Seorang laki-laki menghadap Nabi Isa as. "Bagaimana seorang hamba dapat betul-betul bertakwa kepada Allah?" tanya laki-laki itu. "Dengan sesuatu yang mudah", jawab Nabi Isa as.
"Kamu mencintai Allah harus benar-benar keluar dari lubuk hatimu, kamu berbuat kebaikan dengan sungguh-sungguh dan dengan seluruh kemampuan yang kamu miliki, serta menyayangi keturunan bangsamu dengan kasih sayang yang tulus"
"Wahai pengajar kebaikan, apa yang dimaksud dengan keturunan bangsaku itu?"
Jawab Nabi Isa as, "Seluruh keturunan Adam. Apapun yang kamu tak sukai jika itu menimpa dirimu janganlah kamu timpakan pada orang lain. Jika kamu melaksanakannya berarti kamu benar-benar bertakwa kepada Allah!"
Friday, July 19, 2013
Wednesday, July 3, 2013
Tidak Berpegang Teguh pada Dunia
Dunia ini sementara sedangkan akhirat adalah kekal. Dunia dibangun
untuk sementara sedang akhirat dibangun untuk kepastian yang kekal. Oleh karena itu, janganlah meninggalkan
amal di tempat yang sementara dan janganlah melemahkan kekuatan amal untuk
tempat yang kekal dan pasti. Beramallah di tempat sementara sesuai dengan
kebutuhannya dan janganlah menganggap kekal semua yang sementara. Janganlah
menjadikan kemampuan sebagai penghalang karena nafsumu, karena nafsu sering
menjadikan faktor kemampuan sebagai alasan sehingga tidak mau beramal.
Menjadikan kemampuan sebagai halangan merupakan dalih orang-orang yang malas.
Halangan karena tidak adanya kemampuan hanya berlaku dalam melaksanakan amal
perbuatan yang bukan perintah dan larangan Allah.
Orang Mukmin tidak akan menaruh kepercayaan pada dunia ini dan juga pada
isinya. Dia akan mengambil bagiannya dari dunia ini, lalu akan menyingkirkan
dengan hatinya untuk menuju Allah Azza wa Jalla. Dia diam disana sehingga dia
menyingkirkan dan merobohkan dunia. Dia memperkenankan hatinya untuk masuk ke
jalan-Nya dengan perantaraan batinnya. Batin membawa hatinya menuju jiwa yang
tenang dan anggota badan yang taat. Pada saat seperti itulah hatinya tidak
bergantung pada keluarganya dan terhalanglah antara dia dan keluarganya. Allah
menyelamatkannya dari kejahatan makhluk dan menjadikan makhluk taat kepadanya.
Allah membuat penghalang antara hatinya dan hati makhluk lainnya; dia tetap
sendiri bersama Allah, seolah-olah makhluk lain tidak diciptakan untuk
berhubungan dengan dirinya; seolah-olah tidak ada makhluk lain bagi Allah kecuali
dirinya. Tuhannya tetap sebagai Pelaku dan dia sebagai obyek. Tuhanlah yang
tetap dia cari dan dia yang mencari-Nya. Tuhannya tetap menjadi Pokok dan dia
sebagai cabang-Nya. Dia tidak mengenal dan tidak melihat selain Tuhannya. Tuhan
mematikan dirinya dari makhluk.
Kemudian bila Dia
menghendaki, Dia membangkitkannya kembali
(QS 80:22)
Allah menciptakan orang Mukmin di atas makhuk-Nya untuk kemaslahatan mereka
dan memberi petunjuk kepada mereka. Orang Mukmin harus sabar terhadap
penganiayaan orang lain demi menggapai keridhaan Allah Azza wa Jalla. Para wali
selalu menjaga hati dan batinnya. Mereka tetap tegak bersama Allah, tidak
bersama selain-Nya. Mereka beramal untuk-Nya, bukan untuk selain-Nya.
Kepada orang Munafik, ingatlah bahwa engkau tidak mempunyai pengetahuan
dari para wali; engkau tidak mempunyai pengetahuan dari keimanan, dan engkau
tidak mempunyai pengetahuan tentang rasa suka kepada Allah. Tidak lama lagi
engkau akan mati dan menyesal setelah mati. Engkau telah merasa puas dengan
fasihnya ucapan padahal hatimu tidak menentu. Keadaan seperti itu tidak berguna
bagimu. Kefasihan itu seharusnya untuk hati, bukan untuk ucapan. Tangisilah
dirimu seribu kali dan tangisilah yang lain sekali saja, terutama engkau yang
telah mati hati, yang jauh dari wali, yang bertolak belakang, dan yang
terhalang dari Allah Azza wa Jalla.
Tuhanku, sesungguhnya aku
bisu, karena itu, berilah kemampuan berbicara,
Sehingga aku berguna bagi
makhluk karena pembicaraanku;
Sempurnakanlah kebaikan bagi
mereka dengan perantaraan tanganku.
Jika tidak, kembalikan aku
kepada kebisuan.
Saya mengajak kalian semua untuk melakukan pembunuhan, yaitu membunuh hawa
nafsu, watak buruk, setan dan dunia. Saya mengajak kalian untuk keluar dari
makhluk dan meninggalkan segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla. Hendaklah
berjuang mencapai keadaan ini, dan janganlah berputus asa, karena Allah, setiap waktu Dia dalam kesibukan (QS
55:29). Maksudnya, Allah senantiasa mencipta, menghidupkan, mematikan,
memelihara, memberi rezeki, dan lain-lain.
Memohonlah kepada Allah menurut ukuran takdir-Nya. Memohonlah kepada-Nya
dari segi kekuasaan-Nya bukan dari segi hikmah-Nya. Memohonlah kepada-Nya
sesuai dengan ilmu-Nya, bukan sesuai dengan ilmumu. Memohonlah kepada-Nya
dengan hati dan batinmu, bukan dengan menggerakkan lidah semata. Berdirilah di
sisi-Nya atas kehancuranmu dalam segala hal. Janganlah menyerahkan aturan
kepada orang-orang bodoh. Barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya, berarti
dia sesungguhnya orang bodoh, meskipun dia dapat menghapal dan mengamalkan
isinya. Mempelajari ilmu tanpa mengamalkannya akan mengembalikanmu kepada
makhluk. Mengamalkan ilmu akan mengembalikanmu kepada Allah; menjauhkanmu dari
kesenangan dunia; membuatmu dapat melihat dengan batinmu; menjauhkanmu dari
kesibukan untuk menghiasi jasad lahiriah dan beralih pada kesibukan untuk
menghiasi batin. Pada saat itulah Allah Azza wa Jalla melindungimu karena
engkau telah bersikap baik kepada-Nya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Dia melindungi orang-orang yang sallih (QS 7:196)
Allah melindungi lahir dan batin
mereka. Allah mengurus lahir mereka dengan kekuasaan hikmah-Nya dan mengurus
batin mereka dengan kekuasaan ilmu-Nya. Dengan itu, mereka tidak takut kepada
selain-Nya. Mereka tidak menaruh harapan kepada selain-Nya. Mereka tidak
mengambil kecuali dari-Nya dan tidak memberi kecuali di jalan-Nya. Mereka
menghindar dari selain-Nya, akrab kepada-Nya, serta diam dengan tenteram
kepada-Nya. Ini akhir zaman, benar-benar telah banyak perubahan. Ini zaman fatrah, zaman kemunafikan merajalela.
Wahai orang Munafik, sadarlah
bahwa kau adalah hamba dunia dan hamba makhluk. Engkau hanya memandang mereka dan beramal untuk mereka; Engkau melupakan
pandangan Allah kepadamu. Engkau tampaknya beramal untuk akhirat, padahal semua
amal dan tujuanmu adalah untuk dunia. Diriwayatkan dari Nabi s.a.w. bahwa
beliau bersabda, “Apabila seorang hamba
menghiasi dirinya dengan amal akhirat, padahal dia tidak menghendaki akhirat
dan tidak mencarinya, niscaya dia akan dilaknat di langit dengan nama dan keturunannya.”
Sesungguhnya saya mengenalmu, sebagai orang Munafik, dengan cara hikmah dan
ilmu, tetapi saya berusaha untuk menutupimu dengan penutup dari Allah.
Ingatlah, engkau akan celaka. Apakah engkau tidak merasa malu? Anggota
badanmu tidak bersih dari dosa dan najis zahir. Engkau mengaku bersih batin dan
bersih hati, padahal tidak. Bagaimana
batinmu? Engkau tidak berlaku baik terhadap makhluk, tetapi engkau mengaku
berlaku baik terhadap Khalik. Gurumu tidak meridhaimu karena kau tidak bersikap
baik kepadanya, padahal engkau menerima perintah darinya dan duduk di majelis
paling depan. Tidak usah banyak bicara, sehingga tauhidmu berdiri tegak di atas
kakinya dan tetap teguh di sisi Allah. Engkau menetas dari telur wujud dan
duduk di atas batu halus. Engkau berada di bawah sayap kesenangan. Engkau
memungut biji-biji keikhlasan dan meminum air persaksian, kemudian kau tetap
dalam keadaan seperti itu sampai menjadi seekor ayam. Saat itulah engkau
menjadi penjaga bagi ayam-ayam lain sambil mencari biji-biji makanan bagi
mereka. Artinya, engkau mengajak serta memperingatkan manusia di saat malam dan
siang hari; memperingatkan mereka untuk taat kepada Allah Azza wa Jalla.
Wahai orang pandai, lepaskanlah buku dari tanganmu dan kemarilah, duduklah
di sisi saya. Ilmu diambil dari mulut orang-orang berilmu, bukan dari buku-buku
semata. Ilmu diambil dari amal perbuatan dan tingkah laku, bukan dari omongan
semata, serta diambil dari orang-orang yang lenyap dalam pandangan makhluk dan
berada di sisi Allah Azza wa Jalla. Matilah dengan meninggalkan selain Allah
kemudian hiduplah bersama-Nya dan untuk-Nya. Bersahabatlah dengan para pelayan
Allah Azza wa Jalla yang senantiasa berada di pintu-Nya. Kesibukan mereka
adalah dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta
mengikuti ketentuan-Nya. Kegiatan mereka adalah mengikuti kehendak dan
perbuatan-Nya. Mereka tidak pernah berbuat yang menentang-Nya. Mereka tidak
menentang-Nya dalam hal yang sedikit apalagi yang banyak, baik dalam hal yang
dijunjung tinggi atau yang dianggap remeh. Janganlah terjerumus ke dalam
kesibukan melayani nafsu dengan tamak serta ambisi dalam mencapai tujuannya,
sehingga engkau jauh dari kesibukan melayani Allah. Para wali Allah tetap
berada dalam tuntutan memenuhi permintaan dari makhluk, tetapi mereka
melalaikannya karena kasih sayang kepada makhluk. Mereka tidak menuntut sesuatu
dari makhluk untuk dirinya. Mereka telah tenteram, tidak ada sedikitpun
keinginan dan syahwat duniawi. Kalian mengira bahwa dirinya sepertimu yang
bodoh dan tetap melayani dunia, yang membawamu untuk mengikuti kehendak dan
syahwat duniawi. Apabila engkau berakal, tentu akan berpaling dari melayani
dunia dan menyibukkan diri melayani Tuhannya. Dunia adalah musuhmu. Yang tepat
bagimu adalah berdiam diri dari ajakannya. Engkau harus membuat dinding
penghalang dari ucapannya. Dengarkanlah ucapannya sebagaimana engkau
mendengarkan orang gila yang hilang akalnya. Janganlah memperhatikan omongan
dan tuntutannya karena syahwat, kelezatan dan kebohongan. Kecelakaanmu bergantung
pada penerimaanmu terhadap dunia, sementara keselamatanmu bergantung pada
penentanganmu terhadap dunia. Apabila engkau menaati Allah niscaya Dia akan
memberikan rezeki-Nya dengan lapang dari setiap penjuru kepadamu. Apabila
engkau durhaka dan berlaku zalim maka Dia akan memutuskan hubungan perantara
datangnya rezeki duniawi dan Dia akan mengirimkan bencana sehingga engkau
celaka. Itulah kerugian dunia dan akhirat. Diri yang taat dan merasa puas atas
bagian dunianya, dia akan menjadi seperti majikan, kemanapun menghadap, niscaya
dapat mengambil bagiannya secara sukarela. Setiap orang dapat menunaikan
kewajibannya dengan senang hati tanpa terpaksa. Kosongkan hati dari segala
sesuatu selain Allah. Tenangkanlah anggota badan dari kelelahan dalam menghasilkan
dunia.
