Wednesday, July 3, 2013

Dunia adalah Penjara bagi Orang Mukmin

Orang Mukmin itu terasing di dunia. Sementara orang zuhud terasing di akhirat. Orang makrifat terasing  dalam hal selain Allah. Sementara orang Mukmin terpenjara di dunia walaupun dia mendapat rezeki yang banyak dan tempat yang luas. Penghuni dunia berubah dalam harta dan keagungannya. Mereka senang dan tertawa di sekeliling dunia padahal mereka berada dalam penjara batin. Kegembiraannya nampak pada wajahnya, dan kesedihan ada dalam hatinya. Dia mengenal dunia sehingga dia menceraikan dengan hatinya terlebih dahulu, dengan talak satu, karena dia takut akan membalikkan segala sesuatu. Pada saat dia seperti itulah maka akhirat akan membukakan pintunya. Kemudian dia mendatangkan kelembutan dan kebaikan akhirat sehingga orang mukmin meninggalkan dunia dengan talak yang lain. Kemudian datanglah yang lainnya dan merangkulnya sehingga dia meninggalkan dunia dengan talak tiga, sementara dia tetap bersama akhirat. Pada saat dia bersama akhirat, tiba-tiba cahaya Allah Azza wa Jalla gemerlap menerangi sehingga dia meninggalkan akhirat. Dunia berkata kepadanya, “Mengapa engkau meninggalkan saya?”

Dia menjawab, “Aku melihat yang lebih baik darimu.”
Sementara akhirat bertanya kepadanya, “Mengapa engkau meninggalkan saya?”
Dia menjawab, “Sebab kamu dijadikan dan dibentuk. Dan kamu bukan Dia. Jadi, bagaimana mungkin saya tidak meninggalkanmu?”

Dengan demikian, pada saat itu nampaklah dengan jelas makrifatnya kepada Tuhannya Azza wa Jalla, sehingga dia terbebas dari yang selain Dia dan menjadi orang asing di dunia dan akhirat. Pada saat itu, hilanglah segalanya dan terhapuslah segalanya, sehingga datanglah dunia untuk melayaninya. Para pelayannya melihat keluarganya berdiri dengan maksud beramal sambil menanggalkan perhiasan dunia yang tampak di hadapan anak-anaknya. Sesungguhnya hal itu dibuat seperti itu agar dia tidak berpaling kepada dunia. Seorang ratu, jika dia mencintai seseorang maka dia akan menghabiskan pemberiannya kepada orang itu daripada kepada orang-orang lemah dan budak-budak negro karena dia lebih memperhatikan orang itu dan merasa cemburu kepadanya.

Oleh karena itu, hendaklah engkau menghadap kepada Tuhanmu secara menyeluruh. Tinggalkanlah hari esok menuju arah kemarin agar hri esok datang dan engkau sudah mati.

Kepada orang kaya, hendaklah engkau tidak menyibukkan diri dengan kekayaanmu sebab hari esok akan datang dan engkau menjadi fakir. Hendaklah engkau tidak bersama sesuatu tetapi jadilah bersama Sang Pencipta segala sesuatu. Sebab, Dia adalah Zat yang tidak diserupai oleh sesuatu pun. Janganlah engkau merasa tenang kepada yang selain Dia.

Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada ketenangan bagi seorang mukmin selain bertemu dengan Tuhannya.”

Apabila telah runtuh apa yang menghalangi antara dirimu dan makhluk serta engkau menjadi hidup, begitu pula apa yang ada di antara dirimu dengan Tuhan, maka sungguh Dia telah memilih bagimu. Oleh karena itu, janganlah engkau membenci pilihan-Nya. Barangsiapa yang sabar bersama Allah Azza wa Jalla, niscaya dia akan melihat kelembutan-Nya yang mengagumkan. Barangsiapa yang sabar atas kefakiran maka akan datang kekayaan kepadanya. Perkara yang paling banyak menjadikan kenabian adalah pengurusan perbudakan dan pengasingan. Pada saat seorang hamba merasa terhina maka Dia akan memuliakannya. Pada saat hamba rendah hati maka Dia akan meninggikannya. Dialah yang memuliakan, Dia Yang menghinakan, meninggikan, merendahkan, memberi taufik, dan melimpahkan kemudahan. Tanpa semua itu, kita tidak akan mengenal-Nya.

Kepada orang yang ujub dengan amalnya, betapa bodohnya engkau? Jika tidak ada taufik dari-Nya maka engkau tidak akan menunaikan shalat, puasa, dan bersikap sabar. Engkau seharusnya berada di tempat sykur, bukan di tempat ujub. Kebanyakan hamba merasa ujub dengan ibadah dan amalnya. Mereka mencari pujian dan sanjungan dari makhluk. Mereka merasa senang karena dunia dan pemiliknya berpihak kepada mereka. Penyebab itu semua adalah keberadaan mereka bersama hawa nafsunya. Dunialah yang dicintai oleh hawa nafsu mereka. Sedangkan yang lainnya dicintai oleh hati, dan Allah Azza wa Jalla dicintai oleh batin. Sesungguhnya hukum yang dibuat mengarah kepada hatimu setelah ditetapkan hukuman karena hukumlah yang memenuhi urusan ini. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengakui sesuatu tanpa berdasarkan hukum maka dia telah berdusta. Sebab, setiap hakikat yang tidak disaksikan syariat, berarti zindik.

