Sibukkan dirimu dalam memperbaiki
diri dan kebajikanmu. Tinggalkanlah
omongan orang dan kegilaan terhadap dunia. Bebaskan hatimu dari kekhawatiran
akan dunia semampumu. Nabi saw. bersabda, “Bebaskan
hatimu dari kekhawatiran akan dunia semampumu.”
Wahai engkau yang tidak mengenal masalah dunia, sadarlah bahwa seandainya
engkau mengenal betul masalah dunia, tentu engkau tidak akan mencarinya.
Apabila dunia mendatangimu, pasti dia akan membuatmu lelah. Apabila engkau
telah makrifat kepada Allah, tentu engkau akan mengenal yang selain-Nya. Akan
tetapi, engkau tidak mengenal Allah, para rasul, para nabi, dan para wali-Nya.
Engkau bisa celaka. Apabila engkau tidak mengambil pelajaran dari apa-apa
yang telah terjadi pada makhluk terdahulu di dunia ini? Carilah sesuatu yang
bersih dari urusan dunia. Tinggalkan pakaian duniawi dan hindarilah. Lepaskan
pakaian nafsumu dan berjalanlah menuju pintu Allah. Apabila engkau telah
melepaskan pakaian nafsu dari dirimu, berarti engkau benar-benar terlepas dari
yang selain Allah Azza wa Jalla. Apabila sesuatu selain Allah masih
mengikutimu, tolaklah dari dirimu. Dengan begitu, niscaya engkau akan melihat
Allah.
Berserah dirilah senantiasa
kepada Allah agar engkau selamat. Berjuanglah untuk-Nya agar engkau mendapat
petunjuk. Bersyukurlah kepada-Nya agar Dia menambah nikmat untukmu. Serahkanlah
dirimu dan orang lain kepada-Nya. Janganlah membantah-Nya untuk dirimu maupun
untuk orang lain. Para wali Allah tidak
menginginkan suatu kehendak selain kehendak Allah. Mereka pun tidak mengajukan
suatu pilihan selain pilihan Allah. Mereka tidak berambisi mencari bagian
duniawinya. Mereka tidak memandang bagian orang lain. Apabila ingin bersahabat
dengan para wali Allah di dunia dan di akhirat, sesuaikan dirimu dengan mereka
dalam ucapan, perbuatan, dan keinginan mereka. Saya melihatmu benar-benar berlawanan dengan mereka. Engkau benar-benar
telah berperilaku yang bertentangan dengan mereka sebagai hasil ketekunanmu
pada malam dan siang hari. Wali Allah berkata kepadamu, “kerjakanlah,” tetapi
engkau tidak mengerjakannya, seolah-olah Dia sebagai hamba dan engkau yang
disembah. Maha Suci Allah, alangkah Maha Pemurah Dia. Seandainya Dia
tidak Pemurah, niscaya engkau akan melihat yang sebaliknya ada pada dirimu.
Apabila engkau ingin berbahagia,
diamlah di hadapan-Nya. Diamnya lahir batin di hadapan saya adalah perilaku
buruk. Jika saya membiarkannya, itu hanyalah karena keringanan saja.
Laksanakanlah perintah-Nya, jauhi larangan-Nya, terimalah takdir-Nya, serta
hindarilah membicarakan lahir dan batinmu di hadapan-Nya. Dengan itu, niscaya engkau akan melihat kebaikan
di dunia dan di akhirat.
Janganlah meminta sesuatu kepada
makhluk, karena mereka lemah serta fakir. Mereka tidak dapat memberi mudarat
atau manfaat bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang lain. Bersabarlah bersama
Allah. Jangan menuntut secara tergesa-gesa kepada-Nya; Jangan menyangka kikir
kepada-Nya; dan jangan pula berburuk sangka kepada-Nya. Sebab, Dia lebih sayang
kepadamu dibanding dirimu sendiri. Oleh karena itu, sebagian wali Allah
mengatakan, “Apakah perananku bagi diriku sendiri?”
Sesuaikanlah dirimu senantiasa
dengan kehendak Allah Azza wa Jalla, karena Dia lebih mengetahui dirimu
dibanding engkau sendiri. Tidaklah
setiap yang kau anggap baik akan diberikan Allah kepada dirimu. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
Mungkin kalian membenci sesuatu, padahal sangat baik bagi kalian.