Kepada kalian yang diberi nikmat, hendaklah mensyukuri nikmat itu; jika
tidak, niscaya nikmat itu akan dicabut darimu. Potonglah sayap kenikmatan
dengan bersyukur; jika tidak, niscaya dia akan terbang dari sisimu. Orang yang
mati adalah orang yang mati dari Tuhannya Azza wa Jalla meskipun dia hidup di
dunia. Apakah kehidupan berguna baginya padahal dia menggunakan untuk memenuhi
syahwat, kesenangan dan kebohongannya? Dia itu mati isinya, tidak mati
bentuknya.
Ya Allah, hidupkanlah kami
bersama-Mu dan matikanlah kami dari selain-Mu.
Kepada orang tua tetapi berwatak anak-anak, sadarlah! Sampai kapan kau
memelihara watak kanak-kanakmu di ballik keburukan dunia? Keadaan itu telah
menjadikanmu bingung. Tidakkah kau tahu bahwa kebingungan itu diakibatkan oleh
dirimu sendiri; bahwa kau adalah hamba dunia yang mengendalikan dirimu dengan
tangannya. Jika dunia yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba dunia.
Jika akhirat yang mengendalikanmu berarti kau adalah hamba akhirat. Jika
kekuatan Allah yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba-Nya. Jika jiwa
yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba jiwamu. Jika hawa nafsu yang
mengendalikanmu, berarti kau hamba hawa nafsu. Jika makhluk yang
mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba makhluk. Karena itu, lihatlah orang
yang mengendalikanmu. Sebagian besar dari kalian menghendaki dunia. Sedikit
saja di antara kalian yang menghendaki akhirat. Yang jarang sekali adalah yang
menghendaki wajah Tuhan Yang menguasai dunia dan akhirat, dan bersahabatlah dengan
mereka. Janganlah membantah dan menentang mereka, karena itu bisa merugikanmu.
Jangan bersikap buruk kepada mereka agar kau tidak celaka. Hendaklah menjadi
orang yang berakal. Kembalilah kepada Allah dengan amal-amalmu. Di sisi-Nya kau
tidak sebanding dengan sayap nyamuk sekali pun, kecuali kau ikhlas untuk-Nya
dalam khalwat dan semua tingkah lakumu. Ingatlah bahwa harta yang tidak akan
binasa adalah kejujuran, keikhlasan, takut kepada Allah, senantiasa menaruh
harapan kepada-Nya, dan selalu kembali kepada-Nya dalam segala hal. Engkau
harus percaya karena hal itu dapat kau temukan. Apabila kau melihat salah
seorang di antara mereka yang bersifat seperti itu, rendahkanlah diri di
hadapannya. Tunduklah dan jangan membantahnya. Tutuplah mulutmu dan janganlah
menyinggung perasaannya dengan sikapmu yang buruk. Tutuplah mulutmu dari segala
yang tidak kau ketahui. Ilmu dan sikap pasrah terhadap perkara yang tidak kau
ketahui, itulah Islam.
Kepada orang yang lemah keyakinan, sadarlah bahwa tiada dunia dan akhirat
dalam dirimu. Hal itu karena sikapmu yang buruk kepada Allah serta karena
kebusukanmu kepada para wali dan para nabi-Nya yang telah Allah tempatkan
sesuai dengan kedudukannya. Dia telah memberi tugas kepada mereka
seperti kepada para nabi dan shiddiqiin.
Dia memasrahkan tugas beserta ilmunya kepada mereka. Dia membinasakan hawa
nafsu mereka. Dia menempatkan mereka bersama-Nya dan di sisi-Nya. Dia telah
membersihkan hati mereka dari segala sesuatu selain-Nya. Dia melepaskan mereka dari jiwa-jiwa dan hawa
nafsu mereka. Dia menjadikan dunia, akhirat dan makhluk di tangan mereka. Dia
memperlihatkan kepada mereka kekuasaan-Nya. Dia mengajarkan hikmah dan ilmu-Nya
kepada mereka. Dia membenarkan ucapan “Laa
haula wa laa quwwata illaa bil laahil ‘aliyyil azhiim” mereka. Mereka jujur
dalam ucapan tersebut karena membinasakan daya dan kekuatannya sendiri, juga
kekuatan makhluk. Mereka berpegang teguh pada kekuatan Allah Azza wa Jalla .
Mu’adz r.a. berkata, “Ya Allah, jika Engkau tidak mengizinkanku untuk berbuat apa
yang aku kehendaki, maka berilah kesabaran atas apa yang Engkau kehendaki.”
Wahai anakku, ingatlah bahwa sikap ridha terhadap qadha Allah lebih baik
daripada mendapatkan dunia sambil menentang Allah. Manisnya ridha dalam hati
orang-orang yang jujur, lebih manis daripada mendapatkan syahwat dan
kesenangan. Bagi mereka, keridhaan terasa lebih manis daripada dunia dan segala
isinya, karena dapat membuat hidup terasa menyenangkan dalam keadaan
bagaimanapun. Berbicaralah kepada manusia dengan lisan ilmu, amal dan
keikhlasan. Janganlah berbicara kepada mereka dengan lisan ilmu tanpa disertai
amal, karena hal itu tidak berguna bagimu dan bagi orang di sekitarmu. Nabi
saw. bersabda, “Ilmu itu memanggil amal
sampai amal menyambutnya, jika tidak ilmu akan berlalu darinya.”
Lenyaplah berkah ilmu, sedangka kau tetap akan dituntut. Engkau menjadi
orang pandai yang akan didakwa oleh ilmumu sendiri. Pohonnya tetap kau pegang,
sedangkan buahnya lenyap darimu.
Hendaklah memohon kepada Allah agar Dia memberimu derajat dan kedudukan di
sisi-Nya. Kemudian apabila Dia memberikannya kepadamu, hendaklah memohon
kepada-Nya agar Dia menyembunyikannya dan agar engkau tidak suka
menampakkannya. Apabila engkau suka menampakkan apa yang ada di antara dirimu
dan Allah, niscaya hal itu akan menyebabkanmu celaka. Jauhilah sikap sombong
dalam tingkah laku dan amal, karena hal demikian akan menimbulkan murka Allah.
Jauhilah kesenangan berbicara dengan makhluk dan kesenangan ketika mereka
memandangmu. Hal itu dapat menimbulkan kemudaratan serta tidak berguna bagimu.
Janganlah mengatakan sesuatu yang dapat melibatkan dirimu, hingga hatimu yakin
bahwa urusan itu berasal dari Allah Azza wa Jalla. Bagaimana engkau dapat
mengajak orang lain ke rumahmu dan menyediakan makanan bagi mereka?
Urusan ini membutuhkan fondasi,
setelah itu baru bangunan. Galilah tanah hatimu sampai memancarkan air hikmah.
Kemudian bangunlah dengan ikhlas, perjuangan, dan amal-amal shalih sampai
gedungmu berdiri tinggi. Kemudian ajaklah orang lain ke sana .
Ya Allah, hidupkanlah amal kami dengan ruh keikhlasan kepada-Mu.
Apakah khalwatmu dari makhluk
berguna, padahal makhluk ada dalam hatimu? Tidak, tidak ada kebaikan bagimu
dalam khalwatmu. Apabila kau menyepi padahal makhluk ada dalam hatimu, berarti
kau duduk menyendiri tanpa hadir dan tanpa sikap baik kepada Allah Azza wa
Jalla; bahkan hawa nafsu dan setanlah yang menjadi teman-temanmu. Apabila
hatimu menghendaki Allah, engkau akan menyepi dari makhluk meski berada di
antara keluarga dam kerabatmu. Apabila rasa suka itu telah kuat tertanam dalam
hatimu, akan robohlah dinding eksistensimu dan terbukalah penglihatanmu
sehingga kau dapat melihat karunia dan perbuatan-Nya. Kemudian engkau akan
ridha kepada-Nya, tidak kepada selain-Nya. Barangsiapa yang berada dalam suatu
kondisi seraya berpegang teguh pada syariat, tidak mengharapkan yang lebih atau
yang kurang dari kondisi itu, juga tidak mengharapkan lenyap atau tetap,
berarti dia benar-benar telah memenuhi persyaratan ridha, muwafaqah (sesuai dengan qudrat dan iradat-Nya), dan pengabdian.
Janganlah berdusta. Engkau
mengaku ridha padahal kau berubah watak setiap saat. Janganlah berdusta. Saya
tidak akan mendengarkan omongan dustamu. Saya tidak akan melakukannya dan tidak
akan mengakuinya. Masing-masing makhluk diberi petunjuk ke dalam hatinya;
dimasukkan ke dalam hatinya kata-kata yang khusus sehingga mereka mengetahui
kebaikan dan mereka tetap dalam kebaikan tersebut. Bagaimana tidak begitu
sedangkan mereka mengikuti Rasul dalam ucapan dan perbuatannya? Rasul saw.
diberi wahyu secara lahiriah sedangkan para wali diberi ilham ke dalam hatinya
secara batiniyah, karena mereka adalah pewaris Rasul dan pengikutnya dalam
segala hal yang telah diperintahkan kepadanya. Jika kau ingin mengikuti dengan benar maka perbanyaklah mengingat mati.
Mengingat mati dapat menolong menjauhkan hawa nafsu dan setan darimu.
Barangsiapa yang tidak menerima kematian sebagai nasihat, maka tidak ada jalan
untuk mendapat nasihat baginya. Nabi saw. bersabda, “Cukuplah kematian sebagai nasihat.”
Bagian duniamu akan datang kepadamu, baik engkau bersikap zuhud atau engkau
mencintainya. Apabila engkau zuhud, maka bagian duniamu akan sampai kepadamu,
dan engkau tetap mulia. Apabila engkau mencintainya, maka bagian duniamu akan
sampai kepadamu, dan kau tidak mulia.
Orang Munafik merasa malu kepada Allah pada saat ada orang lain di
sampingnya, tetapi dia tdak merasa malu kepada-Nya pada saat tidak ada orang
lain di sampingnya. Kalau saja keimananmu kepada-Nya benar, dan engkau yakin
bahwa Dia melihatmu, dekat denganmu, serta mengawasimu, pasti engkau akan
merasa malu kepada-Nya.
Saya mengatakan perkara yang haq kepadamu. Saya tidak takut kepadamu
serta tidak mengharapkan apa-apa darimu. Bagi saya, engkau dan penduduk bumi
bagaikan kutu atau seekor semut, karena saya yakin bahwa kemudaratan dan
kemanfaatan berasal dari Allah, bukan dari dirimu. Raja dan rajanya raja
sekalipun sama saja. Ingkarilah dirimu dan orang lain dengan syariat, bukan
dengan hawa nafsu dan tabiatmu. Apa saja yang didiamkan syariat, ikutilah dalam
diamnya. Apa saja yang dikatakan syariat, maka ikutilah perkataannya.