Hendaklah engkau terbang menuju Allah Azza wa Jalla dengan dua sayap, Alquran dan Sunnah. Masuklah kepada-Nya dengan tanganmu berpegang pada tangan Rasulullah saw. Jadikanlah beliau sebagai teladan dan gurumu. Biarkanlah tangannya yang agung menghiasimu, menyisir jasadmu, dan memalingkanmu kepada-Nya. Beliaulah hakim di antara ruh, yang mengurus setiap orang yang berkehendak, yang menentukan baik dan buruk, pemimpin orang-orang shalih, serta yang membagi keadaan dan kedudukan di antara mereka. Sebab, Allah Azza wa Jalla telah memasrahkan semua hal itu kepada beliau. Dia menjadikannya pemimpin bagi semua umatnya. Suatu penganugerahan jika keluar dari raja untuk tentaranya, sesungguhnya diberikan atas kekuasaan pemimpinnya. Tauhid adalah ibadah, sedangkan bersekutu dengan makhluk adalah adat atau kebiasaan. Oleh karena itu, tetaplah berada dalam ibadah, dan tinggalkanlah adat. Apabila engkau bertentangan dengan ibadah, berarti engkau bertentangan dalam hak-hakmu dengan adat; kecuali jika Allah mengubahmu. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri (QS 13:11)

Hendaklah engkau mengeluarkan hawa nafsumu dan makhluk dari dalam hatimu. Lalu penuhilah hatimu dengan apa yang tersimpan pada keduanya sehingga keadaannya kembali kepadamu. Hal ini tak akan datang dengan puasa di siang hari dan bangun di malam hari, tetapi dengan sucinya hati dan bersihnya batin.

Sebagian ulama berkata, “Puasa dan bangun malam adalah ibarat cuka dan sayur dalam suatu hidangan. Makanan selain hidangan itu hanyalah sebagai pelengkap. Keduanya merupakan makanan utama. Kemudian datang setelah itu berbagai makanan. Kemudian makan, dan mencuci tangan. Setelah itu datang menemui Allah Azza wa Jalla. Kemudian yang dilakukan adalah penganugerahan, pemutusan, pengaturan, penggantian, penyerahan negara dan pencabutannya. Apabila hati seorang hamba telah baik terhadap Allah Azza wa Jalla dan menetap di dekat-Nya maka Dia akan memberikan kerajaan dan pemerintahan di seluruh pelosok bumi. Dia akan menyerahkan kepadanya penyebaran da’wah kepada makhluk dan sabar atas hinaan mereka. Dia memasrahkan kepadanya semua perubahan yang batil dan penegakkan yang hak. Dia telah memberikan semua itu dan mencukupkannya. Sebab, apabila Dia memberi, tentu Dia akan mencukupinya. Allah Azza wa Jalla memenuhi perutnya dengan hikmah. Dia sungguh telah menciptakan dari celah-celah bumi hati hamba-hamba-Nya yang salih dan baik kepada-Nya. Dia menciptakan hamba-hamba-Nya yang makrifat kepada-Nya, sebagai sungai hukum yang muncul dari lembah ilmu-Nya. Dari samping ‘Arasy dan Lauh-Nya berjalan sampai ke tanah-tanah hati yang mati yang tidak mengenal-Nya dan berpaling dari-Nya.”

Wahai anakku, hendaklah engkau menyadari bahwa memakan makanan yang haram akan mematikan hatimu, sementara memakan makanan yang halal akan menghidupkannya. Satu suap makanan tersebut akan menyinari hatimu, sementara satu suap yang lain akan menggelapkannya. Satu suap akan menyibukkanmu dengan urusan dunia, sementara satu suap yang lain akan menjadikanmu mencintai Pencipta keduanya. Makanan haram dapat menyibukkanmu dengan dunia dan menyukai kemaksiatan. Sementara makanan halal dapat menyibukkanmu dengan akhirat dan mencintai ketaatan. Makanan halal akan mendekatkan hatimu kepada Tuhan. Makanan tersebut tidak kau ketahui kecuali dengan makrifat kepada Allah Azza wa Jalla. Sementara makrifat kepada-Nya sesungguhnya terdapat dalam hati dan bukan dalam tulisan. Makrifat itu berasal dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya. Sesungguhnya hasil dari makrifat kepada Allah adalah setelah mengamalkan hukum-hukum-Nya; setelah mempercayai-Nya dan berlaku jujur; setelah mengesakan Allah dan mempercayai-Nya; dan setelah mengeluarkan makhluk dari dalam hatinya secara keseluruhan. Bagaimana mungkin engkau bisa bermakrifat kepada Allah padahal engkau tidak mengenal apa pun kecuali apa yang kau makan, kau minum, kau pakai, dan yang kau nikahi? Engkau tidak memperhatikan dari berbagai segi. Tidakkah engkau mendengar sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang tidak memperhatikan dari mana asal makanan dan minumannya, niscaya Allah tidak akan memperhatikan dari pintu neraka mana Dia memasukkannya.”

