Sesungguhnya pernah datang kepada
Nabi saw. seorang lelaki. Dia berkata kepada beliau, “Sesungguhnya saya mau
mencintaimu karena Allah.”
Nabi kemudian bersabda kepadanya,
“Kalau begitu, jadikan cobaan itu sebagai baju, dan jadikan pula kefakiran
sebagai pakaian.”
Di antara syarat mahabbah adalah kesesuaian dengan yang
dicintai. Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., ketika mengaku cinta kepada Rasulullah
saw., beliau menafkahkan seluruh hartanya. Berusaha mengikuti sifat Rasulullah
dan bersama-sama dalam kefakiran. Beliau berusaha menyesuaikan diri dengan
perilaku Rasulullah, baik lahir maupun batinnya; di saat tersembunyi maupun
terang-terangan.
Lalu bagaimana dengan engkau yang
mengaku mencintai orang-orang yang salih sedangkan engkau menyembunyikan dinar
dan dirham dari hadapan mereka? Padahal
engkau ingin dekat kepada mereka dan bergaul dengan mereka. Oleh karena itu,
hendaklah engkau menjadi orang yang berakal. Sebab, jika tidak, itulah mahabbah yang dusta, karena para pecinta
tidak akan menyembunyikan sesuatu dari orang yang dicintainya.
Kefakiran selalu menyertai Nabi saw. dan tidak pernah terpisahkan. Oleh
karena itu, beliau bersabda, “Kefakiran itu lebih (dekat) kepada orang yang
mencintaiku daripada meluapnya air ke muara.”
Siti ‘A’isyah r.a. berkata, “Bagi kami, dunia senantiasa bagaikan mutiara
kefakiran selama Rasulullah saw. bersama kami. Setelah Rasulullah wafat,
mengalirlah dunia dengan derasnya. Oleh karena itu, syarat mencintai Rasulullah
adalah kefakiran dan syarat mencintai Allah adalah cobaan.”
Sebagian ulama berkata, “Setiap cobaan disertai dengan pertolongan, maka
setiap cobaan yang datang menjadi tidak menarik karena akan datang pertolongan,
terhadap cinta kepada Allah dengan dusta, munafik dan riya.” Hendaklah engkau
kembali dari pangkuan dan dustamu. Janganlah mempertaruhkan kepalamu. Jika
engkau datang, jujurlah; jika tidak, jangan mengikuti kami. Janganlah bersikap
sombong dengan kekayaan, karena ia tidak akan menerimamu dan akan
mencemarkanmu. Jangan terlalu menyukai ular dan binatang buas, sebab nanti
keduanya bisa membinasakanmu. Jika engkau menjadi pawang ular, hadapilah ular.
Jika engkau punya kekuatan, datangilah binatang buas. Jalan menuju Allah ‘Azza
wa Jalla membutuhkan kejujuran dan cahaya makrifat. Dengan cahaya itu, matahari
makrifat akan muncul di dalam hati orang-orang yang jujur, dan tidak akan
lenyap, baik malam maupun siang.
Hendaklah berpaling dari orang-orang munafik yang menimbulkan kebencian.
Hendaklah kalian menjadi orang yang berakal. Janganlah mendekati sebagian besar
penghuni zaman ini, karena mereka bagaikan serigala yang berpakaian. Ambillah
oleh kalian cermin pikiran dan lihatlah di sana. Mohonlah kepada Allah agar
memperlihatkan diri kalian dan mereka. Sesungguhnya saya telah memikirkan
makhluk dan Khalik.
Ya Allah, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Berilah kami kebaikan
di dunia dan di akhirat.
Sesungguhnya saya tidak menghendaki diri kalian, tetapi saya menghendaki
kalian bagi kalian sendiri. Dalam tali kalian saya memintal. Saya tidak
akan mengambil sesuatu dari kalian kecuali bagi kalian sendiri. Untuk saya ada
kekayaan yang dikhususkan dari apa yang saya ambil dari kalian. Tidak ada bagi
saya kecuali usaha dan tawakal kepada Allah. Saya tidak menunggu apa yang
kalian datangkan kepada diri saya seperti sikap menunggunya orang munafik yang
riya, yang menyerah kepada kalian, dan yang lupa terhadap Tuhannya. Saya telah
meneliti penghuni bumi, karena itu jadilah orang-orang yang berakal. Janganlah
kalian bersikap sombong kepada saya. Sesungguhnya saya mengetahui kebaikan
ataupun kehinaan kalian dengan taufik dari Allah dan keramahan-Nya kepada diri
saya. Jika kalian ingin bahagia, jadilah sandaran pedang saya sehingga saya
mengetuk otak kalian, hawa nafsu, watak, setan yang ada pada kalian, musuh-musuh,
dan kawan-kawan kalian yang jahat.
