Sunday, August 8, 2021

 TESSA: Eric, mari kita bicara tentang kebahagiaan. Banyak orang terpeleset mengartikan kebahagiaan dengan mencari kekayaan sebanyak-banyaknya atau pangkat setinggi-tingginya tapi tak ada satupun dari hal itu yang akan kita bawa ke alam sana setelah kematian

ERIC: Iya, kebanyakan manusia akan sibuk berlari kesana kemari dalam rangka mencari obyek-obyek kebahagiaan, sesuatu yang mereka kira akan mendatangkan bahagia. Mereka pikir jika bisa meraih ini dan itu akan membuatnya bahagia. Tapi itu semua tak akan pernah terjadi.
Itu sebabnya Allah mengimkan sekian banyak utusan dan petunjuk dalam kehidupan, untuk membimbing kita bahwa sejatinya kebahagiaan yang sejatinya kita cari itu sumbernya adalah Allah Ta'ala. Dan petunjuk itu akan menunjukkan dimana Allah berada, kepada jalan yang makin mendekatkan kepada-Nya.
Manusia memang niscaya akan dihadapkan dengan kesulitan dan kegagalan dalam upayanya mencari kebahagiaan. Hingga akhirnya mereka menyerah dan berkata, "Aku telah mencoba dengan berbagai cara tapi aku tak bisa mendapatkannya!" Di saat itulah petunjuk dari para utusan akan mulai terdengar dan terbaca. Sang utusan akan berkata, "Dengarkan baik-baik, apa yang kau cari selama ini adalah Dia Yang Maha Kuasa. Dan inilah jalan untuk menemukan-Nya."
Kebahagiaan dalam arti hidup nyaman menurut waham kebanyakan orang bukanlah jawabannya. Saya mulai menyadari hal itu ketika saat remaja saya bepergian ke India bagian selatan. Disana banyak orang yang hidupnya susah dan prihatin, setiap hari harus bekerja keras hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti mendapatkan tempat berteduh dan memiliki makanan di hari itu. Tapi ironinya saya melihat di barat orang kebanyakan memiliki apa yang mereka butuhkan untuk hidup, bahkan lebih dari cukup tapi justru muncul perilaku bunuh diri dan kebiasaan yang berbahaya seperti meminum minuman keras dan menggunakan narkoba. Sepertinya orang malah akan cenderung melakukan hal yang gila manakala hidup terlalu mudah bagi mereka. Ketika manusia memiliki semua apa yang ia inginkan di saat yang sama ada perasaan yang tak pernah terpuaskan oleh itu semua dan mendorongnya untuk melakukan hal-hal yang penuh sensasi untuk bisa merasakan 'hidup'.
Yang saya pahami sebenarnya adalah bahwa setiap orang ingin mencintai dan dicintai. Dan Ibnu Arabi mengatakan apa yang kita cintai sebenarnya Allah. Itu yang menjelaskan kenapa dahaga kita tak akan pernah bisa terpuaskan oleh apapun. Karena Dia tak terbatas. Seorang sufi, Abu Yazid al-Bisthami berkata, "Seorang yang mencintai Allah itu bagaikan meminum seluruh air samudera dan setelah itu ia masih merasa kehausan. Ia tak akan pernah terpuaskan!"
Maka jika engkau merasakan sebuah rasa sepi, kerinduan, dan dahaga yang tak terpuaskan saat kau mengais-ais kebahagiaan, ketahuilah bahwa hatimu sebenarnya tengah mencari Allah dan pencarian kepada-Nya tak pernah usai...
(Adaptasi dan terjemahan dari bincang bersama Eric Winkel, 29 Juli 2021)

No comments:

Post a Comment