Hendaklah engkau tidak memperhatikan semua perkara dan tidak menyebut hanya satu perkara. Hendaklah engkau tidak disibukkan oleh suatu perkara dan janganlah terikat oleh makhluk. Hanya saja engkau berbicara kepada mereka atas apa yang mereka pikirkan. Engkau bersedekah dengan berkeliling kepada mereka. Engkau mengamalkan sabda Nabi saw, “Berkeliling kepada manusia merupakan sedekah.”

Engkau memberi mereka dari pemberian Allah. Engkau memuliakan mereka dari kemuliaan-Nya kepadamu. Engkau bersikap ramah, sayang, dan lembut kepada mereka. Jika demikian keadaannya, akhlakmu akan berasal dari akhlak Allah Azza wa Jalla dan perbuatanmu selalu berdasarkan perintah-Nya.

Ingatlah bahwa pemimpin itu ada dua macam: pemimpin hukum dan pemimpin ilmu. Pemimpin dari makhluk menunjukkanmu kepada pintu yang dekat kepada Allah Azza wa Jalla. Dua pintu yang harus engkau masuki adalah pintu makhluk dan pintu Khalik; pintu dunia dan pintu akhirat. Salah satunya mengikuti yang lain. Pertama pintu makhluk dan yang kedua pintu Allah Azza wa Jalla. Engkau tidak akan melihat pintu akhir sebelum melewati pintu awal. Oleh karena itu, hendaklah engkau menyingkirkan dunia dengan hatimu sehingga engkau masuk menuju akhirat. Layanilah pemimpin hukum sehingga dia memasukkanmu kepada pimpinan ilmu. Keluarlah dari makhluk sehingga engkau akan mengenal Allah Azza wa Jalla.

Makrifat merupakan suatu tahapan yang terdiri dari beberapa tingkatan. Keduanya berlawanan dan tidak berkumpul. Perkara ini saling berlawanan sehingga janganlah engkau mencari penyatuan dari keduanya. Hendaklah engkau mengosongkan hatimu yang merupakan rumah Allah Azza wa Jalla. Hendaklah engkau meninggalkan yang selain Dia dalam hatimu. Apabila malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah yang ada gambar di dalamnya, lalu bagaimana Allah Azza wa Jalla masuk ke dalam hatimu, padahal dalam hatimu ada gambar dan berhala? Sebab, segala sesuatu selain Dia adalah berhala. Oleh karena itu, hendaklah engkau menghancurkan berhala itu dan bersihkanlah rumah tersebut, niscaya engkau akan melihat penghuninya hadir di dalamnya, engkau akan melihat keajaiban yang belum pernah engkau lihat sebelumnya.

Ya Allah, berilah kami taufik agar Engkau meridhai kami.
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat,

dan peliharalah kami dari siksa api neraka.[]

(Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Memperhatikan Makhluk

Dunia adalah hijab bagi akhirat, akhirat adalah hijab terhadap Penguasa dunia dan akhirat, dan setiap makhluk adalah hijab terhadap Sang Pencipta, yakni Allah SWT. Ketika engkau bersama-Nya, maka Dia pun adalah ‘hijab’ bagi dirimu. Dengan itu, engkau tidak akan mengalihkan pandangan kepada makhluk, tidak juga pada dunia, dan tidak pula pada apapun selain Allah Azza wa Jalla, hingga engkau sampai di pintu-Nya dengan kaki-kaki batinmu dan kezuhudanmu yang benar terhadap apa-apa selain Diri-Nya; dengan senantiasa mengosongkan diri dari segala sesuatu, senantiasa berharap kepada-Nya, senantiasa memohon pertolongan kepada-Nya, dan senantiasa memperhatikan masa lalu dan ilmunya. Oleh karena itu, apabila hati dan nuranimu benar-benar telah sampai kepada-Nya, juga kedekatanmu kepada-Nya, kerendahan hatimu di hadapan-Nya, rasa malumu terhadap-Nya, penguasaan dan pengurusanmu atas hatimu, serta menjadikanmu tabib atasnya, maka pada saat engkau berpaling kepada makhluk dan dunia, keberpalinganmu itu merupakan nikmat bagi mereka. Pengambilan bagianmu terhadap dunia dari tangan mereka dan pengembaliannya kepada orang-orang fakir, serta penerimaanmu darinya demi bagianmu, adalah ibadah, ketaatan, dan keselamatan. Barangsiapa yang mengambil dunia dengan sifat ini, dunia tidak akan mencelakakannya; bahkan ia akan selamat darinya.

Kewalian memiliki tanda pada wajah-wajah para wali, yang dikenal oleh para ahli firasat. Isyarat-isyarat itu dikemukakan dengan kewalian, bukan dengan lisan. Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan, dia mesti mengorbankan diri dan hartanya semata-mata untuk Alllah Azza wa Jalla; mengeluarkan makhluk dan dunia dari dalam hatinya seperti keluarnya rambut dari dalam adonan dan susu; demikian juga dari segala sesuatu selain Allah. Jika demikian halnya, akan diberikan hak orang yang memang memiliki haknya. Di hadapan-Nya engkau makan bagianmu dari dunia dan akhirat. Engkau ada di depan pintu-Nya dan berdiri tegak melayani.

Janganlah memakan bagianmu di dunia, selagi dunia menjadi landasan dan kau berdiri di atasnya. Akan tetapi, makanlah bagianmu di dunia di hadapan pintu Penguasa, selagi engkau duduk dan dunia berdiri.