Wahai manusia, janganlah
mengingkari orang lain karena hawa nafsu, tetapi ingkarilah karena imanmu.
Keimananlah yang mengingkari mereka. Keyakinanlah yang menghilangkan mereka. Allah
Azza wa Jalla, Dialah penolong yang menolongmu dan bangga kepadamu.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Jika Allah menolongmu, maka tidak akan ada orang yang dapat
mengalahkanmu (QS 3: 160)
Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu (QS 47:7)
Apabila engkau mengingkari
kemunkaran karena membela Allah, maka Dia akan menolongmu untuk melenyapkannya
dan menjadikan mereka hina di hadapanmu. Apabila engkau mengingkarinya karena
hawa nafsu, setan dan tabiatmu, maka Dia akan menelantarkanmu dan tidak
menolongmu menghadapi pelaku kemunkaran itu dan engkau pun tidak akan mampu
melenyapkannya. Keimanan itulah yang mengingkari. Sebab, setiap orang yang
mengingkarinya tidak karena keimanan, maka dia bukanlah orang yang mengingkari.
Mengingkari itu dengan berkata “Janganlah.” Engkau menghendaki pengingkaranmu
karena Allah, bukan karena makhluk-Nya; karena agama-Nya, bukan karena nafsumu,
karena Dia, bukan karena dirimu sendiri. Lepaskanlah dirimu dari kegilaan.
Ikhlaskanlah amalmu. Kematian selalu mengintipmu. Engkau harus melewati
jembatan kematian. Tinggalkanlah ketamakan yang telah menodaimu. Yang jadi
bagianmu akan datang padamu dan yang jadi bagian orang lain pasti tidak akan
datang kepadamu. Sibukkanlah dirimu
untuk Allah dan tinggalkanlah pencarian harta untuk dirimu sendiri dan orang
lain. Allah berfirman kepada Nabi-Nya saw.:
Janganlah engkau hadapkan
kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada mereka sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya (QS 20:31)
Yang paling berat bagi orang yang makrifat kepada Allah adalah berbicara
yang benar kepada orang lain serta duduk berkumpul bersama mereka. Oleh karena
itu, mungkin dari seribu orang yang makrifat hanya satu orang yang mampu
berbicara, kecuali orang yang diberi kekuatan seperti para nabi. Bagaimana
orang itu tidak membutuhkan kekuatan para nabi padahal dia ingin duduk di
antara berbagai jenis makhluk, bercampur dengan orang yang berakal dan yang
tidak berakal; dia duduk bersama orang Munafik dan orang Mukmin. Dia
benar-benar harus dapat membanding-bandingkan di antara mereka dan harus sabar
melakukannya berulang-ulang. Padahal dia
dijaga perintah Allah. Dlam pembicaraannya kepada orang lain, dia tidak
berbicara dengan hawa nafsunya serta pilihan dan kehendaknya sendiri. Dia
dipaksa untuk berbicara, maka sudah tentu dia dijaga dalam pembicaraannya.
Apabila engkau ingin makrifat kepada Allah, maka lenyaplah darimu kekuatan
makhluk dalam kemudaratan dan kemanfaatannya, karena engkau tidak akan ma’rifat
kecuali bersikap begitu.
Celakalah engkau. Dunia ada di tangan itu boleh, ada dalam saku juga boleh;
memandang rendah dunia dengan niat baik juga boleh. Sedangkan memasukkan dunia
ke dalam hati, maka itu tidak boleh. Diamnya dunia di ambang pintu, dibolehkan.
Adapun masuknya dunia ke balik pintu, tidak dibolehkan, sebab tidak akan ada
karamahnya bagimu. Apabila seorang hamba tidak ingat kepada diri sendiri dan
orang lain karena tenggelam dalam kekhusuan, maka seolah-olah dia hilang.
Batinnya tidak berubah saat bencana datang. Dia eksis pada saat datangnya
perintah Allah, dan dia melaksanakannya, dan pada saat larangan Allah datang,
dia menjauhinya. Dia tidak mengharapkan sesuatu dan tidak berambisi terhadap
sesuatu. Dimanakah dirimu sedangkan mereka tenggelam dalam ilmu dan amal.
Wahai engkau yang menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya, yang memutuskan
hamba-hamba Allah sadarlah bahwa engkau benar-benar aniaya dan munafik. Sampai
kapan kemunafikan itu, wahai yang berilmu, yang zuhud? Berapa kali engkau
berbuat munafik kepada raja dan pemerintah sehingga kau mengambil harta benda
dunia dan kesenangannya dari mereka? Engkau dan kebanyakan raja pada zaman ini
berlaku aniaya serta tidak jujur dalam segala hal kepada Allah dan hamba-Nya.
Ya Allah, hancurkanlah dari
orang-orang Munafik dan hinakanlah mereka atau berilah mereka taubat, kekanglah
kezaliman serta bersihkanlah bumi dari mereka atau buatlah mereka menjadi baik.
Amiin.
Kepada para raja, orang zalim, orang adil, orang Munafik, atau orang ikhlas;
ingatlah bahwa dunia akan sampai pada waktu yang terbatas sedangkan akhirat
kekal selama-lamanya. Pisahkanlah dirimu dari semua yang selain Allah dengan
perjuangan dan zuhud. Bersihkan hatimu dari selain Tuhan. Takutlah akan diburu
oleh sesuatu, ditahan oleh sesuatu atau dijauhkan oleh sesuatu dari Tuhanmu.
Kemudian apabila bagian duniawi datang, maka ambillah dengan tangan syariat dan
menyesuaikan dengan perintah-Nya, dengan kekuatan mengikuti pijakan zuhud;
bukan karena mencari dan mencintai dunia. Zuhud itu apabila berlangsung terus
menerus maka akan terealisasi dalam jasad, kemudian diturunkan ke dalam hati,
menimbulkan penyesalan dan dalam fisik dan kekurusan. Selanjutnya, jika
penyesalan dan kekurusan telah dialami, niscaya akan datang jalan lapang dari
Allah dipenuhi perasaan senang bersama-Nya, ma’rifat kepada-Nya, sehingga
lenyaplah kesedihan dan kebingungan. Orang Mukmin adalah orang yang memutuskan
hati dari makhluk, dari keluarga, harta dan anak. Dia hanya sibuk dengan mereka
sedangkan hatinya menunggu datangnya utusan Tuhan yang menyampaikannya ke pintu
negeri. Benar-benar dia telah meninggalkan keluarganya padahal dia duduk di
antara mereka. Orang Mukmin selamanya suka meninggalkan. Dia ada di antara
makhluk tetapi dia benar-benar meninggalkan mereka. Dia bersama makhluk padahal
tallinya bersama Khalik. Apabila dia menghormati tauhid dalam hatinya, maka
sahlah amalnya dari segi lahir, karena sama saja antara lahir atau batinmu,
kaya atau fakirmu, penerimaan makhluk atau penolakan mereka, serta celaan atau
pujian mereka kepadamu. Bagaimana engkau tidak mengeluarkan celaan dan pujian
padahal hatimu telah sempit dari keduanya, serta telah dipenuhi Allah dan
selalu mengingat-Nya serta merindukan-Nya? Pada saat itu, di sana
pertolongan itu hanya dari Allah yang haq (QS 18:44)
Engkau menjadi orang yang
mencintai Allah dengan sebenarnya, orang berilmu dan mengajarkan ilmunya, yang
menghukumi dengan bijaksana, yang dekat dan juga didekati, yang berkelakuan
baik, yang tidak menggantungkan diri pada makhluk.
Kepada orang yang merasa bodoh,
belajarlah dari kebodohanmu. Engkau
benar-benar telah meninggalkan aktivitas belajar. Sebaliknya sibuk dengan
aktivitas mengajar. Janganlah merasa lelah dengan sesuatu yang datang dari
dirimu sendiri sedangkan orang lain pun tidak merasa beruntung. Sebab, orang
yang tidak pantas mengajar dirinya sendiri, bagaimana bisa mengajar orang lain.
Janganlah menganggap lemah kepada Allah atas qadar-Nya, nanti engkau akan
mendekat kepada orang-orang kafir. Beramallah sesuai dengan hukum sehingga
amalmu menghubungkan mereka dengan ilmu. Apabila amal telah kau perbuat, maka
kau akan melihat kekuasaan Allah. Pada saat itu Dia akan menjadikan alam ini
bisa kau kuasai oleh hati dan batinmu. Apabila di antara kalian dan Allah tidak
ada penghalang, maka Dia akan memberimu kekuasaan atas alam, memperlihatkan
harta terpendam kepadamu, memberimu makan dari karunia-Nya, memberimu minuman
keramahan, serta mendudukkanmu di depan hidangan taqarrub dengan-Nya. Semua itu merupakan buah pengetahuan atas
Kitab dan Sunnah. Amalkanlah Kitab dan Sunnah dan janganlah keluar dari
keduanya hingga Pemilik Ilmu, yaitu Allah Azza wa Jalla, datang kepadamu,
kemudian mengambilmu dibawa kepada-Nya. Bila yang mengajarkan hukum
menyaksikanmu benar-benar tertarik kepada Kitab-Nya, maka dia akan
memindahkanmu kepada kitab ilmu. Apabila kau benar-benar telah berada di sana,
niscaya hatimu dan isinya akan menjadi teguh dan Nabi membawanya ke sisi Tuhan
sambil berkata, “Inilah dirimu dan Tuhanmu.” []
Membebaskan Hati dari Kekhawatiran Dunia
Sibukkan dirimu dalam memperbaiki
diri dan kebajikanmu. Tinggalkanlah
omongan orang dan kegilaan terhadap dunia. Bebaskan hatimu dari kekhawatiran
akan dunia semampumu. Nabi saw. bersabda, “Bebaskan
hatimu dari kekhawatiran akan dunia semampumu.”
Wahai engkau yang tidak mengenal masalah dunia, sadarlah bahwa seandainya
engkau mengenal betul masalah dunia, tentu engkau tidak akan mencarinya.
Apabila dunia mendatangimu, pasti dia akan membuatmu lelah. Apabila engkau
telah makrifat kepada Allah, tentu engkau akan mengenal yang selain-Nya. Akan
tetapi, engkau tidak mengenal Allah, para rasul, para nabi, dan para wali-Nya.
Engkau bisa celaka. Apabila engkau tidak mengambil pelajaran dari apa-apa
yang telah terjadi pada makhluk terdahulu di dunia ini? Carilah sesuatu yang
bersih dari urusan dunia. Tinggalkan pakaian duniawi dan hindarilah. Lepaskan
pakaian nafsumu dan berjalanlah menuju pintu Allah. Apabila engkau telah
melepaskan pakaian nafsu dari dirimu, berarti engkau benar-benar terlepas dari
yang selain Allah Azza wa Jalla. Apabila sesuatu selain Allah masih
mengikutimu, tolaklah dari dirimu. Dengan begitu, niscaya engkau akan melihat
Allah.
Berserah dirilah senantiasa
kepada Allah agar engkau selamat. Berjuanglah untuk-Nya agar engkau mendapat
petunjuk. Bersyukurlah kepada-Nya agar Dia menambah nikmat untukmu. Serahkanlah
dirimu dan orang lain kepada-Nya. Janganlah membantah-Nya untuk dirimu maupun
untuk orang lain. Para wali Allah tidak
menginginkan suatu kehendak selain kehendak Allah. Mereka pun tidak mengajukan
suatu pilihan selain pilihan Allah. Mereka tidak berambisi mencari bagian
duniawinya. Mereka tidak memandang bagian orang lain. Apabila ingin bersahabat
dengan para wali Allah di dunia dan di akhirat, sesuaikan dirimu dengan mereka
dalam ucapan, perbuatan, dan keinginan mereka. Saya melihatmu benar-benar berlawanan dengan mereka. Engkau benar-benar
telah berperilaku yang bertentangan dengan mereka sebagai hasil ketekunanmu
pada malam dan siang hari. Wali Allah berkata kepadamu, “kerjakanlah,” tetapi
engkau tidak mengerjakannya, seolah-olah Dia sebagai hamba dan engkau yang
disembah. Maha Suci Allah, alangkah Maha Pemurah Dia. Seandainya Dia
tidak Pemurah, niscaya engkau akan melihat yang sebaliknya ada pada dirimu.
