hatimu. Apabila malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu
rumah yang ada gambar di dalamnya, lalu bagaimana Allah Azza wa Jalla masuk ke
dalam hatimu, padahal dalam hatimu ada gambar dan berhala? Sebab, segala
sesuatu selain Dia adalah berhala. Oleh karena itu, hendaklah engkau
menghancurkan berhala itu dan bersihkanlah rumah tersebut, niscaya engkau akan
melihat penghuninya hadir di dalamnya, engkau akan melihat keajaiban yang belum
pernah engkau lihat sebelumnya.
Ya Allah, berilah kami
taufik agar Engkau meridhai kami.
Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan di akhirat,
dan peliharalah kami dari
siksa api neraka.[]
(Syaikh Abdul Qadir Jailani)
No comments:
Post a Comment