Layanilah orang yang berdiri di depan pintu Allah Azza wa Jalla dan hinakanlah siapa saja yang berdiri di idepan pintu dunia. Segala sesuatu yang merupakan bagian dunia ada di bawah kaki kekayaan dan kemuliaan Allah Azza wa Jalla.

Kaum muslim senantiasa ridha kepada Allah atas kesempitannya di dunia dan ridha pula kepada-Nya di akhirat untuk berdekatan dengan-Nya. Mereka tidak mencari sesuatu dari Allah selain Diri-Nya. Mereka tahu bahwa dunia telah dibagi-bagi, sehingga mereka pun meninggalkan tuntutan atasnya dan beramal demi meraihnya. Tidak ada yang mereka kehendaki selain wajah Allah Azza wa Jalla. Seandainya mereka masuk surga, mereka tidak membuka mata mereka hingga melihat cahaya wajah Allah. Kesendirian dan kesunyian yang paling disukai adalah tatkala seseorang yang hatinya kosong dari makhluk dan sebab-sebab. Seseorang tidak akan menempuh jalan para nabi, para shiddiqqiin, dan orang-orang shalih hingga dia merasa puas dengan kemudahan di dunia dan bersikap pasrah atas apa pun yang telah ditakdirkan. Hendaklah engkau tidak mencari sesuatu yang banyak, sebab sesungguhnya engkau bisa celaka. Apabila datang kepadamu sesuatu yang banyak dari Allah di luar pilihanmu sendiri, berarti engkau benar-benar telah dipelihara di dalam perkara tersebut.

Hasan al Bashri r.a. pernah bertutur, “Hendaklah engkau menasihati manusia dengan ilmu dan tutur katamu. Kepada orang yang sering memberi nasihat, hendaklah menasihati manusia dengan kebeningan batin dan ketakwaanmu. Janganlah menasihati mereka dengan cara memperbagus penampilanmu tetpi diikuti dengan keburukan batinmu.”

Allah Azza wa Jalla telah menetapkan keimanan di dalam hati kaum Mukmin sebelum Dia menciptakan mereka. Ini adalah masa lalu. Kita tidak boleh terpaku pada masa lalu dan bersikap tawakal terhadap masa lalu. Akan tetapi kita mesti bersungguh-sungguh, berusaha dan mengerahkan sikap zuhud, bersungguh-sungguh dalam menghasilkan keimanan dan keyakinan; emnetapi anugerah Allah Azza wa Jalla, dan senantiasa melazimkan duduk bersimpuh di pintu-Nya. Dengan demikian, hati kita senantiasa bersungguh-sungguh di dalam menggapai keimanan, sehingga mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla menganugerahkan sesuatu kepada kita tanpa harus kerja keras dan mengalami keletihan. Dia tidak meluaskan bagi kalian apa yang dulu pernah Dia luaskan bagi orang yang mendahului kalian, yakni para sahabat dan para taabi’in. Allah Azza wa Jalla, Tuhan kita, berada di atas ‘Arsy, sebagaimana difirmankan-Nya tanpa ada penyerupaan dan tanpa mengidentikkannya dengan jasad fisik.


Ya Allah, limpahkanlah kami rezeki, berilah kami taufik, dan jauhkanlah kami dari bid’ah. Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami kebajikan di dunia dan akhirat, serta lindungilah kami dari siksa api neraka.[]

(Syaikh Abdul Qadir Jailani, Percikan Cahaya Ilahi )

Dunia dan Akhirat

Dunia dan Akhirat

  • Dunia adalah kendaraan seorang Mukmin, yang dengannya dia berangkat menuju Tuhannya. Maka, perbaikilah kendaraan kalian, niscaya ia akan menyampaikan kepada Tuhan kalian.

  • Pernah seseorang mencela dunia di sisi Imam Ali r.a., maka Imam berkata: “Dunia adalah negeri kebenaran bagi yang membenarkannya. Negeri keselamatan bagi yang mengetahui tentangnya. Negeri kekayaan bagi yang mengambil bekal darinya. Tempat turunnya wahyu Allah. Tempat shalat para wali-Nya. Masjid para nabi-Nya. Dan tempat jual-beli para wali-Nya. Mereka beruntung dengan mendapatkan rahmat darinya dan di dalamnya mereka mengharapkan surga.”

  • Ketahuilah, wahai hamba-hamba Allah, bahwa kalian dan keadaan kalian di dunia ini seperti orang-orang yang sebelum kalian. Mereka ini usianya lebih panjang daripada kalian, negerinya lebih makmur daripada kalian, dan lebih jauh jejaknya (peninggalannya). Suara-suara mereka tidak terdengar lagi. Jasad-jasad mereka telah hancur. Rumah-rumah mereka kosong. Dan jejak-jejak mereka terhapus.

  • Keluarkanlah hati kalian dari dunia ini sebelum badan kalian keluar darinya. Di dalam dunia ini kalian diuji dan untuk selainnya kalian diciptakan. Sesungguhnya ketika seseorang meninggal, orang-orang berkata, “Apa yang ditinggalkannya?” Sebaliknya, malaikat berkata, “Apa yang dibawanya?” Maka, nafkahkanlah sebagian harta kalian sebagai pinjaman yang baik bagi Allah. Janganlah kalian meninggalkan seluruh harta kalian (sebagai warisan) karena hal itu akan menjadi beban (yang akan dimintai pertanggungjawabannya) atas kalian.

