Monday, July 23, 2012

Menengok Orang Sakit

Nabi saw. bersabda, “Tengoklah orang sakit dan antarkanlah jenazah, karena yang demikian itu akan mengingatkanmu pada hari akhirat.” Rasulullah saw. dengan hadis tersebut di atas bermaksud untuk mengingatkan kalian semua agar senantiasa ingat pada hari akhirat. Tetapi kalian menghindar dari mengingatnya dan lebih mencintai dunia. Jika demikian, dalam waktu dekat, akan ada penghalang antara dirimu dengan dunia yang tanpa urusan. Semua hal itu akan diambil dari tanganmu, juga segala hal yang telah membuatmu bahagia. Kebencian akan mendatangimu. Kesedihan akan datang kepadamu dan menggantikan kesenangan. Ingatlah, wahai orang yang lalai dan hina, sesungguhnya diri kalian diciptakan bukan untuk dunia, tetapi sesungguhnya kalian diciptakan untuk akhirat. Kalian adalah orang yang lalai dari apa yang seharusnya kalian lakukan. Kalian benar-benar telah menjadikan tujuan hidup kalian hanya untuk syahwat, kesenangan dan mengumpulkan dunia berupa dinar. Kalian juga telah menyibukkan anggota badan kalian hanya untuk main-main. Apabila Allah mengingatkan kalian dengan peringatan akhirat dan kematian, kalian akan berkata,”Kehidupanku telah menghalangiku.” Kalian memberi isyarat dengan kepala kalian. Sementara telah datang kepada kalian semua peringatan kematian yaitu uban-uban yang tumbuh di kepala kalian, kemudian kalian mencukur atau menyemirnya dengan warna hitam. Jika ajal kalian telah tiba, lalu apa yang akan kalian lakukan? Jika malaikat maut telah datang mendatangi kalian disertai para pembantunya, lantas dengan apa kalian bisa menolaknya? Jika rezeki kalian telah diputus dan masa hidup kalian telah habis, kemudian dengan cara bagaimana kalian bersikap sombong? Oleh karena itu, tinggalkanlah kegilaan itu. Ingatlah sesungguhnya dunia diciptakan untuk beramal. Jika kalian beramal di dunia, kalian akan diberi pahala. Jika kalian tidak beramal di dalamnya, lalu apa yang diberikan? Dunia adalah tempat beramal dan tempat kesabaran atas penderitaan. Dunia merupakan tempat rasa capek, sedangkan akhirat merupakan tempat ketenangan. Orang yang beriman akan membuat dirinya lelah di dunia sehingga sama sekali tidak merasa senang atau santai. Sementara kalian sering bergegas-gegas demi ketenangan dan mengulur waktu untuk segera bertobat. Kalian menunda untuk bertobat hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun sehingga habislah masa kalian. Tidak lama lagi kalian akan menyesal. Bagaimana mungkin kalian tidak menerima nasihat? Bagaimana mungkin kalian tidak menyadari, tidak jujur, dan terus menerus bersikap tidak jujur. Sungguh kalian akan celaka jika pokok atap kehidupan kalian telah hancur. Kepada orang yang tertipu, hendaklah engkau sadar, bahwa dinding kehidupanmu telah jatuh menimpa rumah yang engkau robohkan, lalu engkau pindah ke tempat lain. Oleh karena itu, carilah rumah akhirat dan langkahkanlah kakimu ke sana. Yang menjadi kaki untuk melangkah adalah amal-amal salihmu. Hendaklah engkau memberikan hartamu untuk akhirat sehingga engkau mendapatkannya ketika engkau telah sampai di sana. Orang yang tertipu oleh dunia, yang menyibukkan diri tanpa menghasilkan apa-apa, serta yang meninggalkan aspek batin dan sibuk dengan pelayanan pada makhluk, sungguh engkau akan celaka. Sebab akhirat tidak dapat berkumpul dengan dunia, karena akhirat tidak ridha kepada dunia. Oleh karena itu hendaklah engkau mengeluarkan dunia dari dalam hatimu, pasti engkau dapat melihat akhirat; bagaimana dia datang dan menetap dalam hatimu. Jika hal itu telah sempurna dalam dirimu, ia akan mendorongmu untuk dekat kepada Allah Azza wa Jalla. Pada saat itu, hendaklah engkau merasa membutuhkan akhirat dan carilah, sehingga di sana kebaikan hati dan kebersihan batin akan menjadi sempurna. Wahai anakku, sadarilah bahwa jika hatimu telah menjadi benar atau sehat, maka Allah Azza wa Jalla, malaikat, dan orang-orang yang berilmu akan