Di manakah pengabdianmu kepada
Allah? Ambillah hakikat ibadah dan laksanakanlah seluruh urusanmu. Engkau
adalah hamba yang melarikan diri dari Allah. Karena itu, kembalilah kepada-Nya,
hinakan dirimu di hadapan-Nya, serta bersikaplah tawadhu terhadap seluruh
perintah-Nya dengan cara melaksanakannya, meninggalkan larangan-Nya, dan
menunaikannya dengan penuh kesabaran dan keselarasan. Apabila hal itu telah
sempurna, sempurnalah pengabdianmu kepada Allah, lalu akan datang kepadamu
kecukupan dari-Nya. Allah SWT berfirman:
Bukankah Allah telah mencukupi (kebutuhan) para hamba-Nya? (QS 39:
36)
Apabila pengabdianmu kepada-Nya
telah sempurna, niscaya Dia akan mencintaimu; menguatkan cintamu kepada-Nya di
dalam hatimu; berlemah-lembut kepadamu; serta mendekatimu tanpa merasa jemu dan
tanpa menuntutmu untuk bersahabat dengan selain Diri-Nya, sehingga engkau
menjadi ridha kepada-Nya di dalam seluruh keadaanmu. Kalaupun bumi menyempitkan
dirimu dan pintu-pintunya tertutup untukmu, engkau tidak akan marah kepada-Nya;
mendekat kepada selain-Nya, dan makan dari makanan yang berasal dari
selain-Nya.
Jadilah seperti Musa a.s. seperti
dalam firman Allah SWT :
Kami telah mencegah Musa dari menyusu kepada wanita yang mau menyusui
sebelumnya… (QS 28: 12)
Tuhan kita, Allah SWT;
menyaksikan segala sesuatu, hadir dalam segala sesuatu; mengawasi segala
sesuatu; dan dekat dengan segala sesuatu. Tidak cukupkah hal itu bagimu hingga
kau ingkar setelah makrifat kepada-Nya?
Engkau bisa celaka, jika
mengetahui Allah tetapi kau kembali mengingkari-Nya. Janganlah mengingkari-Nya
kembali, sebab engkau tidak akan memperoleh kebaikan seluruhnya. Bersabarlah
dengan-Nya dan jangan bersabar dari-Nya. Bukankah kau tahu bahwa siapa saja
yang sabar pasti memiliki kemampuan?
Allah SWT berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran
kalian; tetaplah bersiap-siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kalian
beruntung (QS 3: 200)
Tentang sabar, banyak sekali ayat
Alquran yang menunjukkan bahwa dalam kesabaran terkandung kebaikan dan nikmat;
bagusnya pahala, pemberian dan ketentraman dunia dan akhirat. Engkau mesti
bersabar, niscaya akan segera melihat kebaikan, cepat atau lambat. Engkau mesti
sering berziarah kubur, mengunjungi orang-orang salih, mengerjakan kebaikan,
niscaya akan tegak urusanmu. Janganlah menjadi bagian dari orang-orang yang
jika dinasihati, tidak menurutinya; jika mendengar, tidak mengamalkan apa yang
mereka dengar.
Hilangnya agamamu adalah karena
empat faktor: (1) Engkau tidak mengamalkan apa yang kau ketahui. (2) Engkau
mengamalkan apa yang tidak kau ketahui. (3) Engkau tidak mencari tahu apa yang
tidak kau ketahui. (4) Engkau menolak manusia yang akan mengajarimu sesuatu
yang tidak kau ketahui.
Apabila engkau menghadiri
berbagai majelis zikir, hadirilah demi kenyamanan, bukan demi pengobatan.
Engkau telah berpaling dari nasihat para pemberi nasihat. Engkau memelihara
kesalahan dan ketergelinciran atasnya. Engkau mengolok-olok, tertawa-tawa dan
bermain-main. Engkau adalah petualang yang menantang bahaya. Oleh karena itu,
segeralah bertobat, janganlah meniru musuh-musuh Allah, dan manfaatkan apa yang
telah kau dengar.
Engkau telah terikat dengan adat,
sementara Allah telah menentukan (agar manusia) mencari bagian rezekinya, tidak
diam pada sebab, jangan melupakan musabab, dan senantiasa bertawakal
kepada-Nya.
Engkau mesti melazimkan amal dan ikhlas. Allah SWT berfirman:
Tidaklah Kami menciptakan
jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku
(QS 51: 56)
Tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia untuk bersandiwara; tidaklah
Allah menciptakan mereka untuk main-main; tidak mungkin juga Allah menciptakan
mereka untuk sekadar makan, minum, tidur dan kawin semata. Oleh karena itu,
kepada orang-orang yang lalai, hendaklah segera ingat dari kelalaian kalian.