Mungkin kalian menyukai sesuatu, padahal amat buruk bagi kalian.
Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.
(QS 2: 216)
Allah menciptakan apa yang
kalian tidak mengetahuinya.
(QS 16:8)
Tidaklah kalian diberi
pengetahuan melainkan hanya sedikit.
(QS 17: 85)
Barangsiapa yang ingin menempuh jalan Allah, perbaikilah nafsunya terlebih
dahulu sebelum menempuh jalan tersebut. Nafsu membuat perilakumu menjadi buruk,
karena nafsu mengajak kepada keburukan. Apakah yang kau lakukan di sisi Allah?
Bagaimanakah perjalananmu menuju-Nya? Perangilah nafsumu sehingga kau menjadi
tenteram. Apabila dirimu telah tenteram, ajaklah nafsu itu bersama dirimu
menuju ke pintu-Nya. Janganlah mengikuti nafsu kecuali setelah melakukan riyadhoh (latihan), ta’lim (pengajaran), beradab baik, serta merasa tenteram terhadap
janji Allah ataupun ancaman-Nya. Nafsu itu buta, tuli, gila, serta tidak
mengenal Tuhannya; bahkan memusuhi-Nya. Dengan senantiasa memeranginya maka
akan terbukalah kedua matanya, tertutup mulutnya, telinganya jadi mendengar,
serta hilanglah kegilaan, kebodohan dan permusuhannya kepada Tuhannya. Hal ini
membutuhkan banyak tali pengikat dan sejumlah orang, keberanian, kontinuitas
setiap saat, setiap hari, dan setiap tahun. Semua ini tidak mungkin dicapai
dengan mujahadah sesaat, sehari atau sebulan saja.
Pukullah nafsumu dengan cambuk kelaparan. Jangan memberikan bagiannya dan
menunaikan haknya. Kuasailah nafsu dan janganlah takut terhadap pedang atau
pisaunya. Nafsu sering banyak omong tanpa berbuat, sering berdusta tanpa
kejujuran, suka berjanji tanpa ditepati, tidak punya kasih sayang, serta banyak
melakukan perjalanan tanpa bekal. Iblislah yang menjadi pemimpinnya. Tetapi,
tidak ada kekuatan bagi iblis untuk menghadapi orang-orang mukmin yang benar,
dalam memusuhi dan menentangnya. Lantas bagaimana dengan nafsu?
Janganlah mengira bahwa iblis masuk surga dan mengeluarkan Adam a.s. dari
surga dengan kekuatannya sendiri. Allah-lah yang memberinya kekuatan untuk
melakukan itu dan menjadikannya sebagai penyebab, bukan karena kekuatan iblis.
Wahai engkau yang lemah akal, janganlah menghindar dari jalan Allah Azza wa
Jalla, karena dengan nafsu itu, Allah hendak mengujimu. Allah lebih mengetahui
kemaslahatanmu daripada dirimu sendiri. Tidaklah Allah menguji dirimu melainkan
ada faidah dan hikmahnya. Apabila Dia mengujimu, hendaklah senantiasa tabah.
Ingatlah dosa-dosamu serta perbanyaklah memohon ampun dan taubat. Hendaklah
memohon kepada-Nya kesabaran dan ketabahan atas ujian itu. Tetaplah di sisi-Nya
dan carilah rahmat-Nya senantiasa. Hendaklah memohon kepada-Nya tersingkapnya
hijab di balik ujian itu atas dirimu dan kejelasan aspek kebaikannya.
Apabla ingin meraih kebahagiaan,
hendaklah senantiasa bersahabat dengan syaikh yang memahami hukum-hukum Allah
dan ilmu-Nya; yang mengajar, mendidik, dan mengenalkanmu pada jalan menuju
Allah. Orang yang menghendaki hal itu tentu harus punya seorang penuntun dan
penunjuk arah, karena dia berada di gurun yang penuh kalajengking, ular dan
binatang buas lain yang berbahaya, sehingga dikhawatirkan dia mendapat bahaya.
Adanya penuntun akan menunjukkannya ke suatu tempat yang ada air dan
pohon-pohon yang berbuah. Apabila dia sendirian tanpa seorang penuntun pun,
niscaya dia akan terjerumus ke tempat yang banyak kalajengking, ular, dan
binatang buas lainnya.
