“Sungguh jika pikiranku terhenti pada satu masalah atau apapun yang sulit untuk kupahami, maka aku akan beristighfar kepada Allah Ta’ala seribu kali atau lebih, hingga akhirnya dadaku dilapangkan dan kekaburan masalah itu menjadi jelas.”
(Ibn Taimiyah)
Ibnu al-Qayyim –murid terdekatnya- mengatakan tentang kebiasaan Ibn Taimiyah,
“Bila ia usai menunaikan shalat subuh, ia pun tinggal duduk (berdzikir) di tempatnya hingga matahari terbit dan mulai panas. Ia mengatakan, ‘Inilah sarapan pagiku, kapan saja aku tak melakukannya maka kekuatanku akan berguguran.'
Al-Wabil al-Shayyib, hal. 57.
Dalam al-‘Uqud al-Durriyah (hal. 105) –salah satu biografi tentang Ibn Taimiyah yang ditulis oleh muridnya, Ibnu ‘Abd al-Hady- disebutkan,
“Bila malam hari tiba, ia pun menyendiri dari semua manusia, berkhalwat dengan Rabb-nya Azza wa Jalla merendahkan diri pada-Nya, menekuni bacaan al-Qur’an, mengulang-ulangi berbagai bentuk penghambaan siang dan malam. Dan bila ia telah masuk ke dalam shalatnya, sekujur tubuh dan anggota badannya bergetar hingga bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Sunday, June 30, 2013
Friday, May 10, 2013
Melihat Allah Pada Hari Kiamat
Barangsiapa yang melihat orang yang mencintai Allah ‘Azza wa Jalla, berarti
dia telah melihat orang yang sudah melihat Allah dengan hatinya. Dia masuk
kepada-Nya dengan batinnya. Tuhan kami, Allah ‘Azza wa Jalla, adalah sesuatu
yang ada dan dapat dilihat. Nabi saw. bersabda, “Kalian akan melihat Tuhan
kalian sebagaimana kalian melihat matahari dan bulan; tidak ada yang dikurangi
dalam melihat-Nya.”
Di dunia sekarang Allah dilihat dengan matahati, sementara kelak di akhirat
Dia dapat dilihat dengan mata kepala. Allah SWT berfirman:
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat (QS 42: 11)
Orang-orang yang mencintai Allah
akan merasa ridha kepada-Nya, tidak kepada selain Diri-Nya. Oleh karena itu,
rasa pahit dalam kefakiran dari dunia bagi mereka terasa manis, dan mereka
ridha kepada-Nya; mereka merasa senang dengan-Nya. Kekayaan mereka ada dalam
kefakiran; kenikmatan mereka ada dalam rasa sakit; keramahan mereka ada dalam
keliaran; kedekatan mereka ada dalam kejauhan; dan ketenangan mereka ada dalam
kelelahan. Oleh karena itu, berbahagialah engkau yang memiliki sikap sabar, ridha
dan selalu berupaya merusak hawa nafsu.
Wahai kaum muslim selaraskanlah
dirimu dengan-Nya senantiasa dan ridhalah atas perbuatan-Nya kepada kita dan
orang lain. Janganlah merasa lebih
pandai dan lebih berakal dibanding Zat Yang lebih berakal dari diri kita. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
Allah mengetahui, sementara
kalian tidak mengetahui
(QS 2: 216)
Berdirilah di hadapan kekuasaan-Nya di atas kehancuran akal dan ilmumu agar
engkau memperoleh ilmu-Nya. Hendaklah engkau bersedia bingung terlebih dahulu
dan tidak langsung menentukan pilihan. Biarlah kau merasa bingung terlebih
dahulu hingga datang kepadamu pengetahuan tentang Allah. Bingung dahulu
kemudian sampai pada pengetahuan yang kedua, kemudian sampai kepada pengetahuan
yang ketiga. Dimaksud terlebih dahulu, baru kemudian sampai pada yang dimaksud.
Dikehendaki dahulu kemudian sampai kepada hasil yang dikehendaki. Dengarlah
dan kemudian beramallah. Sesungguhnya aku memintal tali-tali kalian. Aku
memintal tali kalian yang lunak dan menyambungkan tali yang putus. Tidak ada
tujuan bagiku, kecuali tujuan kalian. Tidak ada kebingungan bagiku kecuali
kebingungan kalian. Aku bagaikan seekor burung, di mana saja aku hinggap, pasti
aku menjemput sesuatu. Apa yang ada dalam dirimu adalah batu-batu yang dilemparkan,
hai orang-orang yang kaku, wahai yang terikat nafsu.
Ya Allah, sayangilah aku dan sayangilah mereka. []
Mencintai Allah
Sesungguhnya pernah datang kepada
Nabi saw. seorang lelaki. Dia berkata kepada beliau, “Sesungguhnya saya mau
mencintaimu karena Allah.”
Nabi kemudian bersabda kepadanya,
“Kalau begitu, jadikan cobaan itu sebagai baju, dan jadikan pula kefakiran
sebagai pakaian.”
Di antara syarat mahabbah adalah kesesuaian dengan yang
dicintai. Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., ketika mengaku cinta kepada Rasulullah
saw., beliau menafkahkan seluruh hartanya. Berusaha mengikuti sifat Rasulullah
dan bersama-sama dalam kefakiran. Beliau berusaha menyesuaikan diri dengan
perilaku Rasulullah, baik lahir maupun batinnya; di saat tersembunyi maupun
terang-terangan.
