Monday, December 5, 2016

Karomah itu bukan mampu berjalan di atas air.
Karomah itu ketika mampu menyaksikan - dengan jujur- bahwa saat ini kita adalah sebuah anugerah besar, dan jiwa kita merasa begitu hidup dalam menjalani setiap saatnya.

Friday, December 2, 2016

Secara global semulia-mulia ilmu dan tujuannya adalah mengenal Allah 'Azza wa Jalla.
Dan ia tidak akan sampai kepada pengenalan yang benar kepada Allah 'Azza wa Jalla kecuali setelah usaha keras yang melelahkan dan keberanian yang sempurna untuk berbeda dengan orang-orang yang umum dan khusus dalam melawan ketaklidan mereka karena semata-mata syahwat mereka.

- Imam Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin

Friday, November 18, 2016

Ketika Semua Nabi Mengunjungi Ibnu 'Arabi

Sekitar 826 tahun yang lalu di Kordoba (tahun 1190), Ibnu 'Arabi mendapat penglihatan bertemu semua nabi sejak Adam a.s. hingga Muhammad s.a.w. Dalam karyanya yang berjudul "Ruh al Qudus", Ibnu 'Arabi menjelaskan alasan mereka berkumpul yang beliau peroleh dari Nabi Hud a.s. yang menginformasikan bahwa para utusan-Nya telah datang untuk mengunjungi Abu Muhammad Makhluf al-Qabaa'ili yang tengah sakit menjelang sakaratul maut. Disebutkan bahwa alasan lain para utusan Allah itu berkumpul sebagaimana dikemukakan oleh Jandi, murid dari Sadruddin Qunawi, yang merupakan murid serta anak angkat sang Syaikh al Akbar adalah untuk menyampaikan selamat kepada Ibnu 'Arabi atas penetapannya sebagai segel para wali (khatam al-awliya) dan sebagai khatamul wilayah al-Muhammadiyah.

Ibnu 'Arabi mengatakan bukti bahwa beliau mendapatkan penglihatan ini adalah kalimat yang disampaikan oleh Hud a.s., "Tidak ada satu pun makhluk hidup yang Ia tidak pegang ubun-ubunnya. Sungguh, Tuhanku ada di jalan yang lurus." Syaikh al Akbar melanjutkan, "Maka adakah berita baik yang lebih dahsyat daripada ini?"

(Dari "The Circle of Inclusion" yang ditulis oleh Cecilia Twinch. The Muhyiddin Ibn 'Arabi Society)

Monday, November 14, 2016

"Manusia mengira bahwa kesabaran hanyalah sekedar menanggung penderitaan dan tidak mengeluh.
Kesabaran, sesungguhnya adalah menerima bahwa Dia-lah yang meletakkanmu dalam sebuah keadaan, lalu bersabar untuk tidak mengadu kepada siapapun selain kepada-Nya, dan meminta-Nya untuk mengangkat keadaan itu untukmu."
~ Ibnu 'Arabi

Tuesday, November 8, 2016

Malaikat Pun Terjebak Syahwat Seksual

Lust atau birahi yang mendasari para malaikat yang tinggi untuk melanggar perintah Allah muncul setelah mereka berulang kali memerhatikan kecantikan rupa para anak-anak perempuan yang dilahirkan di mukan bumi yang tumbuh cantik jelita. Oleh karenanya menjaga dan menundukkan pandangan bagaikan pintu untuk menjaga agar godaan seksual ini tidak makin membara.
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (Qs. An- Nuur (24): 30)

"Penglihatan adalah bagaikan anak panah beracun yang dilepaskan dari busur panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepadaku, maka aku akan memberikan suatu ketenangan yang kemanisannya itu dapat ia rasakan di dalam hatinya." (Hadits riwayat Ahmad dan Ath-Thabari)

“Hai  'Ali, jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan yang     lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan yang pertama, adapun yang     berikutnya tidak boleh." (Hadits riwayat At-Turmudzi dan Abu Dawud.