  • Ketahuilah, sesungguhnya dunia yang kalian harapkan dan kalian sukai, yang karenanya kalian menjadi marah dan karenanya pula kalian menjadi puas, bukanlah negeri kalian, bukan tempat tinggal kalian yang kalian diciptakan untuknya, dan bukan pula yang kalian diseru kepadanya.


  • Janganlah kalian berlomba-lomba dalam kemuliaan dunia dan kebanggaannya. Jangan terpesona dengan perhiasannya dan kesenangannya. Dan jangan pula bersedih dengan musibah dan kesengsaraannya. Sebab, kemuliaan dunia dan kebanggaannya terputus. Perhiasannya akan sirna. Musibah dan kesengsaraannya akan hilang.
(Imam Ali bin Abi Thalib kw)

Hadits-Hadits Tentang Dunia

Syarah Mukhtaarul Ahaadits
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi
Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008

28. Dua perkara yang dibenci anak Adam, yaitu: membenci mati, padahal mati lebih baik daripada fitnah, dan dia membenci sedikit harta benda, padahal sedikit harta benda meringankan hisab.  (Riwayat Ahmad)

101. Apabila Allah menghendaki keburukan atas suatu kaum, maka Dia menjadikan urusan mereka berada di tangan orang-orang yang hidup mewah.
(Riwayat ad Dailami)

115. Apabila umatku mulai mengagung-agungkan perkara duniawi maka dicabut dari mereka pengaruh agama Islam, dan apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar, mereka tidak akan mendapatkan keberkahan wahyu. (Riwayat Turmudzi)

128. Apabila seseorang di antara kalian melihat orang lain memiliki keutamaan dalam hal harta benda dan rupa lebih darinya maka lihatlah orang yang lebih rendah daripadanya.
(Riwayat Syaikhain melalui Abu Hurairah ra)

143. Ada empat perkara yang tidak pernah kenyang dari empat perkara lainnya yaitu; bumi dari hujan; wanita dari laki-laki; mata dari memandang; dan orang alim dari ilmu.
(Riwayat Imam Hakim)

173. Perbaikilah/bekerjalah (a’malu) urusan dunia kalian dan beramallah untuk akhirat kalian seakan-akan kalian akan mati besok (HR Ad Dailami melalui Anas ra)

179. Carilah kebutuhan-kebutuhan kalian dengan jiwa yang mulia, karena sesungguhnya semua perkara itu berjalan sesuai dengan takdir.
(Riwayat Ibnu Asakir melalui Abdullah ibnu Bisr)

252. Amma ba’du (sesudah membaca basmalah dan hamdalah), sesungguhnya dunia itu hijau lagi manis, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah padanya, maka Dia akan melihat bagaimanakah kalian berbuat. Karena itu hati-hatilah kalian terhadap masalah dunia dan hati-hati pulalah kalian terhadap masalah kaum wanita. Sesungguhnya permulaan fitnah yang menimpa kaum Bani Israil adalah disebabkan wanita. Ingatlah, sesungguhnya Bani Adam diciptakan dalam berbagai macam tingkatan. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam keadaan beriman, dan hidup sebagai orang  yang beriman, serta mati sebagai orang yang beriman. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam keadaan kafir, lalu hidup sebagai orang kafir dan mati pun sebagai orang kafir. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam keadaan beriman, lalu hidup sebagai seorang yang beriman, tetapi ia mati sebagai seorang kafir. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam keadaan kafir, dan hidup sebagai seorang kafir, tetapi dia mati dalam keadaan beriman. Ingatlah, sesungguhnya marah itu adalah bara api yang menyala-nyala dalam perut anak Adam. Tidakkah kalian melihat kedua matanya yang memerah dan urat lehernya yang menegang? Karena itu apabila seseorang di antara kalian merasakan hal tersebut (marah), ingatlah akan tanah, ingatlah akan tanah. Ingatlah, sesungguhnya laki-laki yang paling baik adalah yang lambat marahnya, cepat reda, dan laki-laki yang paling buruk adalah orang yang cepat marahnya, lambat redanya. Apabila seseorang lambat marahnya dan lambat pula redanya, atau ceoat marahnya dan cepat pula redanya, maka hal tersebut pertengahan. Ingatlah sesungguhnya pedagang yang paling baik adalah yang baik dalam membayar utang dan baik pula dalam menagih utang. Dan pedagang yang paling buruk ialah pedagang yang buruk dalam membayar utang dan buruk pula dalam menagih utang. Apabila seseorang baik dalam mambayar utang tetapi buruk dalam menagih utang, atau ia buruk dalam membayar utang tetapi baik dalam menagih utang, maka hal tersebut berimbang. Ingatlah, sesungguhnya kelak di hari kiamat bagi setiap pengkhianat itu ada benderanya masing-masing sesuai dengan khianatnya, dan ingatlah bahwa pengkhianatan yang paling besar adalah khianat yang dilakukan oleh Amir (pemimpin) rakyat. Ingatlah, jangan sekali-kali pengaruh orang banyak dapat mencegah seseorang untuk mengatakan perkara yang haq apabila ia mengetahuinya. Ingatlah, sesungguhnya jihad yang paling utama itu adalah kalimat yang haq di hadapan sultan yang kelewat batas (zalim). Ingatlah, sesungguhnya perumpamaan orang-orang yang tertinggal di masa lalu dari dunia ini, sama dengan perumpamaan hari kalian sekarang ini, bila dibandingkan dengan hal-hal yang telah lewat daripadanya.