bersaksi, semuanya akan tampil untukmu dengan pengakuan dan bersaksi untukmu. Apa yang engkau butuhkan, engkau bersaksi atas sehatnya hati yang ada dalam dirimu. Jika hal ini telah sempurna dalam dirimu, engkau akan menjadi seperti gunung yang tidak dapat dimusnahkan oleh angin dan tidak dapat dirusak oleh tombak. Melihat makhluk dan bercampur dengannya tidak akan mempengaruhi dirimu. Oleh karena itu, janganlah engkau membuat noda dalam hatimu; jangan pula mengotori kebersihan batinmu. Hendaklah kaum Muslim menghindari orang yang mengamalkan suatu amal dengan niat ingin dipandang dan diterima oleh makhluk. Sebab, orang seperti itu adalah hamba yang kabur, musuh Allah Azza wa Jalla yang ingkar kepada-Nya dan meningkari nikmat-Nya; dia adalah orang yang tertutup, dimurkai dan dilaknat. Keberadaan makhluk sering merampas hati, kebaikan dan agama. Makhluk menjadikanmu berteman dengannya sambil melupakan Tuhanmu. Mereka menginginkanmu untuk dirinya, bukan untuk dirimu. Sedangkan Allah Azza wa Jalla menghendakimu untuk dirimu dan bukan untuk mereka. Oleh karena itu, hendaklah engkau mencari orang yang menginginkanmu untuk dirimu sendiri dan sibukkanlah dirimu dengan-Nya. Sesungguhnya menyibukkan diri dengan Allah adalah jauh lebih utama dibanding dengan orang yang menginginkanmu untuk kepentingannya. Jika engkau harus mencarinya, hendaklah engkau mencari dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya. Oleh karena itu, hendaklah engkau selalu meminta pertolongan kepada-Nya. Dia Mahakaya sedangkan makhluk semuanya adalah fakir. Mereka tidak dapat memberi manfaat ataupun mudarat kepada dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, carilah kasih-sayang-Nya, sesungguhnya Dia menghendakimu di awal mula agar selanjutnya engkau mempunyai kehendak dan Dia-lah yang engkau kehendaki. Seorang anak kecil, pada kurun awal masa kanak-kanaknya, selalu mencari ibunya. Dan jika sudah dewasa, ibunyalah yang mencarinya. Jika telah diketahui bahwa kehendakmu adalah untuk-Nya, maka Dia akan menghendakimu. Jika diketahui bertapa besar kecintaanmu kepada-Nya, sungguh Dia akan mencintaimu, Dia akan memberi petunjuk ke dalam hatimu, dan Dia mendekatkanmu kepada-Nya. Bagaimana mungkin engkau akan merugi sedangkan engkau telah meninggalkan kekuatan hawa nafsu, watak , dan setan yang ada dalam dirimu dan dalam kedua matahatimu? Dorongkanlah kedua tanganmu, pasti engkau melihat segala kekuatan seperti apa adanya. Lawanlah nafsu serta tentanglah. Doronglah kekuatan hawa nafsumu, watak dan setan yang ada dalam dirimu, sehingga engkau akan mendapatkan-Nya. Doronglah kekuatan-kekuatan ini, pasti akan hilang penghalang antara dirimu dengan Allah Azza wa Jalla, sehingga engkau bisa melihat-Nya, bukan melihat selain Dia. Engkau melihat dirimu dan engkau juga melihat selain dirimu. Engkau bisa melihat cacat yang kau miliki sehingga engkau akan menjauhinya. Engkau melihat cacat atau aib orang lain sehingga engkau akan lari menjauh darinya. Jika hal itu telah sempurna mewujud di dalam dirimu, niscaya Dia Yang Mahasuci akan mendekatimu dan memberimu apa yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah tercetus dalam hati manusia. Dia akan mengasah pendengaran hatimu, Dia akan memperuncing batin, dan pendengaran keduanya. Dia akan membetulkan pendengaran dan penglihatan serta memberimu pakaian. Dia akan menganugerahkan kemuliaan-Nya. Dia akan mengurusmu dengan perhatian-Nya, menolong, menguasai, serta memilikimu. Dia membebaskanmu dari kekangan semua makhluk-Nya. Dia akan menciptakan penjaga bagi hatimu. Malaikat-Nya akan melayanimu dan Dia akan memperlihatkan ruh para nabi dan rasul-Nya kepadamu sehingga engkau tidak tersembunyi dari makhluk-Nya. Wahai anakku, hendaklah engkau mencari kedudukan ini, mengharapkan serta menjadikannya sebagai cita-citamu. Tinggalkanlah kesibukan dalam mencari dunia karena dunia tidak akan mengenyangkanmu. Apa-apa selain Allah Azza wa Jall tidak