Langkahkanlah hati kalian kepada-Nya selangkah, niscaya cinta-Nya kepada kalian
maju beberapa langkah. Allah, terhadap perjumpaan dengan para pencinta-Nya,
lebih dalam kerinduan-Nya ketimbang kerinduan mereka kepada-Nya.
Allah SWT berfirman:
Dia memberikan rezeki kepada
siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas (QS 2: 212)
Apabila seorang hamba menghendaki perkara yang telah ia persiapkan, hal itu
terkait dengan makna, bukan dengan bentuk. Apabila telah sempurna para seorang
hamba apa yang disebutkan tadi, berarti dia telah berzuhud terhadap dunia dan
akhirat serta terhadap semua hal selain Allah. Akan datang kepadanya kesehatan,
kerajaan, kekuasaan, dan pemerintahan. Untuk dirinya, kerikil menjadi gunung;
tetesan air menjadi lautan; bintang menjadi rembulan; bulan menjadi mentari;
sedikit menjadi banyak; tidak ada menjadi ada; kefanaan menjadi kekal; gerak
menjadi diam; pohonnya meninggi dan bergerak menuju Arsy, sementara akarnya
mengarah ke bumi serta dahan-dahannya di dunia dan akhirat. Apakah dahan-dahan
itu? Yaitu hukum dan ilmu.
Dunia di sisinya menjadi seperti lingkaran yang tidak mengenakkan. Tidak
ada dunia yang memilikinya, tidak ada akhirat yang mengikatnya; tidak ada raja
yang menguasainya maupun kerajaan yang dimilikinya; tidak ada hijab yang
menghalanginya; tidak ada seorang pun yang dapat mengambilnya; tidak ada noda
yang mengotorinya. Apabila telah sempurna semua itu pada diri seorang hamba,
layaklah hamba tersebut untuk selalu menyertai Allah; mengambil dan memurnikan
dengan tangan mereka bagiannya dari samudera dunia ini. Apabila Allah
menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia akan menjadikannya petunjuk dan
dokter bagi manusia; menjadikannya pendidik dan pelatih mereka; menjadikannya
pemandu dan tukang memperbaiki mereka; serta menjadikannya lampu penerang dan
cahaya mentari bagi mereka. Jika tidak menghendakinya seperti itu, pasti Dia
akan menghijabnya dari Diri-Nya dan menggaibkannya dari selain-Nya. Salah
seorang yang seperti itu mengembalikan mereka kepada makhluk dengan penjagaan
dan pengamanan yang sempurna; menyelaraskan mereka demi kemaslahatan makhluk;
dan menunjuki mereka. Seorang yang zuhud terhadap dunia akan diuji dengan
akhirat. Sementara orang yang zuhud terhadap dunia dan akhirat, dia akan diuji
dengan Tuhan dunia dan akhirat. Sebagian besar manusia telah lalai seolah-olah
mereka tidak akan mati; seolah-olah pada Hari Kiamat tidak akan dikumpulkan di
padang Mahsyar; seolah-olah mereka tidak akan di hisab di hadapan Allah; dan
seolah-olah mereka tidak akan diperjalankan di atas Shirath al Mustaqim.
Itulah sifat-sifatmu, sementara
engkau diseru kepada Islam dan keimanan. Alquran dan ilmu akan mendakwamu bila engkau tidak mengamalkan keduanya.
Apabila engkau hadir di tengah-tengah para ulama tetapi engkau tidak menerima
apa yang mereka katakan, kehadiranmu di tengah mereka akan mendakwamu pula.
Pada Hari Kiamat, seluruh makhluk secara umum akan merasa takut kepada
keagungan Allah SWT; kepada kebesaran, wibawa, dan keadilan-Nya; yang dapat
meluluh-lantakkan kerajaan-kerajaan di dunia dan mengekalkan kerajaan-Nya.
Semua makhluk akan kembali kepada-Nya pada Hari Kiamat; tampaklah raja-raja
dari berbagai kaum; dan tampaklah keagungan dan kekayaan mereka; Allah
memuliakan mereka pada hari itu. Mereka memenuhi para hamba, gunung-gunung, dan
lembah-lembah. Allah mengawasi bumi melalui mereka. Mereka adalah para
penguasa dan pemimpin manusia serta para wakil Allah SWT. Hal demikian dipahami
dari segi makna, bukan dari segi bentuk. Hari ini adalah makna, sementara besok
adalah bentuk. Keberanian orang-orang yang berperang melawan orang-orang kafir
adalah, ketika mereka bertemu dengan orang-orang kafir tersebut, mereka
bersikap teguh di hadapan mereka. Sementara keberanian orang-orang salih adalah
ketika mereka menghadapi diri mereka, nafsu, tabiat, setan dan kawan-kawan
buruk mereka yang merupakan setan dari kelompok manusia. Sedangkan keberanian
orang-orang yang khawwash (istimewa)
adalah dalam kezuhudan mereka terhadap dunia dan akhirat serta terhadap apa
yang selain Allah secara keseluruhan.