(Riwayat Turmudzi melalui Abu Said)

299. Sesungguhnya bumi ini berseru sebanyak 70 kali untuk setiap harinya “Hai anak Adam, makanlah sesuka hati kalian dan sesuka selera kalian, demi Allah aku benar-benar akan memakan daging dan kulit kalian.”
(Riwayat Hakim)

345. Apabila kesialan itu terdapat pada sesuatu, adanya pada rumah, wanita (istri) dan kuda (kendaraan).
(Riwayat Syaikhan)

494. Ada tiga perkara yang dapat mengantarkan seorang hamba untuk memperoleh keinginan dunia dan akhirat, yaitu: sabar di dalam menanggung musibah, ridha dengan takdir, dan berdoa di kala sedang senang.
(Riwayat Abu Syekh melalui sahabat Anas)

507. Sesungguhnya Allah SWT menjadikan kotoran yang keluar dari anak Adam sebagai perumpamaan buat dunia
(Riwayat Ahmad)

521. Merupakan suatu ketetapan dari Allah bahwa tidak sekali-kali sesuatu pun dari perkara duniawi terangkat melainkan Dia pasti bakal merendahkannya.
(Riwayat Imam Bukhari)

585. Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang tidak meninggalkan urusan akhiratnya demi urusan duniawinya, dan pula tidak meninggalkan perkara duniawinya demi perkara akhiratnya, dan tidak mau menjadi beban bagi orang lain.
(Riwayat al Khathib melalui Anas ra)

607. Dunia itu manis lagi hijau, barangsiapa yang memperoleh harta dari usaha halalnya lalu ia membelanjakannya sesuai dengan hak-haknya, niscaya Allah akan memberinya pahala dari nafkahnya itu, dan niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam surga-Nya. Dan barangsiapa memperoleh harta dari usaha yang haram lalu ia membelanjakannya bukan pada hak-haknya, niscaya Allah akan menjerumuskannya ke dalam tempat yang menghinakan (neraka). Dan banyak orang yang menangani harta Allah dan Rasul-Nya kelak di hari kiamat mendapat siksa neraka.
(Riwayat Baihaqi melalui Ibnu Umar ra)

608. Dunia adalah benda yang ada sekarang, orang yang bertakwa dan orang yang durhaka sama-sama makan sebagian daripanya. Sedangkan akhirat merupakan janji yang benar, di hari akhirat keputusan berada pada Raya Yang Maha Adil, Dia memenangkan perkara yang hak dan mengalahkan perkara yang batil. Karena itu jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya setiap ibu itu pasti diikuti oleh anaknya masing-masing
(Riwayat Imam Muslim)

609. Dunia merupakan tempat tinggal bagi orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan merupakan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan hanya karena dunialah orang yang tidak berakal mengumpulkannya.
(Riwayat Ahmad melalui Aisyah ra)

610. Dunia semuanya merupakan perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita (istri) yang saleh.
(Riwayat Nasai)

611. Dunia terkutuk dan terkutuk pula semua yang ada di dalamnya, kecuali dzikrullah dan hal-hal yang berkaitan dengannya, serta orang yang alim atau orang yang belajar (ilmu agama)
(Riwayat Thabrani melalui Ibnu Mas’ud ra)

612. Dunia tidaklah jernih bagi orang mukmin, bagaimana ia dapat jernih karena merupakan penjara dan negeri cobaannya, dan dunia merupakan surga bagi orang yang kafir.
(Riwayat Ibnu La’al melalui Anas ra)

1120. Barangsiapa mencintai dunianya, niscaya akhiratnya ditelantarkan, dan barangsiapa mencintai akhiratnya niscaya dunianya ditelantarkan; oleh karena itu dahulukanlah yang abadi daripada hal yang fana.

(Riwayat Hakim melalui Abu Musa ra)

Jangan Selalu Merasa Berdosa

“Jangan terlalu merasakan dosa-dosa yang telah engkau lakukan, sehingga dapat menghalang-halangi engkau bersangka baik kepada Allah. Sesungguhnya apabila engkau mengenal Tuhanmu dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya, maka engkau tidak terlalu membesarkan dosa-dosamu, di sisi sifat Maha Rahmannya Allah SWT. Tidak ada dosa yang kecil, apabila Allah mengharapkan padamu sifat adil-Nya, dan tidak ada dosa besar, apabila Allah menghadapkan padamu sifat-Nya yang penuh anugerah.”

Apabila seorang hamba merasa besar sekali dosanya terhadap Allah, setiap saat ada saja dosa yang dikerjakannya walaupun dosa-dosa kecil, maka perasaan seperti ini akan memburukkan dirinya sendiri. Ia akan menganggap Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan menurunkan siksa-Nya kepada si hamba yang berdosa. Seakan-akan Allah itu sangat kejam, yang suka menyiksa manusia berdosa. Padahal Allah Ta’ala bersifat sangat Rahman dan sangat adil bagi siapa saja.