akan membuatmu kenyang. Oleh karena itu, sibukkanlah dirimu dengan-Nya, karena Dia akan mengenyangkan dirimu. Jika hal itu telah berhasil engkau lakukan, maka engkau akan berhasil dalam memperoleh kekayaan di dunia dan di akhirat. Kepada orang yang lalai, hendaklah engkau menolak orang yang menginginkan dirimu. Hendaklah engkau mencari orang yang mencarimu. Cintailah orang yang mencintaimu! Sibukkanlah dirimu dengan orang yang merindukanmu. Apakah engkau tidak mendengar firman Allah Azza wa Jalla: Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya (QS 5: 54) Seseorang berkata, “Sesungguhnya aku sangat merindukan pertemuan dengan-Mu.” Allah menciptakanmu adalah untuk beribadah kepada-Nya, karena itu, janganlah engkau bermain-main. Dia menghendakimu untuk bersahabat dengan-Nya, karena itu, janganlah engkau menyibukkan diri dengan yang selain-Nya. Janganlah mencintai seseorang bersamaan dengan mencintai-Nya. Jika engkau mencintai yang selain Dia dengan cinta, kasih dan keramahan, itu boleh jika berupa cinta jasmani. Sedangkan jika mencintai dengan cinta hati, maka hal seperti itu tidak boleh dilakukan. Begitu pula jika mencintai dengan cinta batin atau cinta ruhani. Nabi Adam a.s., ketika hatinya disibukkan dengan mencintai surga dan beliau mencintai kedudukannya di surga, maka Allah memisahkan antara dirinya dan surga. Dia mengusirnya dari surga dengan cara memakan buah. Hatinya tertarik pada Hawa sehingga Dia memisahkan antara dirinya dengan Hawa, dan Dia menjadikan antara keduanya jarak perjalanan 300 tahun. Dia di Sarandib dan Hawa di Jeddah. Sementara Nabi Ya’qub, ketika dia merasa tenang atas anaknya, yaitu Nabi Yusuf a.s. dan mereka berkumpul, maka Allah memisahkan keduanya. Nabi kita saw. pada waktu tertarik pada Aisyah r.a. maka Allah menurunkan cobaan pada Aisyah dengan munculnya tuduhan zina dan berdusta, sehingga Nabi tidak melihatnya berhari-hari. Oleh karena itu, sibukkanlah dirimu hanya dengan Allah Azza wa Jalla, bukan dengan yang selain-Nya. Janganlah berlaku ramah kepada selain Allah. Keluarkanlah makhluk dari dalam hatimu. Kosongkanlah hati hanya untuk-Nya. Kepada orang-orang rusak, malas, dan amalnya sedikit diterima, jika engkau menerima nasihat dari saya dan mengamalkan apa yang saya katakan, berarti engkau telah beramal dan semua amal itu adalah untuk dirimu. Jika engkau tidak beramal, berarti engkau akan mendapat kemurkaan dan penghalang. Allah Azza wa Jalla berfirman: Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya (QS 2: 286) Allah juga berfirman: Jika kalian berbuat baik (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri dan jika kalian berbuat jahat, berarti (kejahatan) itu pun bagi diri kalian sendiri (QS 17: 7) Artinya, kelak engkau akan mendapat pahala amal di surga dan siksaan amal di neraka. Nabi saw. bersabda, “Berikanlah makanan kalian kepada orang-orang yang bertakwa dan berikanlah pakaian bekas kalian kepada orang-orang yang beriman.” Apabila engkau memberi makanan kepada orang yang bertakwa dan membantunya dalam urusan dunia, berarti engkau telah bersama-sama dalam apa yang dia amalkan, dan tidak berkurang sedikit pun dari pahalanya. Sebab, engkau telah menolongnya untuk mewujudkan maksud-maksudnya, engkau telah membantu untuk menghilangkan beban-bebannya, dan telah mempercepat langkahnya menuju Allah Azza wa Jalla. Jika engkau memberikan makananmu kepada orang munafik yang riya serta durhaka, kemudian engkau membantunya dalam urusan dunia, berarti engkau akan bersama dia dalam apa yang dia kerjakan, dan tidak dikurangi sedikit pun dari siksaannya. Sebab, engkau telah menolongnya dalam mendurhakai Allah Azza wa Jalla, sehingga keburukannya akan dikembalikan kepada dirimu. Kepada orang-orang bodoh, hendaklah engkau mempelajari ilmu. Sebab, tidak ada kebaikan dalam ibadah tanpa ilmu; juga tidak ada kebaikan dalam keyakinan tanpa ilmu. Oleh karena itu, belajarlah dan beramallah. Dengan berlaku seperti