Wahai anakku, ingatlah sebelum
diingatkan oleh sesuatu yang bukan urusanmu. Condong dan bergaullah dengan para
ahli agama, sebab sesungguhnya merekalah sebenar-benar manusia. Orang yang
paling berakal di tengah-tengah manusia adalah mereka yang paling taat kepada
Allah. Sementara itu, orang yang paling bodoh di antara manusia adalah mereka
yang bermaksiat kepada-Nya.
Nabi saw. bersabda, “Kotorilah
tanganmu” Yakni, cintailah kefakiran, jika kau seorang kaya. Apabila kau
bergaul dengan ahli agama dan mencintai mereka, niscaya engkau akan menjadi
orang kaya dan hatimu akan menjauh dari perbuatan nifak dan para pelakunya.
Orang munafik bersikap riya terhadap amalnya. Tidak ada yang diterima darimu
kecuali apa yang ditujukan semata-mata karena Allah. Tidak ada yang diterima bentuk amalmu, tetapi yang
diterima adalah niatnya. Jika engkau menentang diri, hawa nafsu, syetan, dan
duniamu dalam amal-amalmu, Dia akan menerima amal-amal itu darimu. Oleh karena
itu, hendaklah engkau beramal dan bersikap ikhlas, dan jangan terlalu
mempedulikan seluruh amal-amalmu. Tidaklah diterima amalanmu kecuali yang kau
maksudkan karena Allah, bukan karena manusia.
Engkau akan celaka jika beramal karena makhluk, sementara kau ingin agar
Allah menerima amalmu. Tinggalkanlah keburukan, kesombongan dan kegembiraan
karena amalmu. Kurangilah kegembiraanmu itu dan perbanyaklah kekhawatiranmu.
Sebab, sesungguhnya engkau ada di kampung kekhawatiran dan penjara (yakni
dunia).
Nabi kita, Muhammad saw. selalu
melazimkan tafakur. Dia sedikit bergembira dan banyak khawatir; sedikit tertawa
kecuali senyum untuk menghibur orang lain. Di dalam hatinya selalu ada
kekhawatiran dan kesibukan. Seandainya bukan karena para sahabat dan
urusan-urusan dunia, niscaya dia akan keluar dari rumahnya sementara tidak ada
seorang pun yang berdiri bersamanya (ber-uzlah).
Jika engkau telah benar dalam
berkhalwat dengan Allah, niscaya hatimu akan bening dan jiwamu akan bersih;
pandanganmu peka dan hatimu akan selalu berpikir; serta ruhani dan tujuanmu kepada
Allah akan sampai. Memikirkan dunia adalah siksaan dan hijab, sementara
memikirkan akhirat adalah ilmu dan kehidupan bagi hati. Seorang hamba yang bertafakur pasti akan diberi
ilmu tentang berbagai ihwal dunia dan akhirat.
Janganlah menenggelamkan hatimu dalam lautan dunia, padahal Allah telah
mengosongkannya dari dunia yang menjadi bagianmu. Dia juga membatasi
waktu-waktunya yang dikenal di sisi-Nya. Setiap hari rezeki diperbarui, baik
yang selalu kau cari maupun yang tidak kau cari. Jika engkau terlalu bernafsu
pada harta, maka harta akan menodaimu, baik di sisi Allah maupun di sisi
makhluk. Dengan berkurangnya keimanan, engkau mencari rezeki; dengan
bertambahnya keimanan, engkau berdiri mengharapnya; serta dengan kesempurnaan
dan keparipurnaannya, engkau tidak mempedulikannya.
Janganlah mencampuradukkan antara sikap rajin dan malas. Sebab, engkau
tidak mungkin memposisikan hatimu dengan makhluk, lantas bagaimana engkau bisa
mempersatukannya dengan Allah, sementara engkau menyekutukan-Nya dengan makhluk.
Bagaimana mungkin engkau bisa bersama musabab? Bagaimana mungkin bersatu lahir
dan batin; apa yang kau pikirkan dan apa yang tidak kau pikirkan? Alangkah
bodoh orang yang melupakan musabab dan sibuk dengan sebab. Dia bersama-sama
yang kedua dan meninggalkan yang pertama; dia melupakan yang kekal dan
bersama-sama dengan yang fana.
Persahabatanmu dengan orang-orang bodoh akan menyebabkan mereka menentangmu
karena kebodohan mereka. Oleh karena itu, hendaklah bersahabat dengan orang
mukmin yang teguh, berilmu dan mengamalkan ilmunya. Yang paling baik di antara
seluruh ihwal kaum mukmin di dalam seluruh perilaku mereka, adalah yang paling
kuat mujahadah-nya, serta yang
paling kuat dalam memerangi diri dan hawa nafsu mereka. Oleh karena itu, Nabi
saw. bersabda, “Kegembiraan seorang mukmin terletak pada wajahnya, sementara
kesedihannya terletak dalam hatinya.”