Apabila engkau ingin berbahagia,
diamlah di hadapan-Nya. Diamnya lahir batin di hadapan saya adalah perilaku
buruk. Jika saya membiarkannya, itu hanyalah karena keringanan saja.
Laksanakanlah perintah-Nya, jauhi larangan-Nya, terimalah takdir-Nya, serta
hindarilah membicarakan lahir dan batinmu di hadapan-Nya. Dengan itu, niscaya engkau akan melihat kebaikan
di dunia dan di akhirat.
Janganlah meminta sesuatu kepada
makhluk, karena mereka lemah serta fakir. Mereka tidak dapat memberi mudarat
atau manfaat bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang lain. Bersabarlah bersama
Allah. Jangan menuntut secara tergesa-gesa kepada-Nya; Jangan menyangka kikir
kepada-Nya; dan jangan pula berburuk sangka kepada-Nya. Sebab, Dia lebih sayang
kepadamu dibanding dirimu sendiri. Oleh karena itu, sebagian wali Allah
mengatakan, “Apakah perananku bagi diriku sendiri?”
Sesuaikanlah dirimu senantiasa
dengan kehendak Allah Azza wa Jalla, karena Dia lebih mengetahui dirimu
dibanding engkau sendiri. Tidaklah
setiap yang kau anggap baik akan diberikan Allah kepada dirimu. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
Mungkin kalian membenci sesuatu, padahal sangat baik bagi kalian.
Mungkin kalian menyukai sesuatu, padahal amat buruk bagi kalian.
Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.
(QS 2: 216)
Allah menciptakan apa yang
kalian tidak mengetahuinya.
(QS 16:8)
Tidaklah kalian diberi
pengetahuan melainkan hanya sedikit.
(QS 17: 85)
Barangsiapa yang ingin menempuh jalan Allah, perbaikilah nafsunya terlebih
dahulu sebelum menempuh jalan tersebut. Nafsu membuat perilakumu menjadi buruk,
karena nafsu mengajak kepada keburukan. Apakah yang kau lakukan di sisi Allah?
Bagaimanakah perjalananmu menuju-Nya? Perangilah nafsumu sehingga kau menjadi
tenteram. Apabila dirimu telah tenteram, ajaklah nafsu itu bersama dirimu
menuju ke pintu-Nya. Janganlah mengikuti nafsu kecuali setelah melakukan riyadhoh (latihan), ta’lim (pengajaran), beradab baik, serta merasa tenteram terhadap
janji Allah ataupun ancaman-Nya. Nafsu itu buta, tuli, gila, serta tidak
mengenal Tuhannya; bahkan memusuhi-Nya. Dengan senantiasa memeranginya maka
akan terbukalah kedua matanya, tertutup mulutnya, telinganya jadi mendengar,
serta hilanglah kegilaan, kebodohan dan permusuhannya kepada Tuhannya. Hal ini
membutuhkan banyak tali pengikat dan sejumlah orang, keberanian, kontinuitas
setiap saat, setiap hari, dan setiap tahun. Semua ini tidak mungkin dicapai
dengan mujahadah sesaat, sehari atau sebulan saja.
Pukullah nafsumu dengan cambuk kelaparan. Jangan memberikan bagiannya dan
menunaikan haknya. Kuasailah nafsu dan janganlah takut terhadap pedang atau
pisaunya. Nafsu sering banyak omong tanpa berbuat, sering berdusta tanpa
kejujuran, suka berjanji tanpa ditepati, tidak punya kasih sayang, serta banyak
melakukan perjalanan tanpa bekal. Iblislah yang menjadi pemimpinnya. Tetapi,
tidak ada kekuatan bagi iblis untuk menghadapi orang-orang mukmin yang benar,
dalam memusuhi dan menentangnya. Lantas bagaimana dengan nafsu?
Janganlah mengira bahwa iblis masuk surga dan mengeluarkan Adam a.s. dari
surga dengan kekuatannya sendiri. Allah-lah yang memberinya kekuatan untuk
melakukan itu dan menjadikannya sebagai penyebab, bukan karena kekuatan iblis.
Wahai engkau yang lemah akal, janganlah menghindar dari jalan Allah Azza wa
Jalla, karena dengan nafsu itu, Allah hendak mengujimu. Allah lebih mengetahui
kemaslahatanmu daripada dirimu sendiri. Tidaklah Allah menguji dirimu melainkan
ada faidah dan hikmahnya. Apabila Dia mengujimu, hendaklah senantiasa tabah.
Ingatlah dosa-dosamu serta perbanyaklah memohon ampun dan taubat. Hendaklah
memohon kepada-Nya kesabaran dan ketabahan atas ujian itu. Tetaplah di sisi-Nya
dan carilah rahmat-Nya senantiasa. Hendaklah memohon kepada-Nya tersingkapnya
hijab di balik ujian itu atas dirimu dan kejelasan aspek kebaikannya.
Apabla ingin meraih kebahagiaan,
hendaklah senantiasa bersahabat dengan syaikh yang memahami hukum-hukum Allah
dan ilmu-Nya; yang mengajar, mendidik, dan mengenalkanmu pada jalan menuju
Allah. Orang yang menghendaki hal itu tentu harus punya seorang penuntun dan
penunjuk arah, karena dia berada di gurun yang penuh kalajengking, ular dan
binatang buas lain yang berbahaya, sehingga dikhawatirkan dia mendapat bahaya.
Adanya penuntun akan menunjukkannya ke suatu tempat yang ada air dan
pohon-pohon yang berbuah. Apabila dia sendirian tanpa seorang penuntun pun,
niscaya dia akan terjerumus ke tempat yang banyak kalajengking, ular, dan
binatang buas lainnya.
Wahai engkau yang bepergian di jalan dunia, janganlah memisahkan diri dari
rombongan, penunjuk jalan dan teman-teman. Kalau terpisah, maka akan hilanglah
harta dan nyawamu.
Sementara engkau yang bepergian di jalan akhirat, hendaklah tetap bersama
seorang penunjuk yang dapat mengantarkanmu ke tujuanmu. Layanilah dia di
perjalanan dan bersikaplah baik kepadanya. Janganlah membantah pendapatnya,
sebab dia akan mengajari dan mendekatkan dirimu kepada-Nya. Setelah itu, di
perjalanan dia akan memintamu menggantikannya karena melihat kepandaian,
kejujuran dan kecerdikanmu. Kemudian dia akan menjadikanmu sebagai pemimpin.
Dia akan memintamu untuk menggantikan posisinya dalam kendaraan. Keadaan itu
akan terus berlangsung pada dirimu sampai dia membawamu kepada Nabi s.a.w.
Selanjutnya dia menyerahkan dirimu kepada beliau sehingga engkau menjadi lebih
dekat. Setelah itu, dia akan memintamu untuk menguasai hati, tingkah laku, dan
jiwa. Dengan itu, engkau menjadi pengembara antara Allah Azza wa Jalla dan
makhluknya serta menjadi pelayan di hadapan Nabi s.a.w. Berkali-kali engkau
akan datang kepada makhluk dan Khalik. Semua itu tidak akan datang dengan
tangan hampa dan angan-angan, tetapi dengan sesuatu yang menghujam di dalam
dada serta dibuktikan dengan amal perbuatan.
Wali Allah sering berperilaku tidak sejalan dengan keluarganya. Dari sejuta
orang, mungkin hanya seorang yang dapat memutuskan nafsu sehingga sejalan dengannya.
Para wali Allah senantiasa mendengarkan firman Allah dengan hati dan jiwa
mereka. Apa yang mereka dengar, mereka realisasikan dengan perbuatan anggota
badannya.
Engkau yang tidak pintar, hendaklah bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla,
kembalilah ke jalan orang-orang yang benar. Ikutilah mereka dalam ucapan dan
perbuatan. Jangan mengikuti jalan orang-orang munafik yang mencari dunia,
berpaling dari akhirat, serta meninggalkan jalan Allah yang telah ditempuh
orang-orang terdahulu. Orang-orang munafik mencari jalan orang-orang yang malas
dan mereka tidak menempuh jalan benar yang merupakan jalan menuju Allah Azza wa
Jalla.
Wahai anakku, ingatlah bahwa mereka inilah orang-orang yang kau jadikan
teman di dunia demi dunia ini, sementara di akhirat kelak, kau tidak akan
melihatnya. Hubunganmu dengan mereka akan terputus. Bagaimana hubunganmu dengan
teman-temanmu yang berakhlak buruk tidak terputus, sedangkan kau bergaul bukan
karena Allah? Apabila memang harus bergaul dengan makhluk, hendaklah bergaul dengan
orang-orang yang suka menjauhi perkara-perkara yang dilarang Allah, yang tidak
cinta akan dunia, yang makrifat pada Allah, serta yang mengamalkan perintah
Allah Azza wa Jalla. Hendaklah bergaul dengan orang-orang yang dapat
menjauhkanmu dari makhluk dan mendekatkanmu kepada Allah Azza wa Jalla; yang
menyelamatkanmu dari kesesatan dan membawamu pada kebaikan; yang bisa menutup
kedua matamu dari pandangan dunia kemudian membukanya untuk akhirat; yang dapat
menghempaskan kedudukan duniawi dari hadapanmu dan menggantikannya dengan
kedudukan akhirat; serta yang dapat menyelamatkan diri dari bahaya ular,
kalajengking, dan binatan buas lainnya, serta menempatkanmu di tempat yang
aman, tenang dan nyaman. Hendaklah bergaul dengan orang yang bersifat seperti itu
dan bersabarlah atas perkataannya. Terimalah perintah dan larangannya, niscaya
akan melihat kebaikan dengan segera. Persiapkanlah diri untuk beramal. Kemudian
apabila Allah telah menetapkan amalmu maka engkau pun akan beramal. Carilah
jalan untuk beramal, bertawakallah dan tetaplah di atas jalan amal. Terjunkan
dirimu ke lautan tawakal sehingga engkau akan menemukan jalan menuju amal dan
mengamalkannya. []
Mengikuti Rasulullah saw.
Dunia itu ibarat pasar yang tidak
lama lagi akan tutup. Oleh karena itu, hendaklah engkau menutup pintu-pintu
untuk memandang makhluk dan bukalah pintu untuk melihat Allah Azza wa Jalla.
Hendaklah engkau menutup pintu-pintu usaha dan sebab (perantara) dengan keadaan
bersih hati dan batin dalam setiap hal yang khusus bagimu; bukan dalam hal yang
umum untuk keluarga dan para pengikut selain dirimu. Lalu, hendaklah engkau
berusaha utuk orang lain, usaha yang bermanfaat untuk orang lain, serta
menghasilkan sesuatu untuk orang lain. Hendaklah engkau mencari apa yang khusus
untuk dirimu berupa impian karunia-Nya. Dudukkanlah hawa nafsumu di samping
dunia dan dudukkanlah hatimu di samping akhirat, serta batinmu disisi Tuhan. Sesungguhnya
kau mengetahui apa yang kau inginkan.