itu, engkau akan beruntung di dunia dan di akhirat. Jika engkau tidak bersikap sabar dalam mencari dan mendapatkan ilmu serta mengamalkannya, bagaimana mungkin engkau akan beruntung? Sebab, jika engkau memberikan ilmu, maka sebagian dari ilmu itu akan membalas pemberianmu. Ada yang bertanya kepada seorang ulama, “Dengan apakah engkau memperoleh seluruh ilmumu?” Lalu dijawab, “Dengan giatnya gagak, sabarnya unta, tamaknya babi, dan setianya anjing. Aku bergegas pergi menuju pintu ulama bagikan bergegasnya burung gagak pergi terbang. Aku sabar terhadap beban mereka bagaikan sabarnya unta dalam memikul beban. Aku tamak dalam mencari ilmu bagaikan tamaknya babi atas makanannya. Aku juga setia kepada mereka bagaikan setianya anjing di pintu pemiliknya hingga diberi makanan.” Oleh karena itu, wahai para pencari ilmu, hendaklah engkau semua mendengarkan ucapan orang alim ini dan amalkanlah jika engkau menginginkan ilmu dan ingin beruntung. Sebab, ilmu itu ibarat kehidupan dan kebodohan bagaikan kematian. Oleh karena itu, orang alim yang mengamalkan ilmunya, ikhlas dalam amalnya, dan saba dalam mengajarkannya untuk hak Allah Azza wa Jalla, baginya seakan tidak ada kematian. Sebab, jika dia wafat, dia mencapai Allah dan kehidupannya berlangsung terus bersama-Nya. Ya Allah, berilah kami ilmu dan berilah keikhlasan dalam amal. [] (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Mengutamakan Akhirat daripada Dunia

Utamakanlah akhirat daripada dunia. Dengan itu, engkau akan meraih dua keuntungan sekaligus (dunia dan akhirat). Sementara apabila engkau mengutamakan dunia daripada akhirat, keduanya akan mendatangkan kerugian berupa siksaan bagimu. Oleh karena itu, bagaimana mungkin engkau disibukkan oleh perkara-perkara yang tidak pernah diperintahkan kepadamu? Apabila engkau tidak disibukkan oleh urusan dunia, Allah akan menguatkanmu dengan pertolongan-Nya atas segenap urusan dunia, dan melimpahkan kepadamu taufik pada saat engkau mengambil bagian dari dunia ini. Dengan demikian, engkau pasti mengambil sesuatu dari dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya dan mendapatkan berkah di dalamnya. Seorang mukmin bekerja untuk dunia dan akhiratnya. Dia bekerja untuk kehidupan dunia sekadar untuk memenuhi kebutuhannya saja. Dia bersikap qana’ah terhadap dunia sebagaimana bekal yang dibawa oleh orang yang bepergian. Tidak banyak dunia yang ingin dia peroleh. Seorang yang bodoh, seluruh energi hidupnya ditujukan semata-mata demi memperoleh keduniaan. Sedangkan seorang ‘arif, seluruh semangat hidupnya dikerahkan semata-mata demi meraih akhirat, kemudian (rahmat) Allah SWT. Apabila engkau mendapatkan kelezatan dunia ini, sementara dirimu mendekati sakaratul maut, dan engkau malah memenuhi berbagai keinginan syahwat, maka pada saat demikian, perhatikanlah orang yang mampu mengatasi kelemahannya. Sesungguhnya tidak ada keuntungan bagimu hingga engkau membenci dirimu sendiri dan memeranginya di sisi Allah SWT. Para shiddiqun itu saling mengenal satu sama lain. Setiap orang dari mereka merasakan adanya penerimaan dan kejujuran dari rekannya. Hendaklah orang yang berpaling dari Allah dan dari hamba-hamba-Nya yang jujur (shiddiqun), orang-orang yang bergegas menuju makhluk dan bergabung dengan mereka menyadari, sampai kapan kalian menaruh perhatian kepada mereka? Apakah mereka memberikan manfaat kepadamu? Padahal, bukanlah di tangan mereka kemaslahatan maupun kemadaratan; bukan pula di tangan mereka pemberian dan penolakan. Tidak ada bedanya antara mereka dan seluruh materi yang berkaitan dengan kemaslahatan atau kemudaratan. Tuhan itu satu; Pemberi kemadaratan dan kemaslahatan; Yang menciptakan gerak dan diam; Yang berkuasa; Yang memaksa; Pemberi dan Penolak rezeki; Pencipta dan Pemberi rezeki, yakni Allah SWT. Dialah Tuhan Yang Mahaqadim, Mahaazali, dan Mahaabadi. Dia ada sebelum makhluk-Nya; sebelum bapak dan ibumu; serta sebelum orang-orang kaya di