Karena beggitu kuatnya, dia mampu menampakkan kegembiraan di wajahnya, dan
menyembunyikan kesedihan di dalam hatinya yang hanya diketahui oleh Allah dan
dirinya. Semangatnya selalu menyala, banyak berpikir, banyak menangis, dan
sedikit tertawa. Oleh karena itu pula Nabi saw. bersabda, “Tidak ada yang
menentramkan seorang mukmin kecuali pertemuannya dengan Allah Azza wa Jalla.”
Seorang mukmin akan menutupi kesedihan dengan kegembiraannya. Secara
lahiriah dia tampak sibuk di dalam aktivitasnya, sementara batinnya tenang di
sisi Allah SWT. Secara lahiriah ia bekerja untuk keluarganya, sementara
batinnya bekerja untuk Allah. Dia tidak menyebarkan rahasia keadaaannya itu
kepada keluarga, anak-anak dan tetangganya; tidak juga kepada satu pun
makhluk-Nya. Dia mendengar sabda Nabi saw., “Lindungilah urusan-urusan kalian
dengan cara merahasiakannya.”
Seorang mukmin senantiasa
menutupi apa yang ada di dalam dirinya. Apabila datang kepadanya dorongan atau
keluar dari lisannya satu kalimat saja, maka akan kacaulah urusannya dan
berubahlah pengertiannya. Dia akan
berusaha menutupi apa yang tampak dan mengkhawatirkan apa yang terlihat dari
dirinya.
Hendaklah engkau menjadikan saya sebagai cermin bagimu. Jadikanlah saya
cermin bagi hatimu serta cermin amal-amalmu. Mendekatlah kepada saya, sebab
sesungguhnya engkau akan melihat dalam dirimu apa yang tidak kau lihat
sebelumnya. Apabila engkau membutuhkan agamamu, kau mesti bersama saya.
Sesungguhnya saya tidak akan mempermainkanmu dalam agama Allah. Saya
tidak merasa malu untuk kembali ke dalam agama Allah.
Tinggalkanlah dunia di rumahmu
dan mendekatlah kepada saya. Sesungguhnya saya berdiri di pintu akhirat. Oleh
karena itu, berdirilah bersama saya dan dengarkanlah kata-kata saya; beramallah
untuk-Nya sebelum engkau mati dalam waktu dekat ini. Gunakanlah waktumu untuk
takut kepada Allah. Apabila engkau tidak memiliki rasa takut, engkau tidak akan
merasa aman di dunia dan akhirat. Takut kepada Allah adalah dengan ilmu. Oleh
karena itulah, Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah para hamba-Nya yang
berilmu
(QS 35: 28)
Tidak takut kepada Allah kecuali
para ulama yang mengamalkan ilmunya. Merekalah orang yang beramal dan berilmu.
Mereka tidak menuntut pahala dari Allah atas amal-amal mereka. Akan tetapi,
mereka hanya berharap dapat bertemu dengan wajah-Nya dan ingin dekat
dengan-Nya; ingin mencintai-Nya dan ikhlas. Para
ulama ingin agar Allah tidak menutup pintu dunia dan akhirat. Mereka tidak
merindukan dunia, tidak juga akhirat dan apapun selain Diri-Nya. Dunia bagi
orang lain, dan akhirat pun demikian. Allah adalah milik suatu kaum, yakni
orang-orang Mukmin yang yakin, bermakrifat dan cinta kepada-Nya; yang bertakwa
dan takut kepada-Nya; serta yang merasa khawatir dan sedih karena-Nya. Mereka
takut kepada Allah karena kegaiban-Nya. Allah gaib dari penglihatan lahiriah
mereka, tetapi hadir atau tampak pada matahati mereka. Bagaimana mereka tidak takut
kepada-Nya, sementara Dia setiap hari sibuk, mengubah dan mengganti; menolong
dan menghinakan, menghidupkan dan mematikan sesuatu; menerima ini dan menolak
itu; serta mendekatkan ini dan menjauhkan itu?
Allah SWT berfirman:
Dia tidak ditanya atas apa yang Dia kerjakan; merekalah yang akan
ditanya (QS 21: 23)
Ya Allah, dekatkanlah kami kepada-Mu
Dan janganlah Engkau
menjauhkan kami dari-Mu.
Berikanlah kepada kami
kebaikan di dunia dan akhirat,
Serta jauhkanlah kami dari
siksa api neraka []
(Syaikh Abdul Qadir Jailani)
No comments:
Post a Comment