Kaum Muslim adalah pengganti para
Nabi. Oleh karena itu, hendaklah
engkau menerima dan melaksanakan apa yang mereka perintahkan kepadamu. Sebab,
mereka menyuruhmu dengan perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, serta
mereka melarang dengan larangan Allah dan Rasul-Nya. Para nabi berbicara lalu
mereka pun berbicara. Para nabi diberi dan mereka pun mengambil. Mereka tidak
bergerak dengan gerakan watak dan hawa nafsunya. Mereka tidak menyekutukan
Allah Azza wa Jalla dan agama-Nya dengan hawa nafsunya. Mereka mengikuti
Rasulullah saw. dalam ucapan dan perbuatannya. Mereka mendengarkan firman Allah
Azza wa Jalla.
Apa yang diperintahkan Rasul
kepadamu maka terimalah, sementara apa yang dilarang bagimu, maka tinggalkanlah. (QS 59:7)
Mereka mengikuti Rasulullah saw.
sehingga beliau membawa mereka kepada yang mengutus beliau. Mereka mendekatkan
diri pada Nabi saw. sehingga beliau pun mendekatkan mereka kepada Allah Azza wa
Jalla. Beliau menganugerahkan bagi
mereka julukan, anugerah, dan pengaturan atas makhluk.
Wahai orang Munafik, engkau mengira bahwa agama adalah kebaikan, dan
perintah adalah sia-sia. Tidak ada kemuliaan bagimu, tidak juga bagi setanmu,
juga bagi sahabatmu yang jahat.
Ya Allah, berikanlah tobat kepadaku
dan mereka, serta bersihkanlah mereka dari hinanya kemunafikan dan dari ikatan
syirik.
Hendaklah engkau menyembah Allah Azza wa Jalla dan memohon pertolongan
untuk menyembah-Nya dengan usaha yang halal. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
mencintai hamba yang beriman dan taat, yang makan dari yang halal. Dia
mencintai orang yang makan dan beramal dan murka kepada orang yang makan dan
tidak beramal. Dia mencintai orang yang makan dengan hasil usahanya dan murka
kepada orang yang makan dengan kemunafikannya dan menggantungkan dirinya kepada
makhluk. Dia mencintai orang yang tauhid kepada-Nya dan murka kepada orang yang
menyekutukan-Nya. Dia mencintai orang yang berserah diri kepada-Nya dan murka
kepada orang yang menghindar dari-Nya. Di antara syarat mencintai adalah
kesesuaian, dan di antara ciri permusuhan adalah pertentangan. Oleh karena itu,
hendaklah engkau berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla dan rela atas
pengaturan-Nya di dunia dan di akhirat. Allah hanya membutuhkan beberapa hari
saja untuk membukakannya. Allah menambahkan kepada saya dengan cobaan yang
lain, saya merasa bingung dalam menghadapinya. Tiba-tiba ada yang berkata
kepada saya, “Mengapa engkau tidak mengatakan kepada kami sejak awal tentang
keadaanmu ketika engkau berserah diri?” Lalu saya tersadar dan saya pun diam.
Celakalah, jika engkau mengaku
mencintai Allah Azza wa Jalla tetapi kau juga mencintai yang selain Dia. Dia
itu Mahasuci sedangkan yang selain Dia adalah kotor. Artinya, apabila engkau
mengotori yang suci dengan mencintai selain Dia, maka Dia akan mengotorimu. Dia
akan berbuat kepadamu seperti Dia berbuat kepada Nabi Ibrahim al-Khalil a.a.
dan kepada putra Ya;qub a.s. Pada saat hati keduanya condong kepada putra-putra
mereka, maka Dia menguji mereka. Juga kepada Nabi kita Muhammad saw. ketika
beliau condong kepada kedua cucunya yaitu Hasan dan Husain, maka datanglah
Malaikat Jibril kepadanya dan bertanya, “Apakah engkau mencintai mereka?”
Beliau menjawab “Ya.”
Kemudian Jibril berkata, “Salah
seorang di antara mereka akan diberi minum racun, sedangkan yang lainnya akan
dibunuh.”
Setelah itu, keluarlah mereka
dari hati beliau dan beliau mengosongkan hatinya untuk Allah Azza wa Jalla
sehingga kebahagiaan terhadap mereka telah mengubah kesedihan terhadap mereka.
Allah selalu memperhatikan hati para nabi, para wali serta hamba-hamba-Nya yang
shalih.
Wahai para pencari dunia dan
orang-orang Munafik, hendaklah kalian membuka tangan kalian, niscaya kalian
tidak melihat apa-apa di sana .
Celakalah, jika engkau bersikap
zuhud dalam usaha, engkau hanya duduk-duduk saja, dan malah memakan harta orang
lain atas nama agamamu. Usaha itu adalah pekerjaan para nabi semuanya. Tidak
ada di antara mereka kecuali orang yang punya pekerjaan atau kasab. Sementara
di akhirat mereka mengambil dari makhluk dengan izin Allah Azza wa Jalla.
Wahai orang yang mabuk oleh arak
dunia, oleh syahwat dan kegilaannya, ingatlah bahwa sebentar lagi engkau akan
tersadar di lubang kuburmu. []`
Dunia adalah Penjara bagi Orang Mukmin
Orang Mukmin itu terasing di
dunia. Sementara orang zuhud terasing di akhirat. Orang makrifat terasing dalam hal selain Allah. Sementara orang
Mukmin terpenjara di dunia walaupun dia mendapat rezeki yang banyak dan tempat
yang luas. Penghuni dunia berubah dalam harta dan keagungannya. Mereka senang
dan tertawa di sekeliling dunia padahal mereka berada dalam penjara batin.
Kegembiraannya nampak pada wajahnya, dan kesedihan ada dalam hatinya. Dia
mengenal dunia sehingga dia menceraikan dengan hatinya terlebih dahulu, dengan
talak satu, karena dia takut akan membalikkan segala sesuatu. Pada saat dia
seperti itulah maka akhirat akan membukakan pintunya. Kemudian dia mendatangkan
kelembutan dan kebaikan akhirat sehingga orang mukmin meninggalkan dunia dengan
talak yang lain. Kemudian datanglah yang lainnya dan merangkulnya sehingga dia
meninggalkan dunia dengan talak tiga, sementara dia tetap bersama akhirat. Pada
saat dia bersama akhirat, tiba-tiba cahaya Allah Azza wa Jalla gemerlap menerangi
sehingga dia meninggalkan akhirat. Dunia berkata kepadanya, “Mengapa engkau
meninggalkan saya?”
Dia menjawab, “Aku melihat yang
lebih baik darimu.”
Sementara akhirat bertanya
kepadanya, “Mengapa engkau meninggalkan saya?”
Dia menjawab, “Sebab kamu
dijadikan dan dibentuk. Dan kamu bukan Dia. Jadi, bagaimana mungkin saya tidak
meninggalkanmu?”
Dengan demikian, pada saat itu
nampaklah dengan jelas makrifatnya kepada Tuhannya Azza wa Jalla, sehingga dia
terbebas dari yang selain Dia dan menjadi orang asing di dunia dan akhirat.
Pada saat itu, hilanglah segalanya dan terhapuslah segalanya, sehingga
datanglah dunia untuk melayaninya. Para
pelayannya melihat keluarganya berdiri dengan maksud beramal sambil
menanggalkan perhiasan dunia yang tampak di hadapan anak-anaknya. Sesungguhnya
hal itu dibuat seperti itu agar dia tidak berpaling kepada dunia. Seorang ratu,
jika dia mencintai seseorang maka dia akan menghabiskan pemberiannya kepada
orang itu daripada kepada orang-orang lemah dan budak-budak negro karena dia
lebih memperhatikan orang itu dan merasa cemburu kepadanya.
Oleh karena itu, hendaklah engkau
menghadap kepada Tuhanmu secara menyeluruh. Tinggalkanlah hari esok menuju arah
kemarin agar hri esok datang dan engkau sudah mati.
Kepada orang kaya, hendaklah
engkau tidak menyibukkan diri dengan kekayaanmu sebab hari esok akan datang dan
engkau menjadi fakir. Hendaklah engkau tidak bersama sesuatu tetapi jadilah
bersama Sang Pencipta segala sesuatu. Sebab, Dia adalah Zat yang tidak
diserupai oleh sesuatu pun. Janganlah engkau merasa tenang kepada yang selain
Dia.
Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada ketenangan bagi seorang mukmin
selain bertemu dengan Tuhannya.”
Apabila telah runtuh apa yang
menghalangi antara dirimu dan makhluk serta engkau menjadi hidup, begitu pula
apa yang ada di antara dirimu dengan Tuhan, maka sungguh Dia telah memilih
bagimu. Oleh karena itu, janganlah engkau membenci pilihan-Nya. Barangsiapa
yang sabar bersama Allah Azza wa Jalla, niscaya dia akan melihat kelembutan-Nya
yang mengagumkan. Barangsiapa yang
sabar atas kefakiran maka akan datang kekayaan kepadanya. Perkara yang paling
banyak menjadikan kenabian adalah pengurusan perbudakan dan pengasingan. Pada
saat seorang hamba merasa terhina maka Dia akan memuliakannya. Pada saat hamba
rendah hati maka Dia akan meninggikannya. Dialah yang memuliakan, Dia Yang
menghinakan, meninggikan, merendahkan, memberi taufik, dan melimpahkan
kemudahan. Tanpa semua itu, kita tidak akan mengenal-Nya.
Kepada orang yang ujub dengan
amalnya, betapa bodohnya engkau? Jika tidak ada taufik dari-Nya maka engkau
tidak akan menunaikan shalat, puasa, dan bersikap sabar. Engkau seharusnya berada di tempat sykur, bukan di
tempat ujub. Kebanyakan hamba merasa ujub dengan ibadah dan amalnya. Mereka
mencari pujian dan sanjungan dari makhluk. Mereka merasa senang karena dunia
dan pemiliknya berpihak kepada mereka. Penyebab itu semua adalah keberadaan
mereka bersama hawa nafsunya. Dunialah yang dicintai oleh hawa nafsu mereka. Sedangkan
yang lainnya dicintai oleh hati, dan Allah Azza wa Jalla dicintai oleh batin.
Sesungguhnya hukum yang dibuat mengarah kepada hatimu setelah ditetapkan
hukuman karena hukumlah yang memenuhi urusan ini. Oleh karena itu, barangsiapa
yang mengakui sesuatu tanpa berdasarkan hukum maka dia telah berdusta. Sebab,
setiap hakikat yang tidak disaksikan syariat, berarti zindik.
Hendaklah engkau terbang menuju
Allah Azza wa Jalla dengan dua sayap, Alquran dan Sunnah. Masuklah kepada-Nya
dengan tanganmu berpegang pada tangan Rasulullah saw. Jadikanlah beliau sebagai
teladan dan gurumu. Biarkanlah tangannya yang agung menghiasimu, menyisir
jasadmu, dan memalingkanmu kepada-Nya. Beliaulah hakim di antara ruh, yang
mengurus setiap orang yang berkehendak, yang menentukan baik dan buruk,
pemimpin orang-orang shalih, serta yang membagi keadaan dan kedudukan di antara
mereka. Sebab, Allah Azza wa Jalla telah memasrahkan semua hal itu kepada
beliau. Dia menjadikannya pemimpin bagi semua umatnya. Suatu penganugerahan
jika keluar dari raja untuk tentaranya, sesungguhnya diberikan atas kekuasaan
pemimpinnya. Tauhid adalah ibadah, sedangkan bersekutu dengan makhluk adalah
adat atau kebiasaan. Oleh karena
itu, tetaplah berada dalam ibadah, dan tinggalkanlah adat. Apabila engkau
bertentangan dengan ibadah, berarti engkau bertentangan dalam hak-hakmu dengan
adat; kecuali jika Allah mengubahmu. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka
sendiri (QS 13:11)
Hendaklah engkau mengeluarkan hawa nafsumu dan makhluk dari dalam hatimu.