antaramu. Dia adalah pencipta langit dan bumi; Pencipta segala sesuatu yang ada di langit dan bumi maupun di antara keduanya. Allah SWT berfirman: Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan diri-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat (QS 42: 11) Sebagai makhluk Allah, hendaklah engkau menyesali diri jika tidak mengenal Pencipta dengan makrifat yang benar? Apabila aku diberi kekuasaan di sisi Allah pada Hari Kiamat, tentu aku akan menanggung bebanmu, dari awal hingga akhir. Hendaklah orang yang membaca sudi membacakan untukku salah satu di luar penghuni langit dan bumi. Setiap orang yang mengamalkan suatu amalan, akan ada diantara dirinya dengan Allah suatu pintu tempat masuk hatinya kepada-Nya. Sementara engkau, sebagai orang alim, sibuk dengan berbagai desas-desus dan kabar burung, serta lebih suka mengumpulkan harta ketimbang beramal dengan ilmumu. Padahal, ilmu yang kau miliki hanyalah bentuk tanpa makna. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi salah seorang hamba-Nya, Dia akan mengejarinya dengan mengilhamkan kepadanya amal dan keikhlasan. Kepada-Nya dia merendahkan diri, Kepada-Nya dia ber-taqarrub, dan dia mengetahui-Nya dengan matahati. Berbagai rahasia dipilihkan untuknya, tidak untuk selain dirinya. Allah telah memilih dirinya sebagaimana Dia telah memilih Musa a.s. Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku telah memilihmu untuk Diri-Ku (QS 20: 41) Artinya, Allah memilihnya tidak untuk selain Diri-Nya; tidak untuk syahwat, kesenangan ataupun hal-hal yang sia-sia; tidak untuk langit ataupun bumi; tidak untuk surga ataupun neraka; juga tidak untuk kepemilikan ataupun kehancuran. Tidak ada satu pun yang membatasi dirinya dari Allah. Tidak ada sesuatu pun yang menyibukkan dirinya selain Allah. Tidak ada gambaran apapun yang membatasi dirinya dari Allah. Tidak ada satu pun makhluk yang menghalangi dirinya dari Allah. Juga tidak ada keinginan apapun yang membuat dirinya merasa cukup selain dengan anugerah Allah SWT. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah dengan cara melakukan kemaksiatan. Akan tetapi, bersihkanlah najis pada baju agamamu dengan air tobat serta keteguhan dan keikhlasan di dalamnya. Hiasilah baju agamamu dan lekatkan wewangian padanya dengan makrifat kepada-Nya. Hati-hatilah terhadap tempat tinggalmu. Sebab, betapapun engkau berpaling, maka binatang-binatang berbahaya akan ada di sekitarmu, dan berbagai penderitaan mendatangimu. Karena itu, beralihlah darinya dan kembali menuju Allah SWT dengan hatimu. Janganlah makan dengn rakus serta penuh nafsu dan syahwat. Janganlah makan kecuali dengan dua saksi yang adil, yaitu Kitabullah dan Sunnah; kemudian cari dua saksi lain, yaitu hatimu dan perlakuan Allah. Apabila Kitab dan Sunnah serta hatimu telah mengizinkannya, hendaklah memperhatikan yang selanjutnya, yakni perlakuan Allah pada dirimu. Janganlah seperti seorang pengumpul kayu bakar di malam hari; dia mengumpulkan kayu bakar tetapi tidak mengetahui apa yang ada di tangannya. Pencipta dan yang diciptakan adalah sesuatu yang tidak datang melalui khayalan, angan-angan, kepura-puraan, atau perilaku yang dibuat-buat. Akan tetapi, ia adalah sesuatu yang menetap di dalam hati yang dibenarkan oleh amal perbuatan; artinya dia melakukan amal perbuatan yang dengan perbuatan itu menetaplah wajah Allah SWT. Kesejahteraan terletak pada upaya meninggalkan keinginan untuk mencari kesejahteraan. Kekayaan itu terletak pada upaya meninggalkan keinginan untuk mencari kekayaan. Obat terletak pada upaya meninggalkan keinginan untuk mencari obat. Setiap obat ada dalam sikap berserah diri kepada Allah, memutuskan kebergantungan kepada makhluk, menanggalkan tuhan-tuhan selain Allah dari hatimu. Obat itu terletak pada sikap mengesakan Allah dengan hati, bukan dengan lisan semata. Tauhid dan zuhud tidak terdapat pada jasad dan lisan. Tauhid dan zuhud tempatnya di dalam hati; ilmu tentang