Orang bijaksana tidak pernah menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun untuk yang sudah meninggal.
(Sloka 2.11)
Tuesday, August 6, 2013
Penjelasan sloka 2.8.
Tidaklah menjadi soal apakah seseorang menjadi vipra (sarjana yang berpengetahuan tentang kebijaksanaan Veda) atau dilahirkan dalam keluarga yang lebih rendah atau berada pada tingkat melepaskan ikatan terhadap hal-hal duniawi dalam hidup - kalau ia menguasai pengetahuan tentang Krsna, ia menjadi guru kerohanian yang sempurna dan dapat dipercaya. (Caitanya-caritamrta. Madhya. 8.128). Tanpa menguasai ilmu pengetahuan kesadaran Krsna, tidak seorang pun dapat menjadi guru kerohanian yang dapat dipercaya.
Juga dinyatakan dalam kesusasteraan Veda:
"Seorang brahmana, ahli dalam segala bidang pengetahuan Veda, tidak menjadi syarat untuk menjadi guru kerohanian kalau ia tidak menjadi Vaisnava atau ahli di bidang ilmu pengetahuan kesadaran Krsna. Tetapi orang yang dilahirkan dalam keluarga dari golongan rendah dapat menjadi seorang guru kerohanian kalau ia menjadi Vaisnava atau sadar akan Krsna."
Masalah-masalah kehidupan material - kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian - tidak dapat dilawan dengan cara mengumpulkan kekayaan dan perkembangan ekonomi. Mereka hanya dapat mencapai kebahagiaan sejati kalau mereka berkonsultasi dengan Krsna atau melalui utusan Krsna yang dapat dipercaya, yaitu orang yang sadar akan Krsna.
Tidaklah menjadi soal apakah seseorang menjadi vipra (sarjana yang berpengetahuan tentang kebijaksanaan Veda) atau dilahirkan dalam keluarga yang lebih rendah atau berada pada tingkat melepaskan ikatan terhadap hal-hal duniawi dalam hidup - kalau ia menguasai pengetahuan tentang Krsna, ia menjadi guru kerohanian yang sempurna dan dapat dipercaya. (Caitanya-caritamrta. Madhya. 8.128). Tanpa menguasai ilmu pengetahuan kesadaran Krsna, tidak seorang pun dapat menjadi guru kerohanian yang dapat dipercaya.
Juga dinyatakan dalam kesusasteraan Veda:
"Seorang brahmana, ahli dalam segala bidang pengetahuan Veda, tidak menjadi syarat untuk menjadi guru kerohanian kalau ia tidak menjadi Vaisnava atau ahli di bidang ilmu pengetahuan kesadaran Krsna. Tetapi orang yang dilahirkan dalam keluarga dari golongan rendah dapat menjadi seorang guru kerohanian kalau ia menjadi Vaisnava atau sadar akan Krsna."
Masalah-masalah kehidupan material - kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian - tidak dapat dilawan dengan cara mengumpulkan kekayaan dan perkembangan ekonomi. Mereka hanya dapat mencapai kebahagiaan sejati kalau mereka berkonsultasi dengan Krsna atau melalui utusan Krsna yang dapat dipercaya, yaitu orang yang sadar akan Krsna.
"Kalau kita
melihat orang-orang yang sampai, seminimalnya yang bertemu diri, ada mursyid, pak
omo ada wali-wali yang lain, kita bisa baca sejarah mereka, ngga ada yang ringan
kehidupannya, para nabi, para rasul ada ngga yang ngga ada masalah? Ngga ada.
Kenapa pentingnya kita membaca kisah mereka. Dalam Al Quran makanya dikatakan,
sebelumnya engkau tidak mengetahui apa itu al iman apa itu al kitab. Di depan kita nongkrong Al Quran, tapi apa fungsinya
buat diri pribadi? Mesti bisa ada sebuah ikatan yang dalam dengan Al Quran ini,
kalau buat saya tanpa Al Quran wuah saya celaka betul! Al Quran itu akan
membeberkan, membentangkan sebuah aturan yang akan menimpa para pejalan dengan
detil, sementara sebesar apa kita menguasai Al Quran? Mungkin baru titiknya
yang kita kuasai, cinta pun mungkin tidak, membaca pun mungkin tidak kepada Al Quran, itu artinya kita siap-siap kesulitan.