Lalu penuhilah hatimu dengan apa yang tersimpan pada keduanya sehingga
keadaannya kembali kepadamu. Hal ini tak akan datang dengan puasa di siang hari
dan bangun di malam hari, tetapi dengan sucinya hati dan bersihnya batin.
Sebagian ulama berkata, “Puasa dan bangun malam adalah ibarat cuka dan
sayur dalam suatu hidangan. Makanan selain hidangan itu hanyalah sebagai
pelengkap. Keduanya merupakan makanan utama. Kemudian datang setelah itu
berbagai makanan. Kemudian makan, dan mencuci tangan. Setelah itu datang
menemui Allah Azza wa Jalla. Kemudian yang dilakukan adalah penganugerahan,
pemutusan, pengaturan, penggantian, penyerahan negara dan pencabutannya.
Apabila hati seorang hamba telah baik terhadap Allah Azza wa Jalla dan menetap
di dekat-Nya maka Dia akan memberikan kerajaan dan pemerintahan di seluruh
pelosok bumi. Dia akan menyerahkan kepadanya penyebaran da’wah kepada makhluk
dan sabar atas hinaan mereka. Dia memasrahkan kepadanya semua perubahan
yang batil dan penegakkan yang hak. Dia telah memberikan semua itu dan
mencukupkannya. Sebab, apabila Dia memberi, tentu Dia akan mencukupinya. Allah
Azza wa Jalla memenuhi perutnya dengan hikmah. Dia sungguh telah menciptakan
dari celah-celah bumi hati hamba-hamba-Nya yang salih dan baik kepada-Nya. Dia
menciptakan hamba-hamba-Nya yang makrifat kepada-Nya, sebagai sungai hukum yang
muncul dari lembah ilmu-Nya. Dari samping ‘Arasy dan Lauh-Nya berjalan sampai
ke tanah-tanah hati yang mati yang tidak mengenal-Nya dan berpaling dari-Nya.”
Wahai anakku, hendaklah engkau
menyadari bahwa memakan makanan yang haram akan mematikan hatimu, sementara
memakan makanan yang halal akan menghidupkannya. Satu suap makanan tersebut
akan menyinari hatimu, sementara satu suap yang lain akan menggelapkannya. Satu
suap akan menyibukkanmu dengan urusan dunia, sementara satu suap yang lain akan
menjadikanmu mencintai Pencipta keduanya. Makanan haram dapat menyibukkanmu
dengan dunia dan menyukai kemaksiatan. Sementara makanan halal dapat
menyibukkanmu dengan akhirat dan mencintai ketaatan. Makanan halal akan
mendekatkan hatimu kepada Tuhan. Makanan tersebut tidak kau ketahui kecuali
dengan makrifat kepada Allah Azza wa Jalla. Sementara makrifat kepada-Nya
sesungguhnya terdapat dalam hati dan bukan dalam tulisan. Makrifat itu berasal
dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya. Sesungguhnya hasil dari makrifat kepada Allah
adalah setelah mengamalkan hukum-hukum-Nya; setelah mempercayai-Nya dan berlaku
jujur; setelah mengesakan Allah dan mempercayai-Nya; dan setelah mengeluarkan
makhluk dari dalam hatinya secara keseluruhan. Bagaimana mungkin engkau bisa
bermakrifat kepada Allah padahal engkau tidak mengenal apa pun kecuali apa yang
kau makan, kau minum, kau pakai, dan yang kau nikahi? Engkau tidak memperhatikan
dari berbagai segi. Tidakkah engkau mendengar sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang tidak memperhatikan dari
mana asal makanan dan minumannya, niscaya Allah tidak akan memperhatikan dari
pintu neraka mana Dia memasukkannya.”
Hendaklah engkau tidak memperhatikan semua perkara dan tidak menyebut hanya
satu perkara. Hendaklah engkau tidak disibukkan oleh suatu perkara dan
janganlah terikat oleh makhluk. Hanya saja engkau berbicara kepada mereka atas
apa yang mereka pikirkan. Engkau bersedekah dengan berkeliling kepada mereka.
Engkau mengamalkan sabda Nabi saw,
“Berkeliling kepada manusia merupakan sedekah.”
Engkau memberi mereka dari pemberian Allah. Engkau memuliakan mereka dari
kemuliaan-Nya kepadamu. Engkau bersikap ramah, sayang, dan lembut kepada
mereka. Jika demikian keadaannya, akhlakmu akan berasal dari akhlak Allah Azza
wa Jalla dan perbuatanmu selalu berdasarkan perintah-Nya.
Ingatlah bahwa pemimpin itu ada dua macam: pemimpin hukum dan pemimpin
ilmu. Pemimpin dari makhluk menunjukkanmu kepada pintu yang dekat kepada Allah
Azza wa Jalla. Dua pintu yang harus engkau masuki adalah pintu makhluk dan
pintu Khalik; pintu dunia dan pintu akhirat. Salah satunya mengikuti yang lain.
Pertama pintu makhluk dan yang kedua pintu Allah Azza wa Jalla. Engkau tidak
akan melihat pintu akhir sebelum melewati pintu awal. Oleh karena itu,
hendaklah engkau menyingkirkan dunia dengan hatimu sehingga engkau masuk menuju
akhirat. Layanilah pemimpin hukum sehingga dia memasukkanmu kepada pimpinan
ilmu. Keluarlah dari makhluk sehingga engkau akan mengenal Allah Azza wa Jalla.
Makrifat merupakan suatu tahapan yang terdiri dari beberapa tingkatan.
Keduanya berlawanan dan tidak berkumpul. Perkara ini saling berlawanan sehingga
janganlah engkau mencari penyatuan dari keduanya. Hendaklah engkau mengosongkan
hatimu yang merupakan rumah Allah Azza wa Jalla. Hendaklah engkau meninggalkan
yang selain Dia dalam hatimu. Apabila malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu
rumah yang ada gambar di dalamnya, lalu bagaimana Allah Azza wa Jalla masuk ke
dalam hatimu, padahal dalam hatimu ada gambar dan berhala? Sebab, segala
sesuatu selain Dia adalah berhala. Oleh karena itu, hendaklah engkau
menghancurkan berhala itu dan bersihkanlah rumah tersebut, niscaya engkau akan
melihat penghuninya hadir di dalamnya, engkau akan melihat keajaiban yang belum
pernah engkau lihat sebelumnya.
Ya Allah, berilah kami
taufik agar Engkau meridhai kami.
Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan di akhirat,
dan peliharalah kami dari
siksa api neraka.[]
(Syaikh Abdul Qadir Jailani)
Memperhatikan Makhluk
Dunia adalah hijab bagi akhirat,
akhirat adalah hijab terhadap Penguasa dunia dan akhirat, dan setiap makhluk
adalah hijab terhadap Sang Pencipta, yakni Allah SWT. Ketika engkau
bersama-Nya, maka Dia pun adalah ‘hijab’ bagi dirimu. Dengan itu, engkau tidak
akan mengalihkan pandangan kepada makhluk, tidak juga pada dunia, dan tidak
pula pada apapun selain Allah Azza wa Jalla, hingga engkau sampai di pintu-Nya
dengan kaki-kaki batinmu dan kezuhudanmu yang benar terhadap apa-apa selain
Diri-Nya; dengan senantiasa mengosongkan diri dari segala sesuatu, senantiasa
berharap kepada-Nya, senantiasa memohon pertolongan kepada-Nya, dan senantiasa
memperhatikan masa lalu dan ilmunya. Oleh karena itu, apabila hati dan nuranimu
benar-benar telah sampai kepada-Nya, juga kedekatanmu kepada-Nya, kerendahan
hatimu di hadapan-Nya, rasa malumu terhadap-Nya, penguasaan dan pengurusanmu
atas hatimu, serta menjadikanmu tabib atasnya, maka pada saat engkau berpaling
kepada makhluk dan dunia, keberpalinganmu itu merupakan nikmat bagi mereka.
Pengambilan bagianmu terhadap dunia dari tangan mereka dan pengembaliannya
kepada orang-orang fakir, serta penerimaanmu darinya demi bagianmu, adalah
ibadah, ketaatan, dan keselamatan. Barangsiapa yang mengambil dunia dengan
sifat ini, dunia tidak akan mencelakakannya; bahkan ia akan selamat darinya.
Kewalian memiliki tanda pada
wajah-wajah para wali, yang dikenal oleh para ahli firasat. Isyarat-isyarat itu
dikemukakan dengan kewalian, bukan dengan lisan. Barangsiapa yang menghendaki
kebahagiaan, dia mesti mengorbankan diri dan hartanya semata-mata untuk Alllah
Azza wa Jalla; mengeluarkan makhluk dan dunia dari dalam hatinya seperti
keluarnya rambut dari dalam adonan dan susu; demikian juga dari segala sesuatu
selain Allah. Jika demikian halnya,
akan diberikan hak orang yang memang memiliki haknya. Di hadapan-Nya engkau
makan bagianmu dari dunia dan akhirat. Engkau ada di depan pintu-Nya dan
berdiri tegak melayani.
Janganlah memakan bagianmu di dunia, selagi dunia menjadi landasan dan kau
berdiri di atasnya. Akan tetapi, makanlah bagianmu di dunia di hadapan pintu
Penguasa, selagi engkau duduk dan dunia berdiri.
Layanilah orang yang berdiri di depan pintu Allah Azza wa Jalla dan
hinakanlah siapa saja yang berdiri di idepan pintu dunia. Segala sesuatu yang
merupakan bagian dunia ada di bawah kaki kekayaan dan kemuliaan Allah Azza wa
Jalla.
Kaum muslim senantiasa ridha kepada Allah atas kesempitannya di dunia dan
ridha pula kepada-Nya di akhirat untuk berdekatan dengan-Nya. Mereka tidak
mencari sesuatu dari Allah selain Diri-Nya. Mereka tahu bahwa dunia telah
dibagi-bagi, sehingga mereka pun meninggalkan tuntutan atasnya dan beramal demi
meraihnya. Tidak ada yang mereka kehendaki selain wajah Allah Azza wa Jalla.
Seandainya mereka masuk surga, mereka tidak membuka mata mereka hingga melihat
cahaya wajah Allah. Kesendirian dan kesunyian yang paling disukai adalah
tatkala seseorang yang hatinya kosong dari makhluk dan sebab-sebab. Seseorang
tidak akan menempuh jalan para nabi, para shiddiqqiin,
dan orang-orang shalih hingga dia merasa puas dengan kemudahan di dunia dan
bersikap pasrah atas apa pun yang telah ditakdirkan. Hendaklah engkau tidak
mencari sesuatu yang banyak, sebab sesungguhnya engkau bisa celaka. Apabila
datang kepadamu sesuatu yang banyak dari Allah di luar pilihanmu sendiri,
berarti engkau benar-benar telah dipelihara di dalam perkara tersebut.
Hasan al Bashri r.a. pernah bertutur, “Hendaklah engkau menasihati manusia
dengan ilmu dan tutur katamu. Kepada orang yang sering memberi nasihat,
hendaklah menasihati manusia dengan kebeningan batin dan ketakwaanmu. Janganlah
menasihati mereka dengan cara memperbagus penampilanmu tetpi diikuti dengan
keburukan batinmu.”