Allah tempatnya dalam hati; cinta kepada Allah tempatnya dalam hati; dan taqarrub kepada-Nya juga tempatnya di dalam hati. Oleh karena itu, jadilah orang yang berakal; jangan bersikap keterlaluan, main-main dan berpura-pura. Sebab, engkau tampak sebagai orang yang keterlaluan, main-main, berpura-pura, berdusta, riya dan munafik. Setiap gairahmu senantiasa menarik perhatian orang kepadamu. Bukankah engkau tahu bahwa setiap hatimu melangkah satu langkah menuju makhluk, sejauh itu pula menjauh dari Allah? Engkau mengklaim bahwa engkau pencari rahmat Allah, padahal engkau adalah pencari karunia makhluk. Engkau seperti orang yang berkata bahwa dia ingin pergi ke Mekkah, tetapi berjalan menuju Khurasan, sehingga tentu saja semakin jauh dari Mekkah. Engkau mengklaim bahwa makhluk telah dikeluarkan dari dalam hatimu, tetapi engkau masih takut kepada mereka dan masih berharap kepada mereka. Lahiriahmu zuhud, tetapi batiniahmu penuh keinginan. Lahiriahmu mengharap Allah, tetapi batiniahmu berharap kepada makhluk. Perkara ini tidak cukup didekati dengan getaran lisan semata. Keadaan ini menafikan di dalamnya makhluk, dunia, akhirat, dan sesuatu selain Diri-Nya. Pendek kata, Dia adalah Satu dan tidak menerima kecuali Satu; Dia adalah Tunggal dan tidak menerima persekutuan. Dialah yang mengatur urusanmu dan menerima apa yang dikatakan kepadamu. Sebaliknya, makhluk itu lemah, mereka tidak bisa memberi kemudaratan atau kemanfaatan kepadamu. Allah-lah Yang melakukan semua melalui tangan mereka. Perlakuan-Nya menimpamu dan mereka. Pena Allah bergerak sesuai dengan ilmu-Nya dalam menggariskan anugerah untukmu ataupun bencana yang menimpamu. Orang-orang yang bertauhid dan salih adalah hujjah Allah atas seluruh makhluk. Di antara mereka ada yang tidak mengenakan pakaian dunia, baik lahir maupun batinnya. Ada juga yang tidak mengenakan pakaian dunia dari segi batinnya saja. Allah tidak melihat di dalam batin mereka sesuatu pun dari dunia ini. Itulah hati yang disucikan. Siapa saja yang mau melakukan hal demikian, Allah akan memberinya kekuasaan atas makhluk. Dia adalah seorang pemberani sekaligus panglima. Sebab, orang yang benar-benar berani hakikatnya adalah orang yang menyucikan kalbunya dari segara sesuatu selain Allah. Dia berdiri di pintu-Nya dengan pedang tauhid dan alat pemukul syariat. Tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang masuk ke dalam hatinya. Hatinya menyatu dengan Allah, Zat Yang membolak-balikkan hati (qalbi). Syariat itu membina aspek lahiriah, sementara tauhid dan makrifat membina asoek batiniah. Seiring engkau mengatakan ini haram, tetapi engkau melakukannya. Engkau mengatakan itu halal, tetapi tidak melakukan dan memanfaatkannya. Engkau terjebak dalam sikap pura-pura. Padahal, Nabi saw. bersabda, “Ada satu kecelakaan bagi orang bodoh dan tujuh kecelakaan bagi orang yang berilmu.” Satu kecelakaan bagi orang bodoh; mengapa dia sampai tidak tahu? Tujuh kecelakaan bagi orang berilmu karena dia tahu tetapi tidak melakukannya. Pada saat itu, diangkatlah darinya berkah ilmu. Tinggallah pada dirinya dakwaan ilmu. Oleh karena itu, ketahuilah hal ini, lalu amalkanlah. Kemudian, hendaklah engkau menyendiri di dalam khalwat dengan meninggalkan makhluk dan menyibukkan diri dengan mahabbah kepada Allah. Apabila benar kesendirian dan cintamu kepada-Nya, pasti Dia akan mendekatkanmu kepada-Nya, merendahkan dirimu di hadapan-Nya dan menyatukanmu dengan-Nya. Kemudian jika Dia menghendaki, Dia dapat saja membuatmu termasyhur dan menonjol di tengah-tengah manusia, serta memenuhi segala hak-hak dirimu. Hak-hakmu terpenuhi tanpa kesialan diri, tabiat, dan hawa nafsu. Dia memenuhi bagianmu agar tidak merusak undang-undang pengetahuan-Nya tentang dirimu. Hak-hakmu terpenuhi sementara hatimu tetap bersama Allah SWT. Engkau seharusnya mendengar dan beramal bersama Allah dan para wali-Nya. Allah-lah Yang Haq, sementara yang batil adalah engkau sebagai