Lalu bagaimana dengan engkau yang
mengaku mencintai orang-orang yang salih sedangkan engkau menyembunyikan dinar
dan dirham dari hadapan mereka? Padahal
engkau ingin dekat kepada mereka dan bergaul dengan mereka. Oleh karena itu,
hendaklah engkau menjadi orang yang berakal. Sebab, jika tidak, itulah mahabbah yang dusta, karena para pecinta
tidak akan menyembunyikan sesuatu dari orang yang dicintainya.
Kefakiran selalu menyertai Nabi saw. dan tidak pernah terpisahkan. Oleh
karena itu, beliau bersabda, “Kefakiran itu lebih (dekat) kepada orang yang
mencintaiku daripada meluapnya air ke muara.”
Siti ‘A’isyah r.a. berkata, “Bagi kami, dunia senantiasa bagaikan mutiara
kefakiran selama Rasulullah saw. bersama kami. Setelah Rasulullah wafat,
mengalirlah dunia dengan derasnya. Oleh karena itu, syarat mencintai Rasulullah
adalah kefakiran dan syarat mencintai Allah adalah cobaan.”
Sebagian ulama berkata, “Setiap cobaan disertai dengan pertolongan, maka
setiap cobaan yang datang menjadi tidak menarik karena akan datang pertolongan,
terhadap cinta kepada Allah dengan dusta, munafik dan riya.” Hendaklah engkau
kembali dari pangkuan dan dustamu. Janganlah mempertaruhkan kepalamu. Jika
engkau datang, jujurlah; jika tidak, jangan mengikuti kami. Janganlah bersikap
sombong dengan kekayaan, karena ia tidak akan menerimamu dan akan
mencemarkanmu. Jangan terlalu menyukai ular dan binatang buas, sebab nanti
keduanya bisa membinasakanmu. Jika engkau menjadi pawang ular, hadapilah ular.
Jika engkau punya kekuatan, datangilah binatang buas. Jalan menuju Allah ‘Azza
wa Jalla membutuhkan kejujuran dan cahaya makrifat. Dengan cahaya itu, matahari
makrifat akan muncul di dalam hati orang-orang yang jujur, dan tidak akan
lenyap, baik malam maupun siang.
Hendaklah berpaling dari orang-orang munafik yang menimbulkan kebencian.
Hendaklah kalian menjadi orang yang berakal. Janganlah mendekati sebagian besar
penghuni zaman ini, karena mereka bagaikan serigala yang berpakaian. Ambillah
oleh kalian cermin pikiran dan lihatlah di sana. Mohonlah kepada Allah agar
memperlihatkan diri kalian dan mereka. Sesungguhnya saya telah memikirkan
makhluk dan Khalik.
Ya Allah, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Berilah kami kebaikan
di dunia dan di akhirat.
Sesungguhnya saya tidak menghendaki diri kalian, tetapi saya menghendaki
kalian bagi kalian sendiri. Dalam tali kalian saya memintal. Saya tidak
akan mengambil sesuatu dari kalian kecuali bagi kalian sendiri. Untuk saya ada
kekayaan yang dikhususkan dari apa yang saya ambil dari kalian. Tidak ada bagi
saya kecuali usaha dan tawakal kepada Allah. Saya tidak menunggu apa yang
kalian datangkan kepada diri saya seperti sikap menunggunya orang munafik yang
riya, yang menyerah kepada kalian, dan yang lupa terhadap Tuhannya. Saya telah
meneliti penghuni bumi, karena itu jadilah orang-orang yang berakal. Janganlah
kalian bersikap sombong kepada saya. Sesungguhnya saya mengetahui kebaikan
ataupun kehinaan kalian dengan taufik dari Allah dan keramahan-Nya kepada diri
saya. Jika kalian ingin bahagia, jadilah sandaran pedang saya sehingga saya
mengetuk otak kalian, hawa nafsu, watak, setan yang ada pada kalian, musuh-musuh,
dan kawan-kawan kalian yang jahat.
Hendaklah kalian meminta tolong
kepada Tuhan atas musuh-musuh kalian. Orang yang akan ditolong adalah orang
yang sabar menghadapi musuh, sedangkan orang yang akan terhina adalah orang
yang menyerah kepada musuh. Cobaan itu banyak sementara yang menurunkannya
satu. Penyakit itu banyak sementara dokternya cuma satu.
Hendaklah orang yang sakit
memasrahkan jiwanya kepada dokter. Janganlah berburuk sangka kepada dokter
tentang apa yang dia lakukan kepadamu, sebab dokter lebih mengasihi jiwamu
daripada dirinya sendiri. Turutilah selalu nasihat dokter dan jangan pernah
membantahnya. Engkau pasti akan melihat kebaikan di dunia dan di akhirat.
Banyak orang yang terdiam dan kebingungan. Jika keadaan ini berlangsung lama, ajaklah
mereka berbicara seperti engkau mengajak berbicara benda-benda mati di Hari
Kiamat. Mereka tidak akan berbicara kecuali diajak bicara. Mereka tidak merasa
senang hanya jika diberi kesenangan. Hati mereka mencapai hati malaikat. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
Mereka tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan dan mereka selalu mengerjakan semua
yang Dia perintahkan (QS
66:6)
Mereka mencapai kedudukan malaikat, bahkan melebihinya. Mereka melebihi
malaikat karena makfirat kepada Allah dan mengenal-Nya. Malaikat hanyalah
pelayan dan pengikutnya. Malaikat memperoleh segala pengetahuan darinya, karena
hikmah (ilmu) dialirkan ke dalam hati mereka dengan deras. Hati mereka
terjaga dari penyakit. Penyakit hanya mendatangi anggota badannya, bukan
hatinya. Jika engkau ingin mencapai derajat mereka, maka kau harus memperkuat
Islam; meninggalkan dosa, baik dosa lahir maupun dosa batin; menjauhkan diri
dari perkara-perkara syubhat; bersikap zuhud dalam urusan dunia yang mubah dan
halal; serta merasa cukup dengan kedekatan kepada-Nya. Jika engkau telah merasa
cukup dengan kedekatan kepada-Nya, niscaya semua karunia-Nya akan dialirkan
kepadamu, serta pintu kelembutan-Nya akan terbuka untukmu, begitu pula pintu
rahmat, dan anugerah-Nya. Dunia akan berada dalam genggamanmu, kemudian
diluaskannya dunia sampai pada puncaknya.