Wahai engkau yang bepergian di jalan dunia, janganlah memisahkan diri dari
rombongan, penunjuk jalan dan teman-teman. Kalau terpisah, maka akan hilanglah
harta dan nyawamu.
Sementara engkau yang bepergian di jalan akhirat, hendaklah tetap bersama
seorang penunjuk yang dapat mengantarkanmu ke tujuanmu. Layanilah dia di
perjalanan dan bersikaplah baik kepadanya. Janganlah membantah pendapatnya,
sebab dia akan mengajari dan mendekatkan dirimu kepada-Nya. Setelah itu, di
perjalanan dia akan memintamu menggantikannya karena melihat kepandaian,
kejujuran dan kecerdikanmu. Kemudian dia akan menjadikanmu sebagai pemimpin.
Dia akan memintamu untuk menggantikan posisinya dalam kendaraan. Keadaan itu
akan terus berlangsung pada dirimu sampai dia membawamu kepada Nabi s.a.w.
Selanjutnya dia menyerahkan dirimu kepada beliau sehingga engkau menjadi lebih
dekat. Setelah itu, dia akan memintamu untuk menguasai hati, tingkah laku, dan
jiwa. Dengan itu, engkau menjadi pengembara antara Allah Azza wa Jalla dan
makhluknya serta menjadi pelayan di hadapan Nabi s.a.w. Berkali-kali engkau
akan datang kepada makhluk dan Khalik. Semua itu tidak akan datang dengan
tangan hampa dan angan-angan, tetapi dengan sesuatu yang menghujam di dalam
dada serta dibuktikan dengan amal perbuatan.
Wali Allah sering berperilaku tidak sejalan dengan keluarganya. Dari sejuta
orang, mungkin hanya seorang yang dapat memutuskan nafsu sehingga sejalan dengannya.
Para wali Allah senantiasa mendengarkan firman Allah dengan hati dan jiwa
mereka. Apa yang mereka dengar, mereka realisasikan dengan perbuatan anggota
badannya.
Engkau yang tidak pintar, hendaklah bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla,
kembalilah ke jalan orang-orang yang benar. Ikutilah mereka dalam ucapan dan
perbuatan. Jangan mengikuti jalan orang-orang munafik yang mencari dunia,
berpaling dari akhirat, serta meninggalkan jalan Allah yang telah ditempuh
orang-orang terdahulu. Orang-orang munafik mencari jalan orang-orang yang malas
dan mereka tidak menempuh jalan benar yang merupakan jalan menuju Allah Azza wa
Jalla.
Wahai anakku, ingatlah bahwa mereka inilah orang-orang yang kau jadikan
teman di dunia demi dunia ini, sementara di akhirat kelak, kau tidak akan
melihatnya. Hubunganmu dengan mereka akan terputus. Bagaimana hubunganmu dengan
teman-temanmu yang berakhlak buruk tidak terputus, sedangkan kau bergaul bukan
karena Allah? Apabila memang harus bergaul dengan makhluk, hendaklah bergaul dengan
orang-orang yang suka menjauhi perkara-perkara yang dilarang Allah, yang tidak
cinta akan dunia, yang makrifat pada Allah, serta yang mengamalkan perintah
Allah Azza wa Jalla. Hendaklah bergaul dengan orang-orang yang dapat
menjauhkanmu dari makhluk dan mendekatkanmu kepada Allah Azza wa Jalla; yang
menyelamatkanmu dari kesesatan dan membawamu pada kebaikan; yang bisa menutup
kedua matamu dari pandangan dunia kemudian membukanya untuk akhirat; yang dapat
menghempaskan kedudukan duniawi dari hadapanmu dan menggantikannya dengan
kedudukan akhirat; serta yang dapat menyelamatkan diri dari bahaya ular,
kalajengking, dan binatan buas lainnya, serta menempatkanmu di tempat yang
aman, tenang dan nyaman. Hendaklah bergaul dengan orang yang bersifat seperti itu
dan bersabarlah atas perkataannya. Terimalah perintah dan larangannya, niscaya
akan melihat kebaikan dengan segera. Persiapkanlah diri untuk beramal. Kemudian
apabila Allah telah menetapkan amalmu maka engkau pun akan beramal. Carilah
jalan untuk beramal, bertawakallah dan tetaplah di atas jalan amal. Terjunkan
dirimu ke lautan tawakal sehingga engkau akan menemukan jalan menuju amal dan
mengamalkannya. []
No comments:
Post a Comment