makhluk. Allah ada di dalam hati, nurani dan pemahaman. Sementara kebatilan ada di dalam diri, hawa nafsu, tabiat, adat, dunia dan segala sesuatu selain Diri-Nya. Hati tidak akan berbahagia kecuali dengan senantiasa terikat dengan kedekatan kepada Allah Yang Maha-qadim, Mahaazali, Mahateguh, dan Mahaabadi. Orang munafik seharusnya tidak bersaing, sebab apa yang kau miliki adalah lebih baik bagimu dari semua itu. Engkau adalah hamba roti dan kembang gula, hamba baju dan kuda, serta hamba kekuasaanmu. Sementara, hati yang lurus akan senantiasa berjalan dari kedudukannya sebagai makhluk menuju Khalik. Ulama yang beramal adalah para pengganti generasi salah ash-shalih. Mereka adalah para pewaris Nabi dan yang tersisa dari generasi setelahnya. Mereka dimuliakan di hadapan para nabi. Mereka diperintah dengan dua perkara (halal-haram) dan dicegah dari kehancurannya. Mereka akan dikumpulkan pada Hari Kiamat bersama para nabi dan akan dicukupkan bagi mereka pahala dari Allah. Sementara itu, Allah SWT memisalkan orang yang berilmu tanpa amal sebagai keledai. Firman-Nya: Seperti keledai yang memuat kitab-kitab (QS 62: 5) Apakah bermanfaat keledai memikul buku-buku? Tidak ada apapun pada dirinya selain rasa letih dan lelah. Padahal, siapa saja yang bertambah ilmunya, selayaknya bertambah rasa takut dan ketaatannya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, hendaklah orang yang mengklaim sebagai orang yang berilmu bertanya, apakah tangisnya karena takut kepada Allah? Mana kewaspadaan dan rasa takutmu? Mana pengakuan atas dosa-dosamu? Mana pendisiplinanmu terhadap hawa nafsumu? Mana pula mujahadah dan permusuhanmu terhadapnya karena Allah? Hasratmu hanya pada pakaian, sorban, makanan, pernikahan, lantai, tempat duduk, serta duduk-duduk bersama makhluk dan berkasih-kasihan dengan mereka. Singkirkanlah hasratmu terhadap semua itu. Sebab, jika memang engkau memiliki hak di dalamnya, pasti ia akan datang kepadamu pada waktunya, sementara hatimu akan merasa tentram dari kesalnya menunggu dan beban keinginan, serta engkau teguh bersama Allah SWT. Tidak ada dalam dirimu rasa kesal terhadap sesuatu yang ditunggu. Khalwatmu rusak selama tidak kau perbaiki, dan ternoda selama tidak kau bersihkan. Karena itu, beramallah dengan hatimu, selama tauhid dan keikhlasan ada di dalamnya. Jangan tidur, berpaling, lupa, bersikap masa bodoh. Serta meninggalkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Ya Allah, limpahkanlah kepada kami kebaikan dunia dan akhirat, serta jauhkanlah kami dari api neraka. [] (Abdul Qadir Jailani. Percikan Cahaya Ilahi)

Kumpulan Hadits Tentang Akhirat

Syarah Mukhtaarul Ahaadits Sayyid Ahmad Al-Hasyimi Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008 Ya Allah, tiada kehidupan (yang sesungguhnya) kecuali kehidupan di akhirat (Riwayat Bukhari) 482. Pelan-pelan dalam segala sesuatu adalah hal yang baik terkecuali dalam amal akhirat. (Riwayat Abu Daud) 498. Ada tiga macam orang yang berbincang-bincang di bawah naungan ‘Arsy dengan penuh rasa aman, sedangkan pada saat itu manusia berada dalam penghisaban, yaitu: seseorang yang tidak takut akan celaan orang yang mencela demi melaksanakan perintah Allah; seseorang yang tidak pernah memanjangkan tangannya kepada barang yang diharamkan oleh Allah atas dirinya; seseorang yang tidak pernah memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah baginya. (Riwayat al Ashbahani) 1013. Malam dan siang adalah dua kendaraan, karena itu naikilah keduanya sebagai sarana untuk menuju ke akhirat. (Riwayat Ibnu ‘Addi) 1273. Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya (kelak di akhirat) (Riwayat Syaikhan melalui sahabat Ibnu Mas’ud ra)

Sombong vs Akal

Muhammad ibn al Husain ibn Ali r.a. berkata: “Tidak masuk sedikit pun kesombongan dalam hati seseorang, melainkan berkurang akalnya menurut kadar kesombongan itu.” (Al Ghazali, Mukasyafah Al Qulub)

Kisah Penciptaan Akal