Allah Azza wa Jalla telah menetapkan keimanan di dalam hati kaum Mukmin
sebelum Dia menciptakan mereka. Ini adalah masa lalu. Kita tidak boleh terpaku
pada masa lalu dan bersikap tawakal terhadap masa lalu. Akan tetapi kita mesti
bersungguh-sungguh, berusaha dan mengerahkan sikap zuhud, bersungguh-sungguh
dalam menghasilkan keimanan dan keyakinan; emnetapi anugerah Allah Azza wa
Jalla, dan senantiasa melazimkan duduk bersimpuh di pintu-Nya. Dengan demikian,
hati kita senantiasa bersungguh-sungguh di dalam menggapai keimanan, sehingga
mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla menganugerahkan sesuatu kepada kita tanpa
harus kerja keras dan mengalami keletihan. Dia tidak meluaskan bagi kalian apa
yang dulu pernah Dia luaskan bagi orang yang mendahului kalian, yakni para
sahabat dan para taabi’in. Allah Azza
wa Jalla, Tuhan kita, berada di atas ‘Arsy, sebagaimana difirmankan-Nya tanpa
ada penyerupaan dan tanpa mengidentikkannya dengan jasad fisik.
Ya Allah, limpahkanlah kami
rezeki, berilah kami taufik, dan jauhkanlah kami dari bid’ah. Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kami kebajikan di dunia dan akhirat, serta lindungilah kami dari
siksa api neraka.[]
(Syaikh Abdul Qadir Jailani, Percikan Cahaya Ilahi )
Dunia dan Akhirat
Dunia dan Akhirat
- Dunia
adalah kendaraan seorang Mukmin, yang dengannya dia berangkat menuju
Tuhannya. Maka, perbaikilah kendaraan kalian, niscaya ia akan menyampaikan
kepada Tuhan kalian.
- Pernah
seseorang mencela dunia di sisi Imam Ali r.a., maka Imam berkata: “Dunia
adalah negeri kebenaran bagi yang membenarkannya. Negeri keselamatan bagi yang mengetahui
tentangnya. Negeri kekayaan bagi yang mengambil bekal darinya. Tempat
turunnya wahyu Allah. Tempat shalat para wali-Nya. Masjid para nabi-Nya. Dan tempat jual-beli para wali-Nya.
Mereka beruntung dengan mendapatkan rahmat darinya dan di dalamnya mereka
mengharapkan surga.”
- Ketahuilah, wahai hamba-hamba Allah,
bahwa kalian dan keadaan kalian di dunia ini seperti orang-orang yang
sebelum kalian. Mereka ini usianya lebih panjang daripada kalian,
negerinya lebih makmur daripada kalian, dan lebih jauh jejaknya
(peninggalannya). Suara-suara mereka tidak terdengar lagi. Jasad-jasad
mereka telah hancur. Rumah-rumah mereka kosong. Dan jejak-jejak
mereka terhapus.
- Keluarkanlah
hati kalian dari dunia ini sebelum badan kalian keluar darinya. Di dalam
dunia ini kalian diuji dan untuk selainnya kalian diciptakan. Sesungguhnya
ketika seseorang meninggal, orang-orang berkata, “Apa yang ditinggalkannya?”
Sebaliknya, malaikat berkata, “Apa yang dibawanya?” Maka, nafkahkanlah
sebagian harta kalian sebagai pinjaman yang baik bagi Allah. Janganlah
kalian meninggalkan seluruh harta kalian (sebagai warisan) karena hal itu
akan menjadi beban (yang akan dimintai pertanggungjawabannya) atas kalian.
- Ketahuilah,
sesungguhnya dunia yang kalian harapkan dan kalian sukai, yang karenanya
kalian menjadi marah dan karenanya pula kalian menjadi puas, bukanlah
negeri kalian, bukan tempat tinggal kalian yang kalian diciptakan
untuknya, dan bukan pula yang kalian diseru kepadanya.
- Janganlah kalian berlomba-lomba dalam
kemuliaan dunia dan kebanggaannya. Jangan terpesona dengan perhiasannya
dan kesenangannya. Dan jangan pula bersedih dengan musibah dan
kesengsaraannya. Sebab, kemuliaan dunia dan kebanggaannya terputus.
Perhiasannya akan sirna. Musibah dan kesengsaraannya akan hilang.
(Imam Ali bin Abi Thalib kw)
Hadits-Hadits Tentang Dunia
Syarah Mukhtaarul Ahaadits
Sayyid
Ahmad Al-Hasyimi
Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008
28. Dua perkara yang dibenci
anak Adam, yaitu: membenci mati, padahal mati lebih baik daripada fitnah, dan
dia membenci sedikit harta benda, padahal sedikit harta benda meringankan
hisab. (Riwayat Ahmad)
101. Apabila Allah
menghendaki keburukan atas suatu kaum, maka Dia menjadikan urusan mereka berada
di tangan orang-orang yang hidup mewah.
(Riwayat ad Dailami)
115. Apabila umatku mulai
mengagung-agungkan perkara duniawi maka dicabut dari mereka pengaruh agama
Islam, dan apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar, mereka
tidak akan mendapatkan keberkahan wahyu. (Riwayat Turmudzi)
128. Apabila seseorang di
antara kalian melihat orang lain memiliki keutamaan dalam hal harta benda dan
rupa lebih darinya maka lihatlah orang yang lebih rendah daripadanya.
(Riwayat Syaikhain melalui Abu
Hurairah ra)
143. Ada
empat perkara yang tidak pernah kenyang dari empat perkara lainnya yaitu; bumi
dari hujan; wanita dari laki-laki; mata dari memandang; dan orang alim dari
ilmu.
(Riwayat Imam Hakim)
173. Perbaikilah/bekerjalah (a’malu) urusan dunia kalian dan beramallah untuk
akhirat kalian seakan-akan kalian akan mati besok (HR Ad Dailami melalui
Anas ra)
179. Carilah
kebutuhan-kebutuhan kalian dengan jiwa yang mulia, karena sesungguhnya semua
perkara itu berjalan sesuai dengan takdir.
(Riwayat Ibnu Asakir melalui Abdullah ibnu Bisr)
252. Amma ba’du
(sesudah membaca basmalah dan hamdalah), sesungguhnya dunia itu hijau lagi
manis, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah padanya, maka
Dia akan melihat bagaimanakah kalian berbuat. Karena itu hati-hatilah kalian
terhadap masalah dunia dan hati-hati pulalah kalian terhadap masalah kaum wanita.
Sesungguhnya permulaan fitnah yang menimpa kaum Bani Israil adalah disebabkan
wanita. Ingatlah, sesungguhnya Bani Adam diciptakan dalam berbagai macam
tingkatan. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam keadaan
beriman, dan hidup sebagai orang yang
beriman, serta mati sebagai orang yang beriman. Di antara mereka terdapat orang
yang dilahirkan dalam keadaan kafir, lalu hidup sebagai orang kafir dan mati
pun sebagai orang kafir. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam
keadaan beriman, lalu hidup sebagai seorang yang beriman, tetapi ia mati
sebagai seorang kafir. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam
keadaan kafir, dan hidup sebagai seorang kafir, tetapi dia mati dalam keadaan
beriman. Ingatlah, sesungguhnya marah itu adalah bara api yang menyala-nyala
dalam perut anak Adam. Tidakkah kalian melihat kedua matanya yang memerah dan
urat lehernya yang menegang? Karena itu apabila seseorang di antara kalian
merasakan hal tersebut (marah), ingatlah akan tanah, ingatlah akan tanah.
Ingatlah, sesungguhnya laki-laki yang paling baik adalah yang lambat marahnya,
cepat reda, dan laki-laki yang paling buruk adalah orang yang cepat marahnya,
lambat redanya. Apabila seseorang lambat marahnya dan lambat pula redanya, atau
ceoat marahnya dan cepat pula redanya, maka hal tersebut pertengahan. Ingatlah
sesungguhnya pedagang yang paling baik adalah yang baik dalam membayar utang
dan baik pula dalam menagih utang. Dan pedagang yang paling buruk ialah
pedagang yang buruk dalam membayar utang dan buruk pula dalam menagih utang.
Apabila seseorang baik dalam mambayar utang tetapi buruk dalam menagih utang,
atau ia buruk dalam membayar utang tetapi baik dalam menagih utang, maka hal
tersebut berimbang. Ingatlah, sesungguhnya kelak di hari kiamat bagi setiap
pengkhianat itu ada benderanya masing-masing sesuai dengan khianatnya, dan
ingatlah bahwa pengkhianatan yang paling besar adalah khianat yang dilakukan
oleh Amir (pemimpin) rakyat. Ingatlah, jangan sekali-kali pengaruh orang banyak
dapat mencegah seseorang untuk mengatakan perkara yang haq apabila ia
mengetahuinya. Ingatlah, sesungguhnya jihad yang paling utama itu adalah
kalimat yang haq di hadapan sultan yang kelewat batas (zalim). Ingatlah,
sesungguhnya perumpamaan orang-orang yang tertinggal di masa lalu dari dunia
ini, sama dengan perumpamaan hari kalian sekarang ini, bila dibandingkan dengan
hal-hal yang telah lewat daripadanya.
(Riwayat Turmudzi melalui Abu Said)
299. Sesungguhnya bumi
ini berseru sebanyak 70 kali untuk setiap harinya “Hai anak Adam, makanlah
sesuka hati kalian dan sesuka selera kalian, demi Allah aku benar-benar akan
memakan daging dan kulit kalian.”
(Riwayat Hakim)
345. Apabila kesialan
itu terdapat pada sesuatu, adanya pada rumah, wanita (istri) dan kuda
(kendaraan).
(Riwayat Syaikhan)
494. Ada tiga perkara
yang dapat mengantarkan seorang hamba untuk memperoleh keinginan dunia dan
akhirat, yaitu: sabar di dalam menanggung musibah, ridha dengan takdir, dan
berdoa di kala sedang senang.
(Riwayat Abu Syekh melalui sahabat Anas)
507. Sesungguhnya
Allah SWT menjadikan kotoran yang keluar dari anak Adam sebagai perumpamaan
buat dunia
(Riwayat Ahmad)
521. Merupakan suatu
ketetapan dari Allah bahwa tidak sekali-kali sesuatu pun dari perkara duniawi
terangkat melainkan Dia pasti bakal merendahkannya.
(Riwayat Imam Bukhari)
585. Sebaik-baik orang
di antara kalian adalah orang yang tidak meninggalkan urusan akhiratnya demi
urusan duniawinya, dan pula tidak meninggalkan perkara duniawinya demi perkara
akhiratnya, dan tidak mau menjadi beban bagi orang lain.
(Riwayat al
Khathib melalui Anas ra)
607. Dunia itu manis lagi hijau, barangsiapa yang
memperoleh harta dari usaha halalnya lalu ia membelanjakannya sesuai dengan
hak-haknya, niscaya Allah akan memberinya pahala dari nafkahnya itu, dan
niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam surga-Nya. Dan barangsiapa memperoleh
harta dari usaha yang haram lalu ia membelanjakannya bukan pada hak-haknya,
niscaya Allah akan menjerumuskannya ke dalam tempat yang menghinakan (neraka).
Dan banyak orang yang menangani harta Allah dan Rasul-Nya kelak di hari kiamat
mendapat siksa neraka.
(Riwayat Baihaqi
melalui Ibnu Umar ra)
608. Dunia adalah benda yang ada sekarang, orang
yang bertakwa dan orang yang durhaka sama-sama makan sebagian daripanya. Sedangkan
akhirat merupakan janji yang benar, di hari akhirat keputusan berada pada Raya
Yang Maha Adil, Dia memenangkan perkara yang hak dan mengalahkan perkara yang
batil. Karena itu jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi
anak-anak dunia, karena sesungguhnya setiap ibu itu pasti diikuti oleh anaknya
masing-masing
(Riwayat Imam
Muslim)
609. Dunia merupakan tempat tinggal bagi orang
yang tidak mempunyai tempat tinggal dan merupakan harta bagi orang yang tidak
mempunyai harta, dan hanya karena dunialah orang yang tidak berakal
mengumpulkannya.