Pribadi-pribadi seperti di atas
adalah pribadi para wali dan shiddiqin
yang diketahui melalui ketakwaannya, karena mereka tidak disibukkan oleh
sesuatu pun (kecuali Allah). Bagi mereka, dunia berada dalam genggamannya,
kerena lebih menyukai tempat tersebut hanya bagi Allah semata, mereka masuk
hanya kepada-Nya, mereka mencari hanya dari Allah. Seandainya Allah memberi
mereka dunia, mungkin mereka akan sibuk dengan urusan dunia daripada berbakti
kepada-Nya. Ini merupakan kemungkinan yang umum terjadi. Tetapi bagi
orang-orang seperti di atas, hal seperti itu jarang terjadi, dan yang jarang
terjadi tidak bertalian dengan hukum. Nabi saw. termasuk orang yang dipalingkan
dari urusan dunia dan tidak disibukkan olehnya. Nabi saw. hanya sibuk berbakti
kepada-Nya. Beliau tidak melirik bagian dunianya disertai kesempurnaan zuhudnya
dan benar-benar berpaling dari dunia. Kunci-kunci gudang simpanan harta dunia
disodorkan kepada beliau, tetapi Nabi saw. menolaknya dan bersabda, “Tuhanku,
hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan
kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin.”
Zuhud adalah anugerah terbaik.
Jika tidak, maka tak seorang pun yang mampu bersikap zuhud pada bagiannya di
dunia. Orang yang miskin selalu
mencari ketenangan dari sikap tamak, tidak serakah dan tidak terburu-buru. Dia
bersikap zuhud dalam segala hal. Dia memalingkan hatinya dengan cara
tersembunyi dan menyibukkan diri dengan perintah-perintah-Nya. Dia yakin bahwa
bagiannya di dunia tidak akan Allah lewatkan sehingga tidak berusaha
mencarinya. Dia meninggalkan bagiannya di dunia, tetapi dunia meminta
agar dia menerimanya.
Anak-anak muda membutuhkan iman
yang menuntun dirinya ke jalan yang benar, jalan Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka
juga membutuhkan keyakinan yang memantapkan dirinya untuk tetap di jalan-Nya.
Awal perjalanannya membutuhkan cucuran air mata dan akhir perjalanannya
membutuhkan iman. Berbeda dengan perjalanan ke Mekkah, sebagian orang mengatakan,
“Perjalanan ke Mekkah membutuhkan iman dan cucuran air mata.” Dan perjalanan
yang aku tunjukkan ini memerlukan air mata dan iman, baik pada awal maupun pada
akhirnya.”
Sufyan ats-Tsaury rahimahullah, pada awal pencarian
ilmunya, di tengah perjalanan beliau mendapat kesedihan. Beliau punya uang 500
dinar untuk keperluan belajar. Beliau menghancurkan uang itu dengan tangannya
sambil berkata, “Gara-gara kamu mereka akan merampas kami.” Setelah beliau
berhasil mendapatkan ilmu dan mengenal Allah, beliau menafkahkan sisa uangnya
pada orang-orang fakir dalam satu hari dan berkata, “Seandainya langit adalah
besi, tentu tidak akan terjadi hujan. Seandainya bumi adalah batu keras, tentu
tidak akan tumbuh tanaman. Sedangkan aku mementingkan mencari rezeki.
Sesungguhnya aku telah ingkar.
Engkau harus berusaha dan
mengaitkannya dengan sebab-sebab sampai imanmu menjadi kuat. Kemudian pindahlah
dari sebab pada musabab (akibat). Para nabi
a.s. selalu berusaha dan menganggapnya sebagai kewajiban. Mereka selalu menghubungkannya
dengan sebab, baik di awal maupun di akhir perkara. Pada awal perkara mereka bertawakal dan pada akhir
perkara mereka mengikuti syariat dan hakikat agama.
Bagi orang yang terhalang, janganlah engkau mencuci usaha dari tanganmu
ketika bertawakal terhadap apa yang dimiliki orang lain. Jika engkau mengemis
kepada mereka berarti engkau mengingkari nikmat Allah yang telah ditetapkan,
dan Allah akan murka kepadamu serta menjauhimu. Meninggalkan usaha dan mengemis
kepada orang lain adalah siksaan dari Allah bagi hamba-Nya. Kerajaan Nabi
Sulaiman a.s., lenyap karena berbagai faktor, diantaranya karena mengemis
kepada orang lain. Penyebab itu semua adalah karena seorang perempuan yang
menyembah patung di rumah Nabi Sulaiman selama 40 hari. Oleh karena itu,
siksaannya berlangsung selama 40 hari juga. Satu hari berbanding satu hari,
suatu kaum tidak berbahagia karena kebingungan mereka, tidak ada tempat untuk
beban yang mereka bawa. Mata mereka tak lagi berbinar. Mereka tidak bahagia
karena bencana itu sampai mereka bertemu Tuhannya. Pertemuan mereka dua macam:
pertemuan di dunia dalam hati mereka, dan ini jarang; pertemuan di akhirat
ketika mereka bertemu Tuhannya. Saat itulah kebahagiaan mendatangi mereka.