Telah berkata Imam Ja'far Ash-Shaadiq: "Sesungguhnya Allah swt telah menciptakan 'Aql (akal hati), dan ia adalah makhluk pertama Alam Arwah (Ruhiyyah) yang berada di sisi kanan Arsy Allah, yang tercipta dari Cahaya-Nya. Lalu Dia berfirman kepadanya, 'Berbaliklah!', maka 'Aql pun berbalik. Kemudian Dia berkata, 'Menghadaplah!', maka 'Aql pun menghadap. Allah swt pun berfirman, 'Telah Aku ciptakan engkau sebagai ciptaan yang agung, dan telah Aku muliakan engkau di atas segenap mahluk-Ku!' Kemudian Dia menciptakan Jahl (kebodohan) dari laut yang amat asin dan gelap. Lalu Dia berfirman kepadanya, 'Berbaliklah!', maka Jahl pun berbalik. Dan kemudian Dia berkata, 'Menghadaplah!', namun ia tidak menghadap. Maka Dia berkata kepada Jahl, 'Sesungguhnya engkau telah takabur!', dan Dia pun melaknat Jahl. Kemudian Allah swt menetapkan bagi 'Aql 75 tentara akal. Ketika Jahl melihat kemuliaan yang telah Allah berikan kepada 'Aql dan apa yang telah Allah swt timpakan kepadanya, ia pun menyimpan permusuhan kepada 'Aql. Lalu Jahl berkata kepada-Nya, 'Ya Tuhanku, ia adalah ciptaan-Mu sebagaimana aku, telah Engkau ciptakan ia dan telah Engkau muliakan ia, serta telah Engkau berikan kekuatan kepadanya, sedang aku sebagai lawannya tiada kekuatan bagiku atasnya? Maka berilah aku tentara sebagaimana Engkau telah memberikan tentara kepadanya'. Allah swt pun berkata, 'Ya, namun jika setelah ini engkau bermaksiat kepada-Ku, niscaya akan Aku keluarkan engkau beserta para tentaramu dari Rahmat-Ku!' Jahl berkata, 'Aku rela!', maka Dia pun memberinya 75 tentara kebodohan" -Diambil dari buku "Insan Ilahiah" (Syarh-e Hadits-e Junud-e 'Aql wa Jahl), karya Imam Khomeini-

Kumpulan Hadits Tentang Akal

Syarah Mukhtaarul Ahaadits Sayyid Ahmad Al-Hasyimi Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008 10. Hai Ibnu Adam! Taatlah kepada Rabb-mu, maka kamu termasuk orang berakal, dan janganlah mendurhakai-Nya karena kamu akan dinamai seorang yang jahil. (Riwayat Abu Na’im melalui Abu Hurairah ra) 554. Pikirkanlah dahulu sebelum mengerjakan suatu perkara (khudzil amr bi tadbir), epabila engkau melihat akibatnya baik, maka kerjakanlah, dan apabila engkau khawatir tersesat, maka tahanlah dirimu. (Riwayat Abdur Razzaq dari Anas ra) 964. Manusia itu akan senantiasa bertanya hingga mereka mengatakan, “Inilah Allah Pencipta segala sesuatu, maka siapakah yang menciptakan Allah?” (Riwayat Anas ra) Penjelasan: Yatasaa-aluuna, saling menanya. Makna yang dimaksud ialah selalu mengadakan hipotesis untuk membenarkan firasat atau jalan pikirannya. Hadis ini mengandung makna celaan yang pedas terhadap orang yang menjadikan akal pikirannya di atas segala-galanya, hingga hidayah Allah pun dikesampingkannya. 1044. Tiada sesuatu pun yang diciptakan oleh Allah di bumi ini lebih kecil daripada akal dan sesungguhnya akal di bumi ini merupakan hal yang lebih kecil daripada fosfor merah (al ahmar) (Riwayat Ibnu Asakir) 1371. Tiada akal seperti kebijaksanaan, dan tiada wara’ seperti mencegah diri (dari maksiat), serta tiada keutamaan seperti akhlak yang baik. (Riwayat Ibnu Majah)

Kumpulan Hadits Tentang Ajal

Sayyid Ahmad Al-Hasyimi Syarah Mukhtaarul Ahaadits Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008 978. Seandainya engkau mengetahui ajal dan kelanjutannya, niscaya engkau akan membenci cita-cita dan tipuan-tipuannya. (Riwayat Baihaqi) 1367. Janganlah seseorang di antara kalian mengharapkan mati, apabila ia seseorang yang berbuat baik, mudah-mudahan kebaikannya makin bertambah. Dan bilamana ia seorang yang berbuat keburukan, mudah-mudahan ia bertaubat. (Riwayat Bukhari) 1368. Janganlah seseorang di antara kalian mengharapkan mati karena musibah yang menimpa dirinya, apabila tidak ada jalan lain baginya kecuali mengharapkan mati, maka hendaknya ia mengucapkan doa, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup lebih baik bagi diriku, dan wafatkanlah aku jika wafat lebih baik bagi diriku.” (Riwayat Jamaah)