Sesungguhnya rahmat dan kasih sayang Allah itu lebih banyak dan lebih luas dari siksa-Nya. Sifat adil dan bijak Allah itu meliputi langit dan bumi dengan segala isinya. Allah SWT mengetahui tentang manusia yang ada di muka bumi ini, kemampuan ilmu dan kekuatan imannya. Sehingga tuangan rahmat dan kasih sayang-Nya yang ada di permukaan bumi ini sangat sempurna dan sangat bijaksana. Sifat Allah Ta’ala yang pemaaf dan pengampun adalah bagian dari anugerah Allah SWT kepada manusia dan semua makhluk yang ada di alam semesta.

Manusia tidak perlu berlebih-lebihan merasa dosa atas kesalahannya terhadap Allah SWT, setelah mengetahui sifat Allah dan besarnya dan besarnya rahmat dan anugerah Allah kepada seisi alam ini. Tugas seorang hamba kepada Allah SWT, karena dosa-dosa dan kesalahan yang diperbuatnya adalah kembali sadar, lalu bertobat dengan tobat yang sungguh-sungguh, dengan niat tidak akan kembali lagi melaksanakan dosa-dosa yang pernah dikerjakannya dan berharap rahmat Allah terus menerus, agar tidak tergoda dan tergelincir untuk kedua kalinya ke lembah dosa (Itulah yang disebut dengan taubatan nasuha).

Sahabat Ibnu Mas’ud berucap, “Adapun hamba yang merasa dosa-dosanya seperti setinggi gunung, dia kuatir kalau-kalau dosa yang besar dan tinggi itu akan jatuh dan menimpa dirinya (seperti gunung yang bisa roboh menimpa manusia di bawahnya). Sebaliknya, orang yang menganggap enteng dosa dan kesalahan yang pernah diperbuatnya, menganggap dosa itu seperti lalat yang hinggap di ujung hidungnya, ia menganggap remeh dosa yang diperbuatnya, tidak akan mengganggu pikiran dan perasaannya, seperti mudahnya ia menghalau lalat yang hinggap di ujung hidungnya.

Perasaan orang pertama sudah diuraikan sebelum ini, sedang perasaan orang yang kedua (tukang maksiat dan munafik) seperti ini, selain bodoh juga sangat meremehkan Allah SWT. Ia menganggap Allah SWT tidak mampu berbuat apa-apa, kalau ia berbuat dosa. Atau mengira tidak ada hubungannya dosa kesalahannya dengan Allah SWT. Adapun orang yang berbuat dosa dan sadar akan kesalahannya, lebih baik dari seorang hamba yang ujub dan sombong, seperti tidak ada lagi yang melebihi dirinya. Sedangkan orang berdosa akan menarik orang beriman untuk segera surut dari perbuatannya mendekati Allah SWT. []


(Ibnu Ɓthaillah, Al Hikam)

Larangan Berdusta



Jadilah orang yang berakal dan jangan sekali-kali berdusta. Engkau berkata, “Saya takut kepada Allah.” Padahal engkau takut kepada selain Allah.

Janganlah engkau takut kepada jin, manusia, atau malaikat. Janganlah takut kepada makhluk sejenis hewan, baik yang dapat berbicara ataupun yang tidak. Janganlah engkau takut terhadap siksaan dunia ataupun siksaan akhirat. Akan tetapi, takutlah pada Zat Yang menyiksa makhluk-Nya dengan siksaan.

Orang yang berakal tidak takut pada kecaman orang yang mengecam. Dia hanya takut kepada Allah. Dia tuli terhadap semua kecaman selain kecaman Allah. Semua makhluk dalam pandangannya adalah lemah, sakit dan fakir. Contoh orang yang berakal adalah para ulama yang dapat mengambil manfaat dari ilmu yang mereka miliki. Para ulama yang benar-benar memahami syariat dan hakikat agama Islam merupakan “dokter-dokter” agama yang bertugas memperbaiki kerusakan agama.

Oleh karena itu, kepada orang yang merasa agamanya telah rusak, hendaklah datang kepada mereka agar mereka dapat memperbaiki kerusakan agamanya. Sementara itu, Zat Yang telah menurunkan penyakit, Dia juga yang menurunkan obatnya. Dia lebih mengetahui berbagai kemaslahatan ketimbang makhluk-Nya. Oleh karena itu, hendaklah engkau tidak menuduh atau menyalahkan Allah dalam perbuatan-Nya atas makhluk-Nya. Engkau lebih pantas untuk disalahkan dan dicaci ketimbang yang lainnya. Hendaklah engkau berkata kepada diri sendiri, “Pemberian itu bagi orang yang taat, tongkat itu bagi orang yang durhaka. Apabila Allah telah menghendaki kebaikan pada seorang hamba lalu dirampas-Nya maka bersabarlah Dia akan mengangkat, memperbaiki, memberi dan mencukupimu.

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu agar dekat dengan-Mu tanpa ada bencana. Berlemah-lembutlah kepada kami dalam qadha dan takdir-Mu. Jagalah kami dari kejahatan orang-orang jahat dan tipu daya orang-orang yang menyimpang. Jagalah kami sesuai kehendak-Mu. Kami memohon kepada-Mu ampunan dan kebaikan dalam agama, dunia dan akhirat. Dan kami memohon taufik kepada-Mu agar dapat beramal salih dan ikhlas dalam beramal. Amin.