Sebelum pertemuan itu, bencana mereka tetap kekal.
Wahai anakku, cegahlah dirimu dari syahwat dan kesenangan. Berilah makanan
yang suci, tidak najis, bersih dan halal untuk tubuhmu. Makanan yang haram
adalah najis. Cukupkan dirimu dengan makanan yang halal sehingga engkau tidak
akan berlaku salah, sombong dan buruk sopan santun.
Ya Allah, kenalkanlah kami
kepada-Mu sehingga kami mengenal-Mu. Amin.[]
(Syaikh Abdul Qadir Jailani)
Sebab-sebab Kecintaan Allah kepada Hamba-Nya
Di manakah pengabdianmu kepada
Allah? Ambillah hakikat ibadah dan laksanakanlah seluruh urusanmu. Engkau
adalah hamba yang melarikan diri dari Allah. Karena itu, kembalilah kepada-Nya,
hinakan dirimu di hadapan-Nya, serta bersikaplah tawadhu terhadap seluruh
perintah-Nya dengan cara melaksanakannya, meninggalkan larangan-Nya, dan
menunaikannya dengan penuh kesabaran dan keselarasan. Apabila hal itu telah
sempurna, sempurnalah pengabdianmu kepada Allah, lalu akan datang kepadamu
kecukupan dari-Nya. Allah SWT berfirman:
Bukankah Allah telah mencukupi (kebutuhan) para hamba-Nya? (QS 39:
36)
Apabila pengabdianmu kepada-Nya
telah sempurna, niscaya Dia akan mencintaimu; menguatkan cintamu kepada-Nya di
dalam hatimu; berlemah-lembut kepadamu; serta mendekatimu tanpa merasa jemu dan
tanpa menuntutmu untuk bersahabat dengan selain Diri-Nya, sehingga engkau
menjadi ridha kepada-Nya di dalam seluruh keadaanmu. Kalaupun bumi menyempitkan
dirimu dan pintu-pintunya tertutup untukmu, engkau tidak akan marah kepada-Nya;
mendekat kepada selain-Nya, dan makan dari makanan yang berasal dari
selain-Nya.
Jadilah seperti Musa a.s. seperti
dalam firman Allah SWT :
Kami telah mencegah Musa dari menyusu kepada wanita yang mau menyusui
sebelumnya… (QS 28: 12)
Tuhan kita, Allah SWT;
menyaksikan segala sesuatu, hadir dalam segala sesuatu; mengawasi segala
sesuatu; dan dekat dengan segala sesuatu. Tidak cukupkah hal itu bagimu hingga
kau ingkar setelah makrifat kepada-Nya?
Engkau bisa celaka, jika
mengetahui Allah tetapi kau kembali mengingkari-Nya. Janganlah mengingkari-Nya
kembali, sebab engkau tidak akan memperoleh kebaikan seluruhnya. Bersabarlah
dengan-Nya dan jangan bersabar dari-Nya. Bukankah kau tahu bahwa siapa saja
yang sabar pasti memiliki kemampuan?
Allah SWT berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran
kalian; tetaplah bersiap-siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kalian
beruntung (QS 3: 200)
Tentang sabar, banyak sekali ayat
Alquran yang menunjukkan bahwa dalam kesabaran terkandung kebaikan dan nikmat;
bagusnya pahala, pemberian dan ketentraman dunia dan akhirat. Engkau mesti
bersabar, niscaya akan segera melihat kebaikan, cepat atau lambat. Engkau mesti
sering berziarah kubur, mengunjungi orang-orang salih, mengerjakan kebaikan,
niscaya akan tegak urusanmu. Janganlah menjadi bagian dari orang-orang yang
jika dinasihati, tidak menurutinya; jika mendengar, tidak mengamalkan apa yang
mereka dengar.
Hilangnya agamamu adalah karena
empat faktor: (1) Engkau tidak mengamalkan apa yang kau ketahui. (2) Engkau
mengamalkan apa yang tidak kau ketahui. (3) Engkau tidak mencari tahu apa yang
tidak kau ketahui. (4) Engkau menolak manusia yang akan mengajarimu sesuatu
yang tidak kau ketahui.
Apabila engkau menghadiri
berbagai majelis zikir, hadirilah demi kenyamanan, bukan demi pengobatan.
Engkau telah berpaling dari nasihat para pemberi nasihat. Engkau memelihara
kesalahan dan ketergelinciran atasnya. Engkau mengolok-olok, tertawa-tawa dan
bermain-main. Engkau adalah petualang yang menantang bahaya. Oleh karena itu,
segeralah bertobat, janganlah meniru musuh-musuh Allah, dan manfaatkan apa yang
telah kau dengar.
Engkau telah terikat dengan adat,
sementara Allah telah menentukan (agar manusia) mencari bagian rezekinya, tidak
diam pada sebab, jangan melupakan musabab, dan senantiasa bertawakal
kepada-Nya.
Engkau mesti melazimkan amal dan ikhlas. Allah SWT berfirman:
Tidaklah Kami menciptakan
jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku
(QS 51: 56)
Tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia untuk bersandiwara; tidaklah
Allah menciptakan mereka untuk main-main; tidak mungkin juga Allah menciptakan
mereka untuk sekadar makan, minum, tidur dan kawin semata. Oleh karena itu,
kepada orang-orang yang lalai, hendaklah segera ingat dari kelalaian kalian.
