Friday, July 2, 2021

 Taubah means “to turn”. And so it means that you have to be pushed away and turn back to your Source and then you will be pushed away again.


You may think “Why doesn’t Allah makes us so that we always do good and we never make mistake?”
To such the extent Allah says “If you did not sin and offend and get turned away then I would find another people that they would sin and ask forgiveness and I would forgive them”

So we realize that the meaning of our life is to be forgiven and to return and then to be pushed again and to return again. And so this rhythm is what tells us would have highs and lows and so the truth of The Divine will see in everywhere we look. In the thing which are highs and which are lows. And everything in creation is celebrating the tasbih to Allah. And so that means every little bug, every litlle blade of grass, they don’t have to be big and fancy. But they are celebrating Allah. And so when we join that then all of these little thing we see the truth in.

- Eric Winkel

 When you got more than what you need. The more belongs to someone else.

- Eric Winkel in Futuhat Project, insight for Muhyiddin Ibn Arabi, surah 27

 I studied many-many religion. In fact in university I would typically go Thursday to Sunday with any student religious group whatever there was. So on Thursday I would go with the Hindu student. On Friday I would go where the Muslims students are. On Saturday I would go with the Jewish student for Sabbath. And on Sunday I would go to a mass with the Catholic students. So I would go everywhere. At one point I feel the need to pull everything together, to see a big picture. And so I came on to Islam as universal Islam. And universal Islam is Islam as a religion that embraces all other religion. Because if I said, I want only be Hindu then anything Christian that I love then will be gone. If I want to be a Christian, then I wouldn’t have any of the Jewish’s insight. But if I become as Muslim, I can see all of these as a guidance from the Prophet Muhammad saw. - Eric Winkel

 My mom tell a story, she said the reason she could feel so good about Islam was because even in the taxi, the taxi driver would say “What is your religion” and she said “Oh, I don’t really have a religion” He says, “Well, one day you will be a Muslim. Alhamdulillah”

And she feel so welcome because everyone can see that we’re all are on our path and then ultimately we’ll be Muslim so it’s gonna be okay. She was very inspired by that, she would see Muslim in Indonesia and Malaysia very opening. Because in the west all you hear about Islam is terrible thing and so even back in those days there was a lot of Islamophobia. So she was really amazed to see how regular people who are Muslim was being so kind and hospitable.
- Eric Winkel

Thursday, April 8, 2021

 Dia-lah yang mengubah untukmu, tempat makan dan tempat minum; Yang ramah terhadap keliaran dirimu; Yang melapangkanmu; Yang menenangkan kelelahan dirimu; dan Yang mengamankan rasa takutmu.

Kedekatanmu kepada-Nya, itulah kekayaanmu. Penglihatanmu kepada-Nya, itulah makanan, minuman dan pakaianmu.

Apa artinya menetapi atau mempercayakan sesuatu kepada makhluk? Itu merupakan sikap takut kepada makhluk, menaruh harapan kepada mereka, tenang bersama mereka, dan percaya atau mengandalkan mereka. Hanya itu artinya.

- Syaikh Abdul Qadir Jailani

Tuesday, March 30, 2021

 Kalau seseorang kelihatan keras kepala, sombong dan bangga diri. Maka ia disuruh meminta-minta bantuan. Karena sesungguhnya semua sifat itu tidak akan hancur selain dengan sifat hina diri. Dan tiada kehinaan yang lebih besar dari kehinaan meminta-minta. Maka ia dipaksakan melakukan hal yang demikan beberapa lamanya. Sehingga hancurlah sifat kesombongan dan bangga dirinya.

- Al Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin

Thursday, March 11, 2021

 Kebahagiaan itu tidak tergantung dengan keadaan lahiriyah. Ia tidak mempersyaratkan kepemilikan atau pencapaian tertentu. Karena ia berupa sebuah cahaya damai yang ada di dalam lubuk hati. Sedemikian dalam ia hingga orang luar kadang tertipu dengan merasa seseorang dalam sebuah penderitaan tapi sebenarnya hati yang bersangkutan sudah berdamai dengan takdir hidupnya. Sebaliknya, tidak sedikit yang nampaknya berlimpah, mahsyur, banyak kemudahan dalam hidupnya tapi hatinya sepi dan kering, karena ia tidak bahagia.

Orang sering menyalah artikan "happiness" dengan "pleasure". Kebahagiaan di hati dengan kesenangan yang berasal dari obyek-obyek lahiriyah. Pun kebahagiaan yang dikejar dengan syarat-syarat tertentu ternyata hanya sebuah fatamorgana di tengah padang pasir kehidupan.
Ada yang berpikir kalau hartanya berlimpah ia akan bahagia, tapi begitu pintu-pintu dunia dibukakan dia malah tidak tenang hatinya. Ada yang berpikir jika sudah menikah dan berkeluarga maka dia akan bahagia, begitu Allah mempertemukan dia dengan jodohnya kok terasa makin mumet dan ribut terus.
Ada yang berpikir kalau punya momongan kehidupan rumah tangga akan makiin harmonis dan jadi perekat yang baik antara suami istri. Tapi begitu anak lahir malah makin sering bertengkar, justru karena perbedaan pola pengasuhan anak.
Ada yang berpikir kalau punya pekerjaan dan karir yang bagus apalagi dengan gaji yang tinggi maka hidupnya bahagia. Tapi begitu ia di puncak karir ia tidak menemukan apa-apa disana malah bertambah jauh dari anak dan keluarga dan banyak kehilangan momen yang berharga dalam hidup.
Apa lantas tidak usah mengejar karir yang bagus? Tak perlu mencari jodoh - atau sekalian tidak menikah? Wah, ya tidak kesana kesimpulannya. Tapi poinnya adalah bahwa kita betul-betul harus mengubah definisi kita tentang kebahagiaan. Agar apapun yang kita miliki sekarang bisa disyukuri dan dinikmati. Agar kita bisa tersenyum menjalani takdir hari ini. Agar kita bisa bersuka cita dengan pembagian qadha dan qadar-Nya.
Kebahagiaan yang kita cari sungguh tidak jauh dari bumi tempat kedua belah telapak kaki kita berpijak. Tapi kita harus benar melihatnya, mata hatinya harus dipasang agar dapat melihat dimensi lain dalam kehidupan. Bahwa di balik mata yang sehat, jantung yang masih berdetak baik, paru-paru bisa mengembang baik dan bernafas dengan lega. Di balik tawa canda anak-anak, di balik pekerjaan dan aktivitas yang 'gitu-gitu' aja atau 'kurang sukses' kata orang itu tersimpan sebuah karunia yang berlimpah dari-Nya. Berhenti dengarkan kata orang, mulai dengarkan kata nurani, karena itu saluran Dia berkata-kata langsung dengan kita.
Syukuri apapun keadaan dan situasi kita saat ini apa adanya. Sungguh semuanya didatangkan dari Sang Maha Pencipta yang tak ada makhluk lain sanggup mengkreasi kehidupan ini. Langkah awalnya adalah dengan terima dulu. Lihat apa adanya tanpa membubuhi dengan prasangka dan dikotak-kotakkan dalam tibangan kurang-lebih, buruk-baik dsb. It is as it is. Allah Ta'ala hanya memberi yang terbaik. Tak pernah dia memberi takdir kualitas nomor dua. Sekarang perkara kita belum mampu melihat kebaikan yang Dia berikan, istighfari itu sambil sabar menanti pengajarannya. Dan rasakan betapa kita menjadi lebih ringan dan bahkan bersuka cita menjalani setiap hembusan kehidupan.