Monday, June 13, 2016

Konsep Ibnu Arabi Tentang Ahlul Bait

Ibnu 'Arabi tidak sepakat untuk mengartikan "Ahl" dalam kata Ahlul Bait terbatas hanya para keluarga atau orang yang berasal dari keturunan Rasulullah SAW. Beliau mengatakan bahwa dalam Bahasa Arab, misalnya istilah "al al-rajul" berarti mereka yang akrab atau dekat dengan orang tersebut.

Syaikhul Akbar juga mengutip ayat Al Qur'an surat 40:46 "..masukkanlah Fir'aun (āl Firʿawn) dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras."Di ayat itu jelas bahwa "āl" di sini tidak merujuk kepada keluarga dari Fir'aun akan tetapi para penasihat dekatnya yang bersekutu dalam kejahatan.

Oleh karena itu penggunaan kata "āl" dalam kaitannya dengan Rasulullah SAW tepat dipahami sebagai mereka yang dekat dengan Rasulullah SAW dalam konteks iman.

Dengan demikian kita bisa memahami ayat Al Qur'an yang menyuruh kita untuk bershalawat; "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk āl Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."(QS [33]:56). Ketika ditanya oleh para sahabat bagaimana mereka dapat melakukan hal itu, Rasulullah SAW bersabda "Katakanlah Allahumma shalli āl Muhammad" - Allah memberkahi mereka yang dekat kepada Muhammad dan - "wa shalli āl Ibrāhīm" dan Allah memberkahi mereka yang dekat dengan millah Ibrahim.

(Adaptasi dan terjemahan dari tulisan Claude Addas berjudul The Muhammadian House: Ibn ʿArabī’s concept of ahl al-bayt di dalam Journal of the Muhyiddin Ibn 'Arabi Society, Vol. 50, 2011)

Tuesday, May 31, 2016

Dalam bukunya yang berjudul Kitab Penglihatan-Penglihatan dalam Mimpi (al-Mubashshiraat), Ibnu 'Arabi mencatat adanya tujuh belas mimpi yang berbeda dari mimpi-mimpi yang lain, hal ini dikarenakan mimpi tersebut berguna untuk orang banyak dan karena berkaitan dengan Rasulullah SAW dan para sahabat. Salah satu mimpi tersebut menggambarkan suatu peristiwa dramatis yang terjadi di suatu masa di alam setelah dunia ini:
Aku melihat dalam mimpiku bahwa Hari Pengadilan telah tiba dan semua manusia dilanda oleh kecemasan yang teramat sangat. Kemudian aku mendengar Al Qur'an dibacakan di 'Illiyiin kemudian aku bertanya: "Siapa gerangan orang-orang yang membaca Al Qur'an pada saat seperti ini dan tidaklah rasa takut melingkupi mereka. Kemudian sebuah suara menjawab, "Mereka adalah para pemangku Al Qur'an." Lalu aku berseru, "Jika demikian aku termasuk salah satu di antaranya!"
Kemudian sebuah tangga terbentang di hadapanku dan aku menaikinya hingga memasuki sebuah ruangan di 'Illiyiin, dimana aku menyaksikan orang-orang tua dan muda bersama sedang melantunkan Al Qur'an di hadapan Nabiyullah Ibrahim, sang khalil, radhiyallahu anhu. Kemudian aku pun duduk di hadapannya dan mulai membaca Al Qur'an dengan dipenuhi rasa aman dan ketenangan, tanpa merasakan takut, cemas atau was-was dengan datangnya hisab.
Sungguh aku tidak mengerti ketakutan macam apa yang menghinggapi kebanyakan orang berkaitan dengan Hari Penghisaban. Sang Rasulullah SAW berkata, "Orang-orang yang akrab dengan Al Qur'an adalah mereka yang akrab dengan-Nya dan merupakan hamba-hamba-Nya yang istimewa." Dan Allah berkata "mereka akan berada di tempat-tempat yang tinggi serta dinaungi oleh ketenangan dan keamanan."
(Terjemahan dari "The Brotherhood of Milk Perspective of Knowledge in the Adamic Clay." Ditulis oleh Stephen Hirtenstein. The Muhyiddin Ibn 'Arabi Society)
--
Pemberian nasihat memiliki syarat dan tata cara tersendiri. Dan di dalamnya dibutuhkan kelembutan. Apabila tidak, maka dia akan berubah menjadi bencana. Kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya.
- Imam Al Ghazali dalam Bidayah al Hidayah

Wednesday, April 27, 2016

Hamba Allah yang berhasil mengendalikan seluruh keinginan pribadi dan kecenderungan alamiahnya akan menerima ganjaran yang agung. Allah akan menganugerahkan kepadanya sebuah penuntunan yang terus menerus, yang akan menjaganya dari tarikan hawa nafsu dan syahwat yang bersifat sementara. Di sisi lain, Allah akan membimbing jiwanya, untuk melindungi sang hamba dari kesesatan.



(Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Futuhat Makkiyah)

Sunday, October 18, 2015

Ibnu Salim datang kepada Rasulullah saw, maka ia berkata: “Ya Rasulullah, seseungguhnya aku memiliki pertanyaan untukmu mengenai perkara yang belum pernah Allah ajarkan kepada siapapun selain kepada Musa bin Imran, jika engkau mengetahuinya, mengenai perkara tersebut, sesuatu yang hanya dikaruniakan Allah kepada Musa bin Imran a.s.” Maka berkata Rasulullah saw: “Ya Ibnu Salim, jika engkau menghendaki aku akan menerangkannya kepadamu.” Berkata Ibnu Salim: “Terangkanlah kepadaku”. Maka berkata Rasulullah saw: “Sesungguhnya malaikat muqarrabun belumlah mengelilingi `Arsy, dan belum ada pengetahuan mereka tentang `Arsy itu, dan belumlah `Arsy itu dipikul oleh para malaikat yang memikulnya. Dan sesungguhnya Allah baru saja menciptakan petala lelangit dan bumi, maka bertanya para malaikat: ‘Wahai Rabb kami, apakah Engkau menciptakan sesuatu yang lebih besar dari petala lelangit dan bumi?’. Allah menjawab: ‘Ya, samudra al-Bihar.’ Diceritakan, para malaikat kembali bertanya: ’Apakah Engkau menciptakan sesuatu yang lebih besar dari samudra al-Bihar?’ Allah menjawab: ‘Ya, `Arsy.’ Para malaikat kembali bertanya: ‘Apakah Engkau menciptakan sesuatu yang lebih besar dari `Arsy?’ Allah menjawab: ‘Ya, `Aql.’ Para malaikat berkata: ‘Wahai Rabb kami, dan sejauh apakah kadar `Aql diciptakan?’. Allah menjawab: ‘Demi kemuliaan-Ku, sungguh tidak ada yang dapat mengetahui batas-batas ilmu mengenainya.’ Allah kemudian bersabda: ‘Apakah kalian punya pengetahuan mengenai bilangan pasir?’ Para malaikat menjawab: ‘Tidak’. Allah berkata: ’Maka sesungguhnya Aku menciptakan `Aql sebagaimana bilangan pasir. Maka dari sebahagian manusia ada yang Aku beri sebutir (pasir), dua butir, tiga butir, empat butir; dan sebahagian mereka ada yang Aku beri satu firqa; dan sebahagian mereka ada yang Aku beri satu wasaq; dan sebahagian mereka ada yang aku beri dua wasaq; dan sebahagian lainnya Aku beri lebih banyak dari itu tergantung sebanyak apa yang Aku kehendaki dari pembagiannya’.” Maka berkata Ibnu Salim r.a.: “Maka siapakah mereka itu, ya Rasulullah?”. Rasulullah SAW menjawab: “Orang yang beramal demi ketaatan kepada Allah Ta’ala, atas dasar kadar amalamal mereka. Dan kesungguhan mereka. Dan keyakinan mereka. Maka Allah menjadikan dalam hati mereka cahaya. Dan kefahaman mereka yang menyeluruh atas kadar yang datang kepada mereka. Maka dengan kadar itu beramallah mereka dengannya. Maka terangkatlah mereka beberapa dejarat.” Berkata Ibnu Salim r.a.: “Demi Dia yang telah mengutusmu dengan petunjuk dan agama yang haqq, sungguh tidak ada satu huruf pun yang berbeda dari apa yang aku temukan dalam Taurat. Maka sesungguhnya Musa adalah yang pertama menjelaskan perkara ini, dan engkau adalah yang kedua.” Rasulullah berkata: “Engkau benar, wahai Ibnu Salim!”

—H.R. Ibnu Hajar al-Atsqalani, Al-Busyiri, Al-Haitsami
Dari Anas bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Tatkala Allah mengumpulkan segenap manusia dari awal hingga akhir dengan suatu panggilan dari tempat yang tinggi dari dalam Arsy, maka Allah berkata: "Di mana ahli ma'rifat billah? Di mana al-muhsinun?". Diceritakan, maka berdirilah sekelompok manusia hingga penuhlah tangan Allah kedua-duanya. Kemudian Allah berkata—dan Dia Maha Mengetahui tentang itu—kepada kelompok pertama: "Siapa kalian?". Mereka menjawab: "Kami ahli ma'rifat yang telah Engkau jadikan kami arif terhadap-Mu dan Engkau lah yang menjadikan kami demikian." Allah berkata: "Kalian benar!". Kemudian Allah bertanya kepada kelompok lainnya: "Siapa kalian?". Mereka menjawab: "Kami adalah al-muhsinun." Allah berkata: "Kalian benar". Sebagaimana firman-Ku kepada nabi-Ku: "Tidak ada sabil untuk al-muhsinun (Q.S. At-Taubah [9]: 92). Maka tidak ada jalan bagi kalian; namun masuklah ke surga dengan rahmat-Ku". Kemudian Rasulullah SAW tersenyum: "Allah telah memberi ganjaran kepada kelompok tersebut pada hari kiamat."

—H.R. Abu Nu’aim Al-Isfahani
Berkata Al-Faqih r.a., berkata kepadaku bapakku, dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwasannya dia berkata: "Sesungguhnya Umar bin Khattab memberlakukan tarawih (berjamaah) dari hadits yang ia dengar dariku." Maka bertanya kaum mukminin: "Dan apakah hadits itu, wahai Amirul-Mukminin?" Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya kepunyaan Allah Ta'ala di sekiling ‘Arsy sebuah lokus yang disebut HADIRATUL-QUDSI yang diciptakan dari cahaya dan di dalamnya para malaikat yang tidak dapat diketahui jumlahnya—kecuali oleh Allah—yang  beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla tanpa henti. Maka ketika malam-malam bulan Ramadhan mereka meminta izin untuk turun ke bumi, maka mereka shalat bersama Bani Adam. Maka adalah mereka turun ke bumi setiap malam ramadhan. Maka barangsiapa yang telah bersama mereka, atau mereka telah bersama seseorang, maka tidak akan disentuh api neraka selamanya." —H.R. Nasruddin bin Muhammad bin Ibrahim