Dan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya oleh jabir bin Abdillah tentang pandangan yang datang secara tiba-tiba, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Palingkanlah pandanganmu itu." Dikeluarkan oleh Muslim, At-Turmudzi dan Abu Dawud


"Ada tiga orang yang api neraka tidak akan melihat kepada mata mereka; mata yang memelihara dijalan Allah, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang menahan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah." (Hadits riwayat Ath-Thabarani)

Yang Harus Diperhatikan Saat Shalat

"Yang sesungguhnya harus diperhatikan dalam pelaksanaan shalat itu adalah sikap tenang, tawadhu', merunduk, khusyu dan perasaan menyesal.
Kemudian engkau mengangkat kedua tanganmu seraya berdoa, 'Ya Allah, ya Allah.'.
Barangsiapa tidak melakukan yang seperti itu, berarti shalatnya dinilai kurang sempurna."
(HR al-Baihaqi)

Monday, September 5, 2016

Tentang Hikmah

Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (Al-Baqarah (2): 269)

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(An-Nahl (16) : 125)

Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. (An-Nisaa'(4) : 113)

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah  serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
(Al-Baqarah (2): 129)

"Kata hikmah yang didengar oleh orang mu'min, lalu diajarinya dan diamalkannya, adalah lebih baik baginya dari ibadah setahun". (HR : Ibnut Mubarak dari Zaid bin Aslam, hadits mursal.)

"Sebaik-baik pemberian dan hadiah ialah kata-kata berhikmah. Engkau dengar lalu engkau simpan baik-baik. Kemudian engkau bawakan kepada saudaramu muslim. Engkau ajari dia. Perbuatan yang dernikian, menyamai 'ibadah setahun ". (HR :  Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas isnad dla'if).

“Hikmah adalah barang hilang orang mukmin. Maka ambilah hikmah walaupun dari mulut orang-orang munafik
(Ali bin Abi Thalib ra) 

“Ambillah hikmah dari mana saja. Jika hikmah berada dalam dada orang munafik, dia resah, hingga keluar dan menempati tempatnya yang tepat dalam dada orang mukmin" (Ali bin Abi Thalib ra) 

Hikmah adalah barang yang hilang bagi orang mukmin. Maka, carilah dia walaupun ada pada orang-orang musyrik, kerana engkau lebih berhak atasnya (Ali bin Abi Thalib ra) 

 “Termasuk hikmah ialah: Engkau tidak bertengkar dengan orang yang di atasmu, tidak meremehkan orang selainmu, tidak menerima sesuatu diluar kemampuanmu, lisanmu tidak menyalahi hatimu, dan ucapanmu tidak menyalahi perbuatanmu. engkau tidak menyatakan sesuatu yang tidak engkau ketahui, tidak meninggalkan suatu perkara tatkala ada dan tidak mencari-carinya tatkala tiada.”
(Ali bin Abi Thalib ra) 

 “Termasuk hikmah seseorang ialah dia mengetahui dirinya sendiri.” (Ali bin Abi Thalib ra) 

"Pokok hikmah ialah takut kepada Allah, berpegang kepada kebenaran dan menaati orang yang benar.”
(Ali bin Abi Thalib ra) 

"Orang yang sudah mengenal hikmah maka ia tidak ingin bersabar untuk terus menambahnya" (Ali bin Abi Thalib ra) 

 “Awal hikmah adalah meninggalkan kelazatan, dan akhirnya adalah membenci segala yang fana.”
 (Ali bin Abi Thalib ra) 

 “Batas hikmah adalah berpaling dari alam fana dan kerinduan kepada alam baka.”
 (Ali bin Abi Thalib ra) 

“Hikmah adalah taman orang-orang terhormat dan ilmu adalah tempat wisata orang-orang beradab.”
(Ali bin Abi Thalib ra) 

 “Hikmah adalah pohon yang tumbuh dalam hati dan berbuah di lisan.” (Ali bin Abi Thalib ra) 

 Sesungguhnya hikmah merupakan cahaya setiap hati (Nabi Isa as)

“Wahai anakku! Pelajarilah hikmah dan berbanggalah dengannya.
 Kerena, hikmah menunjukkan seseorang kepada agama, memuliakan seorang hamba atas orang  merdeka,  meninggikan orang miskin atas orang kaya, dan mengedepankan yang kecil atas yang besar.”
(Wasiat Luqman al-Hakim kepada puteranya)

Rukun hikmah ada tiga: al-ilmu (pengetahuan), al-hilmu (kedewasaan), dan al-anaatu (kehati-hatian).
(ibnu Qoyyim al-Jauziyyah)

Rukun hikmah : Memahami (al-ilmu) sebelum memerintah dan melarang, santun (ar-rifqu) saat melakukannya, dan sabar (as-shobru) sesudah melaksanakannya. (Ibnu Taimiyah)