Seorang lelaki menghampiri Syaikh Abu Yazid al-Busthami. Orang itu selalu melihat ke kanan dan ke kiri. Syaikh Abu Yazid bertanya kepadanya, “Ada apa denganmu?”
Orang itu menjawab, “Saya menginginkan tempat yang bersih untuk shalat.”
Syaikh Abu Yazid berkata kepadanya, “Sucikanlah hatimu dari sikap riya dan shalatlah di mana kamu suka.”

Tidak ada yang mengetahui sikap riya kecuali orang-orang yang ikhlas. Mereka pernah berbuat riya dan memberishkan dirinya dari sikap tersebut. Riya adalah suatu tahapan dalam perjalanan suatu kaum yang sering dilalui. Riya, berbangga diri, dan nifak adalah sebagian dari anak panah setan yang dilemparkan ke dalam hati. Oleh karena itu, hendaklah engkau datang kepada para guru dan pelajarilah perjalanan hirup mereka dalam menempuh jalan menuju Allah. Hendaklah engkau bertanya kepada mereka tentang bahaya hawa nafsu dan tabiat buruk. Sesungguhnya mereka telah menguasai bahayanya; mereka telah mengenal bahaya dan kejahatannya sehingga mereka mengalahkan riya. Janganlah tertipu oleh tipuan setan terhadap dirimu. Jangan kalah oleh hawa nafsu, karena nafsu membidikmu dengan anak panahnya. Setan tidak akan mampu menguasaimu kecuali melalui nafsu. Setan dari golongan jin tidak akan mampu menguasaimu kecuali setan dari golongan manusia. Itulah nafsu dan jiwa yang buruk. Berdoalah kepada Allah dan mintalah pertolongan kepada-Nya terhadap (makar) musuh-musuhmu sehingga Allah akan menolong. Kemudian, jika engkau telah menemukan Allah, engkau pun melihat apa yang ada pada-Nya, dan jika engkau telah memperolehnya, maka kembalilah kepada keluarga dan makhluk-Nya dan ajaklah mereka kepada-Nya. Katakanlah kepada mereka, “Bawalah keluarga kalian kepadaku,” sebagaimana Nabi Yusuf a.s. setelah memperoleh kerajaan berkata kepada keluarganya, Bawalah semua keluargamu kepadaku (QS 12: 93)

Orang-orang yang terhalang (al-mahjubun) adalah mereka yang dihalangi Allah Azza wa Jalla dan yang luput dari kedekatan dengan Allah di dunia dan akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Alquran: Wahai anak Adam, jika Aku lupakan kalian, akan luputlah segala sesuatu dari diri kalian.

Bagaimana Allah tidak melupakanmu, sedangkan engkau berpaling dari-Nya dan dari hamba-hamba-Nya yang senantiasa berbuat baik dengan menyakiti mereka melalui ucapan dan perbuatan, serta berpaling dari mereka, baik secara lahir maupun batin.

Nabi saw. bersabda, “Menyakiti seorang Mukmin adalah lebih berat di hadapan Allah daripada merobohkan Ka’bah dan Baitul Makmur lima belas kali lipat.”

Oleh karena itu, hendaklah engkau menyadari, bahwa akan celaka orang-orang yang selalu menyakiti orang-orang fakir, sedangkan mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, senantiasa bersikap baik terhadap diri-Nya, serta bermakrifat dan bertawakal kepada-Nya.


Celaka, jika engkau ditarik dari keluarga yang mati, dikeluarkan dari rumah, dan harta yang kau banggakan dirampas. Tidaklah berguna harta itu dan tidak akan dikembalikan lagi. 

(Abdul Qadir Jaelani, Percikan Cahaya Ilahi)

Sunday, June 30, 2013

Manfaat Dzikir

“Sungguh jika pikiranku terhenti pada satu masalah atau apapun yang sulit untuk kupahami, maka aku akan beristighfar kepada Allah Ta’ala seribu kali atau lebih, hingga akhirnya dadaku dilapangkan dan kekaburan masalah itu menjadi jelas.” 

(Ibn Taimiyah)

Ibnu al-Qayyim –murid terdekatnya- mengatakan tentang kebiasaan Ibn Taimiyah,
“Bila ia usai menunaikan shalat subuh, ia pun tinggal duduk (berdzikir) di tempatnya hingga matahari terbit dan mulai panas. Ia mengatakan, ‘Inilah sarapan pagiku, kapan saja aku tak melakukannya maka kekuatanku akan berguguran.'

Al-Wabil al-Shayyib, hal. 57.

Dalam al-‘Uqud al-Durriyah (hal. 105) –salah satu biografi tentang Ibn Taimiyah yang ditulis oleh muridnya, Ibnu ‘Abd al-Hady- disebutkan,

“Bila malam hari tiba, ia pun menyendiri dari semua manusia, berkhalwat dengan Rabb-nya Azza wa Jalla merendahka
n diri pada-Nya, menekuni bacaan al-Qur’an, mengulang-ulangi berbagai bentuk penghambaan siang dan malam. Dan bila ia telah masuk ke dalam shalatnya, sekujur tubuh dan anggota badannya bergetar hingga bergoyang ke kiri dan ke kanan.