Langkahkanlah hati kalian kepada-Nya selangkah, niscaya cinta-Nya kepada kalian
maju beberapa langkah. Allah, terhadap perjumpaan dengan para pencinta-Nya,
lebih dalam kerinduan-Nya ketimbang kerinduan mereka kepada-Nya.
Allah SWT berfirman:
Dia memberikan rezeki kepada
siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas (QS 2: 212)
Apabila seorang hamba menghendaki perkara yang telah ia persiapkan, hal itu
terkait dengan makna, bukan dengan bentuk. Apabila telah sempurna para seorang
hamba apa yang disebutkan tadi, berarti dia telah berzuhud terhadap dunia dan
akhirat serta terhadap semua hal selain Allah. Akan datang kepadanya kesehatan,
kerajaan, kekuasaan, dan pemerintahan. Untuk dirinya, kerikil menjadi gunung;
tetesan air menjadi lautan; bintang menjadi rembulan; bulan menjadi mentari;
sedikit menjadi banyak; tidak ada menjadi ada; kefanaan menjadi kekal; gerak
menjadi diam; pohonnya meninggi dan bergerak menuju Arsy, sementara akarnya
mengarah ke bumi serta dahan-dahannya di dunia dan akhirat. Apakah dahan-dahan
itu? Yaitu hukum dan ilmu.
Dunia di sisinya menjadi seperti lingkaran yang tidak mengenakkan. Tidak
ada dunia yang memilikinya, tidak ada akhirat yang mengikatnya; tidak ada raja
yang menguasainya maupun kerajaan yang dimilikinya; tidak ada hijab yang
menghalanginya; tidak ada seorang pun yang dapat mengambilnya; tidak ada noda
yang mengotorinya. Apabila telah sempurna semua itu pada diri seorang hamba,
layaklah hamba tersebut untuk selalu menyertai Allah; mengambil dan memurnikan
dengan tangan mereka bagiannya dari samudera dunia ini. Apabila Allah
menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia akan menjadikannya petunjuk dan
dokter bagi manusia; menjadikannya pendidik dan pelatih mereka; menjadikannya
pemandu dan tukang memperbaiki mereka; serta menjadikannya lampu penerang dan
cahaya mentari bagi mereka. Jika tidak menghendakinya seperti itu, pasti Dia
akan menghijabnya dari Diri-Nya dan menggaibkannya dari selain-Nya. Salah
seorang yang seperti itu mengembalikan mereka kepada makhluk dengan penjagaan
dan pengamanan yang sempurna; menyelaraskan mereka demi kemaslahatan makhluk;
dan menunjuki mereka. Seorang yang zuhud terhadap dunia akan diuji dengan
akhirat. Sementara orang yang zuhud terhadap dunia dan akhirat, dia akan diuji
dengan Tuhan dunia dan akhirat. Sebagian besar manusia telah lalai seolah-olah
mereka tidak akan mati; seolah-olah pada Hari Kiamat tidak akan dikumpulkan di
padang Mahsyar; seolah-olah mereka tidak akan di hisab di hadapan Allah; dan
seolah-olah mereka tidak akan diperjalankan di atas Shirath al Mustaqim.
Itulah sifat-sifatmu, sementara
engkau diseru kepada Islam dan keimanan. Alquran dan ilmu akan mendakwamu bila engkau tidak mengamalkan keduanya.
Apabila engkau hadir di tengah-tengah para ulama tetapi engkau tidak menerima
apa yang mereka katakan, kehadiranmu di tengah mereka akan mendakwamu pula.
Pada Hari Kiamat, seluruh makhluk secara umum akan merasa takut kepada
keagungan Allah SWT; kepada kebesaran, wibawa, dan keadilan-Nya; yang dapat
meluluh-lantakkan kerajaan-kerajaan di dunia dan mengekalkan kerajaan-Nya.
Semua makhluk akan kembali kepada-Nya pada Hari Kiamat; tampaklah raja-raja
dari berbagai kaum; dan tampaklah keagungan dan kekayaan mereka; Allah
memuliakan mereka pada hari itu. Mereka memenuhi para hamba, gunung-gunung, dan
lembah-lembah. Allah mengawasi bumi melalui mereka. Mereka adalah para
penguasa dan pemimpin manusia serta para wakil Allah SWT. Hal demikian dipahami
dari segi makna, bukan dari segi bentuk. Hari ini adalah makna, sementara besok
adalah bentuk. Keberanian orang-orang yang berperang melawan orang-orang kafir
adalah, ketika mereka bertemu dengan orang-orang kafir tersebut, mereka
bersikap teguh di hadapan mereka. Sementara keberanian orang-orang salih adalah
ketika mereka menghadapi diri mereka, nafsu, tabiat, setan dan kawan-kawan
buruk mereka yang merupakan setan dari kelompok manusia. Sedangkan keberanian
orang-orang yang khawwash (istimewa)
adalah dalam kezuhudan mereka terhadap dunia dan akhirat serta terhadap apa
yang selain Allah secara keseluruhan.
Wahai anakku, ingatlah sebelum
diingatkan oleh sesuatu yang bukan urusanmu. Condong dan bergaullah dengan para
ahli agama, sebab sesungguhnya merekalah sebenar-benar manusia. Orang yang
paling berakal di tengah-tengah manusia adalah mereka yang paling taat kepada
Allah. Sementara itu, orang yang paling bodoh di antara manusia adalah mereka
yang bermaksiat kepada-Nya.