(Riwayat Ahmad melalui Aisyah ra)
610. Dunia semuanya
merupakan perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita (istri) yang
saleh.
(Riwayat Nasai)
611. Dunia terkutuk
dan terkutuk pula semua yang ada di dalamnya, kecuali dzikrullah dan hal-hal
yang berkaitan dengannya, serta orang yang alim atau orang yang belajar (ilmu
agama)
(Riwayat Thabrani melalui Ibnu Mas’ud ra)
612. Dunia tidaklah
jernih bagi orang mukmin, bagaimana ia dapat jernih karena merupakan penjara
dan negeri cobaannya, dan dunia merupakan surga bagi orang yang kafir.
(Riwayat Ibnu La’al melalui Anas ra)
1120. Barangsiapa
mencintai dunianya, niscaya akhiratnya ditelantarkan, dan barangsiapa mencintai
akhiratnya niscaya dunianya ditelantarkan; oleh karena itu dahulukanlah yang
abadi daripada hal yang fana.
(Riwayat Hakim melalui Abu Musa ra)
Jangan Selalu Merasa Berdosa
“Jangan terlalu merasakan
dosa-dosa yang telah engkau lakukan, sehingga dapat menghalang-halangi engkau
bersangka baik kepada Allah. Sesungguhnya apabila engkau mengenal Tuhanmu
dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya, maka engkau tidak terlalu membesarkan
dosa-dosamu, di sisi sifat Maha Rahmannya Allah SWT. Tidak ada dosa yang kecil,
apabila Allah mengharapkan padamu sifat adil-Nya, dan tidak ada dosa besar,
apabila Allah menghadapkan padamu sifat-Nya yang penuh anugerah.”
Apabila seorang hamba merasa besar sekali dosanya terhadap Allah, setiap
saat ada saja dosa yang dikerjakannya walaupun dosa-dosa kecil, maka perasaan
seperti ini akan memburukkan dirinya sendiri. Ia akan menganggap Allah yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan menurunkan siksa-Nya kepada si hamba yang
berdosa. Seakan-akan Allah itu sangat kejam, yang suka menyiksa manusia
berdosa. Padahal Allah Ta’ala bersifat sangat Rahman dan sangat adil
bagi siapa saja.
Sesungguhnya rahmat dan kasih sayang
Allah itu lebih banyak dan lebih luas dari siksa-Nya. Sifat adil dan bijak Allah itu meliputi langit dan
bumi dengan segala isinya. Allah SWT mengetahui tentang manusia yang ada di
muka bumi ini, kemampuan ilmu dan kekuatan imannya. Sehingga tuangan rahmat dan
kasih sayang-Nya yang ada di permukaan bumi ini sangat sempurna dan sangat
bijaksana. Sifat Allah Ta’ala yang pemaaf dan pengampun adalah bagian dari
anugerah Allah SWT kepada manusia dan semua makhluk yang ada di alam semesta.
Manusia tidak perlu berlebih-lebihan merasa dosa atas kesalahannya terhadap
Allah SWT, setelah mengetahui sifat Allah dan besarnya dan besarnya rahmat dan
anugerah Allah kepada seisi alam ini. Tugas seorang hamba kepada Allah SWT,
karena dosa-dosa dan kesalahan yang diperbuatnya adalah kembali sadar, lalu
bertobat dengan tobat yang sungguh-sungguh, dengan niat tidak akan kembali lagi
melaksanakan dosa-dosa yang pernah dikerjakannya dan berharap rahmat Allah
terus menerus, agar tidak tergoda dan tergelincir untuk kedua kalinya ke lembah
dosa (Itulah yang disebut dengan taubatan nasuha).
Sahabat Ibnu Mas’ud berucap, “Adapun hamba yang merasa dosa-dosanya seperti
setinggi gunung, dia kuatir kalau-kalau dosa yang besar dan tinggi itu akan
jatuh dan menimpa dirinya (seperti gunung yang bisa roboh menimpa manusia di
bawahnya). Sebaliknya, orang yang menganggap enteng dosa dan kesalahan yang
pernah diperbuatnya, menganggap dosa itu seperti lalat yang hinggap di ujung
hidungnya, ia menganggap remeh dosa yang diperbuatnya, tidak akan mengganggu
pikiran dan perasaannya, seperti mudahnya ia menghalau lalat yang hinggap di
ujung hidungnya.
Perasaan orang pertama sudah diuraikan sebelum ini, sedang perasaan orang
yang kedua (tukang maksiat dan munafik) seperti ini, selain bodoh juga sangat
meremehkan Allah SWT. Ia menganggap Allah SWT tidak mampu berbuat apa-apa,
kalau ia berbuat dosa. Atau mengira tidak ada hubungannya dosa kesalahannya
dengan Allah SWT. Adapun orang yang berbuat dosa dan sadar akan kesalahannya,
lebih baik dari seorang hamba yang ujub dan sombong, seperti tidak ada lagi
yang melebihi dirinya. Sedangkan orang berdosa akan menarik orang beriman untuk
segera surut dari perbuatannya mendekati Allah SWT. []
(Ibnu Áthaillah, Al Hikam)
Larangan Berdusta
Jadilah orang yang berakal dan jangan sekali-kali berdusta. Engkau berkata,
“Saya takut kepada Allah.” Padahal engkau takut kepada selain Allah.
Janganlah engkau takut kepada
jin, manusia, atau malaikat. Janganlah takut kepada makhluk sejenis hewan, baik
yang dapat berbicara ataupun yang tidak. Janganlah engkau takut terhadap
siksaan dunia ataupun siksaan akhirat. Akan tetapi, takutlah pada Zat Yang
menyiksa makhluk-Nya dengan siksaan.
Orang yang berakal tidak takut
pada kecaman orang yang mengecam. Dia hanya takut kepada Allah. Dia tuli
terhadap semua kecaman selain kecaman Allah. Semua makhluk dalam pandangannya
adalah lemah, sakit dan fakir. Contoh orang yang berakal adalah para ulama yang
dapat mengambil manfaat dari ilmu yang mereka miliki. Para
ulama yang benar-benar memahami syariat dan hakikat agama Islam merupakan
“dokter-dokter” agama yang bertugas memperbaiki kerusakan agama.
Oleh karena itu, kepada orang
yang merasa agamanya telah rusak, hendaklah datang kepada mereka agar mereka
dapat memperbaiki kerusakan agamanya. Sementara itu, Zat Yang telah menurunkan
penyakit, Dia juga yang menurunkan obatnya. Dia lebih mengetahui berbagai
kemaslahatan ketimbang makhluk-Nya. Oleh karena itu, hendaklah engkau tidak
menuduh atau menyalahkan Allah dalam perbuatan-Nya atas makhluk-Nya. Engkau
lebih pantas untuk disalahkan dan dicaci ketimbang yang lainnya. Hendaklah
engkau berkata kepada diri sendiri, “Pemberian itu bagi orang yang taat,
tongkat itu bagi orang yang durhaka. Apabila Allah telah menghendaki kebaikan
pada seorang hamba lalu dirampas-Nya maka bersabarlah Dia akan mengangkat,
memperbaiki, memberi dan mencukupimu.
Ya Allah, sesungguhnya kami
memohon kepada-Mu agar dekat dengan-Mu tanpa ada bencana. Berlemah-lembutlah
kepada kami dalam qadha dan takdir-Mu. Jagalah kami dari kejahatan orang-orang
jahat dan tipu daya orang-orang yang menyimpang. Jagalah kami sesuai
kehendak-Mu. Kami memohon kepada-Mu ampunan dan kebaikan dalam agama, dunia dan
akhirat. Dan kami memohon taufik kepada-Mu agar dapat beramal salih dan ikhlas
dalam beramal. Amin.
Seorang lelaki menghampiri Syaikh
Abu Yazid al-Busthami. Orang itu
selalu melihat ke kanan dan ke kiri. Syaikh Abu Yazid bertanya kepadanya, “Ada
apa denganmu?”
Orang itu menjawab, “Saya menginginkan tempat yang bersih untuk shalat.”
Syaikh Abu Yazid berkata kepadanya, “Sucikanlah hatimu dari sikap riya dan
shalatlah di mana kamu suka.”
Tidak ada yang mengetahui sikap riya kecuali orang-orang yang ikhlas.
Mereka pernah berbuat riya dan memberishkan dirinya dari sikap tersebut. Riya
adalah suatu tahapan dalam perjalanan suatu kaum yang sering dilalui. Riya,
berbangga diri, dan nifak adalah sebagian dari anak panah setan yang
dilemparkan ke dalam hati. Oleh karena itu, hendaklah engkau datang kepada para
guru dan pelajarilah perjalanan hirup mereka dalam menempuh jalan menuju Allah.
Hendaklah engkau bertanya kepada mereka tentang bahaya hawa nafsu dan tabiat
buruk. Sesungguhnya mereka telah menguasai bahayanya; mereka telah mengenal
bahaya dan kejahatannya sehingga mereka mengalahkan riya. Janganlah tertipu
oleh tipuan setan terhadap dirimu. Jangan kalah oleh hawa nafsu, karena nafsu
membidikmu dengan anak panahnya. Setan tidak akan mampu menguasaimu kecuali
melalui nafsu. Setan dari golongan jin tidak akan mampu menguasaimu kecuali
setan dari golongan manusia. Itulah nafsu dan jiwa yang buruk. Berdoalah kepada
Allah dan mintalah pertolongan kepada-Nya terhadap (makar) musuh-musuhmu
sehingga Allah akan menolong. Kemudian, jika engkau telah menemukan Allah,
engkau pun melihat apa yang ada pada-Nya, dan jika engkau telah memperolehnya,
maka kembalilah kepada keluarga dan makhluk-Nya dan ajaklah mereka kepada-Nya.
Katakanlah kepada mereka, “Bawalah keluarga kalian kepadaku,” sebagaimana Nabi
Yusuf a.s. setelah memperoleh kerajaan berkata kepada keluarganya, Bawalah semua keluargamu kepadaku (QS
12: 93)
Orang-orang yang terhalang (al-mahjubun)
adalah mereka yang dihalangi Allah Azza wa Jalla dan yang luput dari kedekatan
dengan Allah di dunia dan akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Alquran:
Wahai anak Adam, jika Aku lupakan kalian,
akan luputlah segala sesuatu dari diri kalian.
Bagaimana Allah tidak melupakanmu, sedangkan engkau berpaling dari-Nya dan
dari hamba-hamba-Nya yang senantiasa berbuat baik dengan menyakiti mereka
melalui ucapan dan perbuatan, serta berpaling dari mereka, baik secara lahir
maupun batin.
Nabi saw. bersabda, “Menyakiti
seorang Mukmin adalah lebih berat di hadapan Allah daripada merobohkan Ka’bah
dan Baitul Makmur lima belas kali lipat.”
Oleh karena itu, hendaklah engkau menyadari, bahwa akan celaka orang-orang
yang selalu menyakiti orang-orang fakir, sedangkan mereka adalah orang-orang
yang beriman kepada Allah, senantiasa bersikap baik terhadap diri-Nya, serta
bermakrifat dan bertawakal kepada-Nya.
Celaka, jika engkau ditarik dari keluarga yang mati, dikeluarkan dari
rumah, dan harta yang kau banggakan dirampas. Tidaklah berguna harta itu
dan tidak akan dikembalikan lagi.
(Abdul Qadir Jaelani, Percikan Cahaya Ilahi)
Subscribe to:
Posts (Atom)