Hendaklah kalian meminta tolong
kepada Tuhan atas musuh-musuh kalian. Orang yang akan ditolong adalah orang
yang sabar menghadapi musuh, sedangkan orang yang akan terhina adalah orang
yang menyerah kepada musuh. Cobaan itu banyak sementara yang menurunkannya
satu. Penyakit itu banyak sementara dokternya cuma satu.
Hendaklah orang yang sakit
memasrahkan jiwanya kepada dokter. Janganlah berburuk sangka kepada dokter
tentang apa yang dia lakukan kepadamu, sebab dokter lebih mengasihi jiwamu
daripada dirinya sendiri. Turutilah selalu nasihat dokter dan jangan pernah
membantahnya. Engkau pasti akan melihat kebaikan di dunia dan di akhirat.
Banyak orang yang terdiam dan kebingungan. Jika keadaan ini berlangsung lama, ajaklah
mereka berbicara seperti engkau mengajak berbicara benda-benda mati di Hari
Kiamat. Mereka tidak akan berbicara kecuali diajak bicara. Mereka tidak merasa
senang hanya jika diberi kesenangan. Hati mereka mencapai hati malaikat. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
Mereka tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan dan mereka selalu mengerjakan semua
yang Dia perintahkan (QS
66:6)
Mereka mencapai kedudukan malaikat, bahkan melebihinya. Mereka melebihi
malaikat karena makfirat kepada Allah dan mengenal-Nya. Malaikat hanyalah
pelayan dan pengikutnya. Malaikat memperoleh segala pengetahuan darinya, karena
hikmah (ilmu) dialirkan ke dalam hati mereka dengan deras. Hati mereka
terjaga dari penyakit. Penyakit hanya mendatangi anggota badannya, bukan
hatinya. Jika engkau ingin mencapai derajat mereka, maka kau harus memperkuat
Islam; meninggalkan dosa, baik dosa lahir maupun dosa batin; menjauhkan diri
dari perkara-perkara syubhat; bersikap zuhud dalam urusan dunia yang mubah dan
halal; serta merasa cukup dengan kedekatan kepada-Nya. Jika engkau telah merasa
cukup dengan kedekatan kepada-Nya, niscaya semua karunia-Nya akan dialirkan
kepadamu, serta pintu kelembutan-Nya akan terbuka untukmu, begitu pula pintu
rahmat, dan anugerah-Nya. Dunia akan berada dalam genggamanmu, kemudian
diluaskannya dunia sampai pada puncaknya.
Pribadi-pribadi seperti di atas
adalah pribadi para wali dan shiddiqin
yang diketahui melalui ketakwaannya, karena mereka tidak disibukkan oleh
sesuatu pun (kecuali Allah). Bagi mereka, dunia berada dalam genggamannya,
kerena lebih menyukai tempat tersebut hanya bagi Allah semata, mereka masuk
hanya kepada-Nya, mereka mencari hanya dari Allah. Seandainya Allah memberi
mereka dunia, mungkin mereka akan sibuk dengan urusan dunia daripada berbakti
kepada-Nya. Ini merupakan kemungkinan yang umum terjadi. Tetapi bagi
orang-orang seperti di atas, hal seperti itu jarang terjadi, dan yang jarang
terjadi tidak bertalian dengan hukum. Nabi saw. termasuk orang yang dipalingkan
dari urusan dunia dan tidak disibukkan olehnya. Nabi saw. hanya sibuk berbakti
kepada-Nya. Beliau tidak melirik bagian dunianya disertai kesempurnaan zuhudnya
dan benar-benar berpaling dari dunia. Kunci-kunci gudang simpanan harta dunia
disodorkan kepada beliau, tetapi Nabi saw. menolaknya dan bersabda, “Tuhanku,
hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan
kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin.”
Zuhud adalah anugerah terbaik.