Nabi saw. bersabda, “Kotorilah
tanganmu” Yakni, cintailah kefakiran, jika kau seorang kaya. Apabila kau
bergaul dengan ahli agama dan mencintai mereka, niscaya engkau akan menjadi
orang kaya dan hatimu akan menjauh dari perbuatan nifak dan para pelakunya.
Orang munafik bersikap riya terhadap amalnya. Tidak ada yang diterima darimu
kecuali apa yang ditujukan semata-mata karena Allah. Tidak ada yang diterima bentuk amalmu, tetapi yang
diterima adalah niatnya. Jika engkau menentang diri, hawa nafsu, syetan, dan
duniamu dalam amal-amalmu, Dia akan menerima amal-amal itu darimu. Oleh karena
itu, hendaklah engkau beramal dan bersikap ikhlas, dan jangan terlalu
mempedulikan seluruh amal-amalmu. Tidaklah diterima amalanmu kecuali yang kau
maksudkan karena Allah, bukan karena manusia.
Engkau akan celaka jika beramal karena makhluk, sementara kau ingin agar
Allah menerima amalmu. Tinggalkanlah keburukan, kesombongan dan kegembiraan
karena amalmu. Kurangilah kegembiraanmu itu dan perbanyaklah kekhawatiranmu.
Sebab, sesungguhnya engkau ada di kampung kekhawatiran dan penjara (yakni
dunia).
Nabi kita, Muhammad saw. selalu
melazimkan tafakur. Dia sedikit bergembira dan banyak khawatir; sedikit tertawa
kecuali senyum untuk menghibur orang lain. Di dalam hatinya selalu ada
kekhawatiran dan kesibukan. Seandainya bukan karena para sahabat dan
urusan-urusan dunia, niscaya dia akan keluar dari rumahnya sementara tidak ada
seorang pun yang berdiri bersamanya (ber-uzlah).
Jika engkau telah benar dalam
berkhalwat dengan Allah, niscaya hatimu akan bening dan jiwamu akan bersih;
pandanganmu peka dan hatimu akan selalu berpikir; serta ruhani dan tujuanmu kepada
Allah akan sampai. Memikirkan dunia adalah siksaan dan hijab, sementara
memikirkan akhirat adalah ilmu dan kehidupan bagi hati. Seorang hamba yang bertafakur pasti akan diberi
ilmu tentang berbagai ihwal dunia dan akhirat.
Janganlah menenggelamkan hatimu dalam lautan dunia, padahal Allah telah
mengosongkannya dari dunia yang menjadi bagianmu. Dia juga membatasi
waktu-waktunya yang dikenal di sisi-Nya. Setiap hari rezeki diperbarui, baik
yang selalu kau cari maupun yang tidak kau cari. Jika engkau terlalu bernafsu
pada harta, maka harta akan menodaimu, baik di sisi Allah maupun di sisi
makhluk. Dengan berkurangnya keimanan, engkau mencari rezeki; dengan
bertambahnya keimanan, engkau berdiri mengharapnya; serta dengan kesempurnaan
dan keparipurnaannya, engkau tidak mempedulikannya.
Janganlah mencampuradukkan antara sikap rajin dan malas. Sebab, engkau
tidak mungkin memposisikan hatimu dengan makhluk, lantas bagaimana engkau bisa
mempersatukannya dengan Allah, sementara engkau menyekutukan-Nya dengan makhluk.
Bagaimana mungkin engkau bisa bersama musabab? Bagaimana mungkin bersatu lahir
dan batin; apa yang kau pikirkan dan apa yang tidak kau pikirkan? Alangkah
bodoh orang yang melupakan musabab dan sibuk dengan sebab. Dia bersama-sama
yang kedua dan meninggalkan yang pertama; dia melupakan yang kekal dan
bersama-sama dengan yang fana.
Persahabatanmu dengan orang-orang bodoh akan menyebabkan mereka menentangmu
karena kebodohan mereka. Oleh karena itu, hendaklah bersahabat dengan orang
mukmin yang teguh, berilmu dan mengamalkan ilmunya. Yang paling baik di antara
seluruh ihwal kaum mukmin di dalam seluruh perilaku mereka, adalah yang paling
kuat mujahadah-nya, serta yang
paling kuat dalam memerangi diri dan hawa nafsu mereka. Oleh karena itu, Nabi
saw. bersabda, “Kegembiraan seorang mukmin terletak pada wajahnya, sementara
kesedihannya terletak dalam hatinya.”
Karena beggitu kuatnya, dia mampu menampakkan kegembiraan di wajahnya, dan
menyembunyikan kesedihan di dalam hatinya yang hanya diketahui oleh Allah dan
dirinya. Semangatnya selalu menyala, banyak berpikir, banyak menangis, dan
sedikit tertawa. Oleh karena itu pula Nabi saw. bersabda, “Tidak ada yang
menentramkan seorang mukmin kecuali pertemuannya dengan Allah Azza wa Jalla.”
Seorang mukmin akan menutupi kesedihan dengan kegembiraannya. Secara
lahiriah dia tampak sibuk di dalam aktivitasnya, sementara batinnya tenang di
sisi Allah SWT. Secara lahiriah ia bekerja untuk keluarganya, sementara
batinnya bekerja untuk Allah. Dia tidak menyebarkan rahasia keadaaannya itu
kepada keluarga, anak-anak dan tetangganya; tidak juga kepada satu pun
makhluk-Nya. Dia mendengar sabda Nabi saw., “Lindungilah urusan-urusan kalian
dengan cara merahasiakannya.”