Al Quran itu memberikan sebuah
tuntunan, sebuah peta yang besar, bahkan yang rinci tentang apa yang akan
menimpa semua pejalan di semua level, baik di level mukmin yang biasa sampai
dengan level nabi yang tertinggi, semua dihukumi oleh Al Quran, nabi-nabi itu
beriman kepada Al Quran, membaca Al Quran makanya mereka selamat.
(Zamzam AJT, 7 Januari 2006)
Setelah melihat Arjuna tergugah rasa kasih sayang dan murung, matanya penuh air mata
(Sloka 2.1)
Penjelasan: Kasih sayang material, penyesalan dan air mata, semuanya adalah tanda-tanda kebodohan terhadap diri yang sejati.
Kasih sayang terhadap pakaian yang disandang orang yang sedang tenggelam tidaklah masuk akal. Orang yang jatuh ke dalam lautan kebodohan tidak dapat diselamatkan hanya dengan menyelamatkan pakaian lahiriahnya saja.
Orang yang tidak mengetahui hal ini dan menyesal karena pakaian lahiriah disebut sudra atau orang yang menyesal bila penyesalan tidak diperlukan. Arjuna adalah seorang ksatria dan tingkah laku seperti ini tidak pantas bagi Arjuna.
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
Arjuna yang baik hati, bagaimana sampai hal-hal yang kotor ini menghinggapi dirimu?
Hal-hal ini sama sekali tidak pantas bagi orang yang mengetahui nilai hidup. Hal-hal seperti itu tidak membawa seseorang ke planet-planet yang lebih tinggi, melainkan menjerumuskan dirinya ke dalam penghinaan.
(Sloka 2.2)
(Sloka 2.1)
Penjelasan: Kasih sayang material, penyesalan dan air mata, semuanya adalah tanda-tanda kebodohan terhadap diri yang sejati.
Kasih sayang terhadap pakaian yang disandang orang yang sedang tenggelam tidaklah masuk akal. Orang yang jatuh ke dalam lautan kebodohan tidak dapat diselamatkan hanya dengan menyelamatkan pakaian lahiriahnya saja.
Orang yang tidak mengetahui hal ini dan menyesal karena pakaian lahiriah disebut sudra atau orang yang menyesal bila penyesalan tidak diperlukan. Arjuna adalah seorang ksatria dan tingkah laku seperti ini tidak pantas bagi Arjuna.
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
Arjuna yang baik hati, bagaimana sampai hal-hal yang kotor ini menghinggapi dirimu?
Hal-hal ini sama sekali tidak pantas bagi orang yang mengetahui nilai hidup. Hal-hal seperti itu tidak membawa seseorang ke planet-planet yang lebih tinggi, melainkan menjerumuskan dirinya ke dalam penghinaan.
(Sloka 2.2)
“Allah selalu menarik para nabi-Nya, para wali-Nya dalam kondisi yang terlemahnya. Jadi kalau kita masih merasa digjaya, tidak ada masalah, merasa gagah, pada prinsipnya kita belum siap berjalan, sampai kita terkapar mohon pertolongan kepada Allah Ta’ala” (Zamzam AJT dalam kajian hikmah Nabi Luth as)
“Orang yang diperkenalkan dengan kelemahan dirinya tanda Allah akan menuntunnya. Kalau kita masih istighfar yang kosong dan hampa artinya kita masih dalam status belum mengenal kelemahan diri, kalau kita belum mengenal kelemahan diri kita belum fakir, kalau belum fakir maka tidak akan berjalan.” (Zamzam AJT dalam Kajian HAQ QS Al Baqarah, 2004)
Subscribe to:
Posts (Atom)