Jika tidak, maka tak seorang pun yang mampu bersikap zuhud pada bagiannya di
dunia. Orang yang miskin selalu
mencari ketenangan dari sikap tamak, tidak serakah dan tidak terburu-buru. Dia
bersikap zuhud dalam segala hal. Dia memalingkan hatinya dengan cara
tersembunyi dan menyibukkan diri dengan perintah-perintah-Nya. Dia yakin bahwa
bagiannya di dunia tidak akan Allah lewatkan sehingga tidak berusaha
mencarinya. Dia meninggalkan bagiannya di dunia, tetapi dunia meminta
agar dia menerimanya.
Anak-anak muda membutuhkan iman
yang menuntun dirinya ke jalan yang benar, jalan Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka
juga membutuhkan keyakinan yang memantapkan dirinya untuk tetap di jalan-Nya.
Awal perjalanannya membutuhkan cucuran air mata dan akhir perjalanannya
membutuhkan iman. Berbeda dengan perjalanan ke Mekkah, sebagian orang mengatakan,
“Perjalanan ke Mekkah membutuhkan iman dan cucuran air mata.” Dan perjalanan
yang aku tunjukkan ini memerlukan air mata dan iman, baik pada awal maupun pada
akhirnya.”
Sufyan ats-Tsaury rahimahullah, pada awal pencarian
ilmunya, di tengah perjalanan beliau mendapat kesedihan. Beliau punya uang 500
dinar untuk keperluan belajar. Beliau menghancurkan uang itu dengan tangannya
sambil berkata, “Gara-gara kamu mereka akan merampas kami.” Setelah beliau
berhasil mendapatkan ilmu dan mengenal Allah, beliau menafkahkan sisa uangnya
pada orang-orang fakir dalam satu hari dan berkata, “Seandainya langit adalah
besi, tentu tidak akan terjadi hujan. Seandainya bumi adalah batu keras, tentu
tidak akan tumbuh tanaman. Sedangkan aku mementingkan mencari rezeki.
Sesungguhnya aku telah ingkar.
Engkau harus berusaha dan
mengaitkannya dengan sebab-sebab sampai imanmu menjadi kuat. Kemudian pindahlah
dari sebab pada musabab (akibat). Para nabi
a.s. selalu berusaha dan menganggapnya sebagai kewajiban. Mereka selalu menghubungkannya
dengan sebab, baik di awal maupun di akhir perkara. Pada awal perkara mereka bertawakal dan pada akhir
perkara mereka mengikuti syariat dan hakikat agama.
Bagi orang yang terhalang, janganlah engkau mencuci usaha dari tanganmu
ketika bertawakal terhadap apa yang dimiliki orang lain. Jika engkau mengemis
kepada mereka berarti engkau mengingkari nikmat Allah yang telah ditetapkan,
dan Allah akan murka kepadamu serta menjauhimu. Meninggalkan usaha dan mengemis
kepada orang lain adalah siksaan dari Allah bagi hamba-Nya. Kerajaan Nabi
Sulaiman a.s., lenyap karena berbagai faktor, diantaranya karena mengemis
kepada orang lain. Penyebab itu semua adalah karena seorang perempuan yang
menyembah patung di rumah Nabi Sulaiman selama 40 hari. Oleh karena itu,
siksaannya berlangsung selama 40 hari juga. Satu hari berbanding satu hari,
suatu kaum tidak berbahagia karena kebingungan mereka, tidak ada tempat untuk
beban yang mereka bawa. Mata mereka tak lagi berbinar. Mereka tidak bahagia
karena bencana itu sampai mereka bertemu Tuhannya. Pertemuan mereka dua macam:
pertemuan di dunia dalam hati mereka, dan ini jarang; pertemuan di akhirat
ketika mereka bertemu Tuhannya. Saat itulah kebahagiaan mendatangi mereka.
Sebelum pertemuan itu, bencana mereka tetap kekal.
Wahai anakku, cegahlah dirimu dari syahwat dan kesenangan. Berilah makanan
yang suci, tidak najis, bersih dan halal untuk tubuhmu. Makanan yang haram
adalah najis. Cukupkan dirimu dengan makanan yang halal sehingga engkau tidak
akan berlaku salah, sombong dan buruk sopan santun.
Ya Allah, kenalkanlah kami
kepada-Mu sehingga kami mengenal-Mu. Amin.[]
(Syaikh Abdul Qadir Jailani)
No comments:
Post a Comment