Seorang mukmin senantiasa
menutupi apa yang ada di dalam dirinya. Apabila datang kepadanya dorongan atau
keluar dari lisannya satu kalimat saja, maka akan kacaulah urusannya dan
berubahlah pengertiannya. Dia akan
berusaha menutupi apa yang tampak dan mengkhawatirkan apa yang terlihat dari
dirinya.
Hendaklah engkau menjadikan saya sebagai cermin bagimu. Jadikanlah saya
cermin bagi hatimu serta cermin amal-amalmu. Mendekatlah kepada saya, sebab
sesungguhnya engkau akan melihat dalam dirimu apa yang tidak kau lihat
sebelumnya. Apabila engkau membutuhkan agamamu, kau mesti bersama saya.
Sesungguhnya saya tidak akan mempermainkanmu dalam agama Allah. Saya
tidak merasa malu untuk kembali ke dalam agama Allah.
Tinggalkanlah dunia di rumahmu
dan mendekatlah kepada saya. Sesungguhnya saya berdiri di pintu akhirat. Oleh
karena itu, berdirilah bersama saya dan dengarkanlah kata-kata saya; beramallah
untuk-Nya sebelum engkau mati dalam waktu dekat ini. Gunakanlah waktumu untuk
takut kepada Allah. Apabila engkau tidak memiliki rasa takut, engkau tidak akan
merasa aman di dunia dan akhirat. Takut kepada Allah adalah dengan ilmu. Oleh
karena itulah, Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah para hamba-Nya yang
berilmu
(QS 35: 28)
Tidak takut kepada Allah kecuali
para ulama yang mengamalkan ilmunya. Merekalah orang yang beramal dan berilmu.
Mereka tidak menuntut pahala dari Allah atas amal-amal mereka. Akan tetapi,
mereka hanya berharap dapat bertemu dengan wajah-Nya dan ingin dekat
dengan-Nya; ingin mencintai-Nya dan ikhlas. Para
ulama ingin agar Allah tidak menutup pintu dunia dan akhirat. Mereka tidak
merindukan dunia, tidak juga akhirat dan apapun selain Diri-Nya. Dunia bagi
orang lain, dan akhirat pun demikian. Allah adalah milik suatu kaum, yakni
orang-orang Mukmin yang yakin, bermakrifat dan cinta kepada-Nya; yang bertakwa
dan takut kepada-Nya; serta yang merasa khawatir dan sedih karena-Nya. Mereka
takut kepada Allah karena kegaiban-Nya. Allah gaib dari penglihatan lahiriah
mereka, tetapi hadir atau tampak pada matahati mereka. Bagaimana mereka tidak takut
kepada-Nya, sementara Dia setiap hari sibuk, mengubah dan mengganti; menolong
dan menghinakan, menghidupkan dan mematikan sesuatu; menerima ini dan menolak
itu; serta mendekatkan ini dan menjauhkan itu?
Allah SWT berfirman:
Dia tidak ditanya atas apa yang Dia kerjakan; merekalah yang akan
ditanya (QS 21: 23)
Ya Allah, dekatkanlah kami kepada-Mu
Dan janganlah Engkau
menjauhkan kami dari-Mu.
Berikanlah kepada kami
kebaikan di dunia dan akhirat,
Serta jauhkanlah kami dari
siksa api neraka []
(Syaikh Abdul Qadir Jailani)
Cinta Dalam Injil Barnabas
Injil Barnabas
Penerjemah dari Bahasa Arab
H. Husein Abubakar Alhabsy dan Abubakar
Basymeleh
Penerbit Mutiara Ilmu, Surabaya
Fasal 18
25. Sungguh aku katakan kepadamu,
bahwa seorang khadam berusaha menyenangkan tuannya, maka ia tidak memakai
pakaian yang menggusarkan tuannya daripadanya.
26. Dan baju-bajumu itu adalah kemauan dan kecintaanmu
27. Jika demikian hati-hatilah kamu dari menginginkan atau mencintai
sesuatu yang tidak diridhoi Allah Tuhan kita.
28. Yakinilah bahwa Allah membenci hiasan dan syahwat dunia ini, dari itu
bencilah kamu akan dunia.
Fasal 26
4. “Sesungguhnya kamu merupakan manusia-manusia gila, apabila kamu tidak
mau memberikan perasaanmu kepada Allah demi untuk membeli dirimu, di mana
khazanah kecintaan bersemayam di situ.”
5. Karena kecintaan itu laksana harta terpendam yang tidak ada tara baginya.
6. Barangsiapa mencintai Allah maka Allah akan menjadi untuk dia.
7.Dan barangsiapa Alla menjadi untuk dia, maka segala sesuatu akan menjadi
kepunyaannya.
8. Petrus bertanya, “Katakanlah
wahai guru, kepada kami bagaimana seorang harus mencintai Allah dengan kecil
dan yang murni?”
9. Maka Yesus menjawab, “Sungguh
kukatakan kepadamu, barangsiapa yang tidak bersedia untuk membenci ayah, ibu,
hidup, anak-anak dan isterinya demi untuk kecintaan kepada Allah, maka orang
seperti itu tidak layak untuk dicintai Allah.”
Fasal 30
3. Seorang Fakih bertanya, “Ya
guru, apa yang harus kuperbuat untuk mendapatkan kehidupan yang abadi?”
4. Yesus menjawab, “Cintailah
Allah Tuhanmu dan sanak kerabatmu.”
5. Cintailah Tuhanmu di atas
segala sesutau dengan seluruh hati dan akalmu.
6. Dan sanak kerabatmu adalah seperti dirimu.
Fasal 44
8. Sungguh wajib atasmu untuk mengerjakan sesuatu demi kecintaan kepada
Allah.
Kumpulan Hadits Tentang Cinta
Syarah Mukhtaarul Ahaadits
Sayyid
Ahmad Al-Hasyimi
Penerbit
Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008
Cintailah manusia (orang lain) seperti kamu mencintai dirimu sendiri
(HR Bukhari)
21. Peliharalah dirimu dari hal-hal yang diharamkan, niscaya kamu
menjadi orang yang paling beribadah, dan relalah dengan apa yang telah
diberikan Allah kepadamu, niscaya kamu menjadi orang yang paling kaya. Berbuat
baiklah terhadap tetanggamu, niscaya kamu menjadi orang mukmin. Cintailah orang
lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri, niscaya kamu menjadi orang muslim. Dan
janganlah kamu banyak tertawa karena banyak tertawa itu dapat mematikan hati.
(Riwayat Ahmad melalui Abu
Hurairah ra)
45. Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu di
suatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci
(secara) biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari nanti dia akan menjadi
kecintaanmu (HR Turmudzi)
Apabila Allah mencintai
seorang hamba, maka Dia memberinya cobaan
(bala) supaya Allah mendengar tadharru’-nya (seruannya) (HR Baihaqi)
210. Amal yang paling utama setelah beriman kepada Allah adalah cinta
kasih (at tawaddud) terhadap sesama manusia.
(Riwayat Imam Thabraqni)
245. Ya Allah, jadikanlah cinta kepada-Mu, merupakan hal yang paling
aku cintai, dan jadikanlah takut kepada-Mu merupakan hal yang paling kutakuti
di sisiku, serta putuskanlah tuntutan-tuntutan duniawi dariku dengan rindu
untuk bertemu dengan-Mu. Apabila Engkau menyejukkan pandangan mata ahli dunia
karena dunia mereka, maka sejukkanlah mataku karena ibadah kepada-Mu.
(Riwayat Abu Na’im melalui al
Haitsam ibnu Mlaik ath Tha’i)
288. Sesungguhnya Allah SWT berfirman di hari kiamat, “Mana orang-orang
yang saling mengasihi karena demi keagungan-Ku? Pada hari kiamat ini Aku naungi
mereka di bawah naungan-Ku, yaitu di hari yang tiada naungan kecuali
naungan-Ku”
(Riwayat Muslim melalui Abu
Hurairah ra)
346. Apabila kalian menginginkan dicintai oleh Allah SWt dan rasul-Nya,
maka sampaikanlah amanat, dan jujurlah dalam berbicara, serta berbuat baiklah
kepada orang yang menjadi tetangga kalian.
(Riwayat Thabrani)
499. Ada tiga orang yang dicintai Allah SWT, yaitu: seseorang yang
bangun di tengah malam lalu membaca Kitabullah (Al Quran); seseorang yang
bersedekah dengan tangan kanannya dan menyembunyikan dari tangan kirinya; dan
seseorang yang berada dalam barisan perang, lalu teman-temannya melarikan diri
sedangkan dia terus maju menghadapi musuh.
(Riwayat Turmudzi melalui Ibnu
Mas’ud ra)
514. Cintailah Allah melalui hamba-hamba-Nya, niscaya Allah akan
mencintai kalian
(Riwayat Thabrani melalui Abu
Umamah)
551. Alangkah kecewa dan meruginya seorang hamba yang Allah SWT tidak
menanamkan rasa kasih saying terhadap manusia dalam hatinya.
(Riwayat Abu Na’im al Ashbahani)
651. Jarang berkunjung akan menambah cinta kasih
(Riwayat Thabrani)
Hadits-hadits tentang Azab
Syarah Mukhtaarul Ahaadits
Sayyid
Ahmad Al-Hasyimi
Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008
172. Orang yang paling keras azabnya di sisi Allah
pada hari kiamat adalah orang-orang yang menyaingi ciptaan Allah. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
258. Sesungguhnya orang-orang yang telah membuat
gambar ini (ashurah) akan diazab pada hari kiamat, lalu dikatakan kepada mereka,
“Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan itu.”
(Riwayat
Syaikhan)
285. Sesungguhnya Allah SWT tidak mengazab karena
air mata dan tidak pula karena sedihnya hati, akan tetapi Dia mengazab karena
ini (perawi mengisyaratkan kepada lisannya) atau merahmati. Sesungguhnya mayat
itu diazab disebabkan tangisan keluarganya.
(Riwayat Jamaah)
295. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku
benar-benar akan menimpakan azab kepada penduduk bumi, tetapi apabila Aku
memandang kepada orang-orang yang meramaikan rumah-rumah-Ku (Masjid-masjid) dan
orang –orang yang saling menyayangi demi karena Aku, serta orang-orang yang
meminta ampun di waktu sahur, maka Aku kesampingkan azab-Ku dari mereka.
(Riwayat Baihaqi melalui Anas ra)
500. Ada tiga orang
yang Allah tidak mau melihat mereka di hari kiamat, dan tidak mau menyucikan
mereka, bagi mereka hanyalah azab yang pedih, yaitu: seseorang yang memiliki
kelebihan air di tengah jalan, lalu ia mencegahnya dari ibnu sabil; seseorang
yang berbaiat kepada seorang imam semata-mata untuk mendapatkan duniawi,
apabila Imam memberikan sebagian darinya ia rela, dan bila Imam tidak
memberikannya ia marah; dan seseorang yang bersumpah demi dagangannya, bahwa
dia menjual barangnya jauh lebih murah daripada ketika ia membelinya, padahal
ia berdusta.
(Riwayat Bukhari dan Muslim melalui Abu Hurairah ra)
Subscribe to:
Posts (Atom)