Friday, July 19, 2013

Kunci Taqwa : Isa as

Seorang laki-laki menghadap Nabi Isa as. "Bagaimana seorang hamba dapat betul-betul bertakwa kepada Allah?" tanya laki-laki itu. "Dengan sesuatu yang mudah", jawab Nabi Isa as. 

"Kamu mencintai Allah harus benar-benar keluar dari lubuk hatimu, kamu berbuat kebaikan dengan sungguh-sungguh dan dengan seluruh kemampuan yang kamu miliki, serta menyayangi keturunan bangsamu dengan kasih sayang yang tulus"

"Wahai pengajar kebaikan, apa yang dimaksud dengan keturunan bangsaku itu?"

Jawab Nabi Isa as, "Seluruh keturunan Adam. Apapun yang kamu tak sukai jika itu menimpa dirimu janganlah kamu timpakan pada orang lain. Jika kamu melaksanakannya berarti kamu benar-benar bertakwa kepada Allah!"

Wednesday, July 3, 2013

Tidak Berpegang Teguh pada Dunia

Dunia ini sementara sedangkan akhirat adalah kekal. Dunia dibangun untuk sementara sedang akhirat dibangun untuk kepastian yang kekal. Oleh karena itu, janganlah meninggalkan amal di tempat yang sementara dan janganlah melemahkan kekuatan amal untuk tempat yang kekal dan pasti. Beramallah di tempat sementara sesuai dengan kebutuhannya dan janganlah menganggap kekal semua yang sementara. Janganlah menjadikan kemampuan sebagai penghalang karena nafsumu, karena nafsu sering menjadikan faktor kemampuan sebagai alasan sehingga tidak mau beramal. Menjadikan kemampuan sebagai halangan merupakan dalih orang-orang yang malas. Halangan karena tidak adanya kemampuan hanya berlaku dalam melaksanakan amal perbuatan yang bukan perintah dan larangan Allah.

Orang Mukmin tidak akan menaruh kepercayaan pada dunia ini dan juga pada isinya. Dia akan mengambil bagiannya dari dunia ini, lalu akan menyingkirkan dengan hatinya untuk menuju Allah Azza wa Jalla. Dia diam disana sehingga dia menyingkirkan dan merobohkan dunia. Dia memperkenankan hatinya untuk masuk ke jalan-Nya dengan perantaraan batinnya. Batin membawa hatinya menuju jiwa yang tenang dan anggota badan yang taat. Pada saat seperti itulah hatinya tidak bergantung pada keluarganya dan terhalanglah antara dia dan keluarganya. Allah menyelamatkannya dari kejahatan makhluk dan menjadikan makhluk taat kepadanya. Allah membuat penghalang antara hatinya dan hati makhluk lainnya; dia tetap sendiri bersama Allah, seolah-olah makhluk lain tidak diciptakan untuk berhubungan dengan dirinya; seolah-olah tidak ada makhluk lain bagi Allah kecuali dirinya. Tuhannya tetap sebagai Pelaku dan dia sebagai obyek. Tuhanlah yang tetap dia cari dan dia yang mencari-Nya. Tuhannya tetap menjadi Pokok dan dia sebagai cabang-Nya. Dia tidak mengenal dan tidak melihat selain Tuhannya. Tuhan mematikan dirinya dari makhluk.

Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali
(QS 80:22)

Allah menciptakan orang Mukmin di atas makhuk-Nya untuk kemaslahatan mereka dan memberi petunjuk kepada mereka. Orang Mukmin harus sabar terhadap penganiayaan orang lain demi menggapai keridhaan Allah Azza wa Jalla. Para wali selalu menjaga hati dan batinnya. Mereka tetap tegak bersama Allah, tidak bersama selain-Nya. Mereka beramal untuk-Nya, bukan untuk selain-Nya.

Kepada orang Munafik, ingatlah bahwa engkau tidak mempunyai pengetahuan dari para wali; engkau tidak mempunyai pengetahuan dari keimanan, dan engkau tidak mempunyai pengetahuan tentang rasa suka kepada Allah. Tidak lama lagi engkau akan mati dan menyesal setelah mati. Engkau telah merasa puas dengan fasihnya ucapan padahal hatimu tidak menentu. Keadaan seperti itu tidak berguna bagimu. Kefasihan itu seharusnya untuk hati, bukan untuk ucapan. Tangisilah dirimu seribu kali dan tangisilah yang lain sekali saja, terutama engkau yang telah mati hati, yang jauh dari wali, yang bertolak belakang, dan yang terhalang dari Allah Azza wa Jalla.

Tuhanku, sesungguhnya aku bisu, karena itu, berilah kemampuan berbicara,
Sehingga aku berguna bagi makhluk karena pembicaraanku;
Sempurnakanlah kebaikan bagi mereka dengan perantaraan tanganku.
Jika tidak, kembalikan aku kepada kebisuan.

Saya mengajak kalian semua untuk melakukan pembunuhan, yaitu membunuh hawa nafsu, watak buruk, setan dan dunia. Saya mengajak kalian untuk keluar dari makhluk dan meninggalkan segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla. Hendaklah berjuang mencapai keadaan ini, dan janganlah berputus asa, karena Allah, setiap waktu Dia dalam kesibukan (QS 55:29). Maksudnya, Allah senantiasa mencipta, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezeki, dan lain-lain.

Memohonlah kepada Allah menurut ukuran takdir-Nya. Memohonlah kepada-Nya dari segi kekuasaan-Nya bukan dari segi hikmah-Nya. Memohonlah kepada-Nya sesuai dengan ilmu-Nya, bukan sesuai dengan ilmumu. Memohonlah kepada-Nya dengan hati dan batinmu, bukan dengan menggerakkan lidah semata. Berdirilah di sisi-Nya atas kehancuranmu dalam segala hal. Janganlah menyerahkan aturan kepada orang-orang bodoh. Barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya, berarti dia sesungguhnya orang bodoh, meskipun dia dapat menghapal dan mengamalkan isinya. Mempelajari ilmu tanpa mengamalkannya akan mengembalikanmu kepada makhluk. Mengamalkan ilmu akan mengembalikanmu kepada Allah; menjauhkanmu dari kesenangan dunia; membuatmu dapat melihat dengan batinmu; menjauhkanmu dari kesibukan untuk menghiasi jasad lahiriah dan beralih pada kesibukan untuk menghiasi batin. Pada saat itulah Allah Azza wa Jalla melindungimu karena engkau telah bersikap baik kepada-Nya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dia melindungi orang-orang yang sallih (QS 7:196)

Allah melindungi lahir dan batin mereka. Allah mengurus lahir mereka dengan kekuasaan hikmah-Nya dan mengurus batin mereka dengan kekuasaan ilmu-Nya. Dengan itu, mereka tidak takut kepada selain-Nya. Mereka tidak menaruh harapan kepada selain-Nya. Mereka tidak mengambil kecuali dari-Nya dan tidak memberi kecuali di jalan-Nya. Mereka menghindar dari selain-Nya, akrab kepada-Nya, serta diam dengan tenteram kepada-Nya. Ini akhir zaman, benar-benar telah banyak perubahan. Ini zaman fatrah, zaman kemunafikan merajalela.

Wahai orang Munafik, sadarlah bahwa kau adalah hamba dunia dan hamba makhluk. Engkau hanya memandang mereka dan beramal untuk mereka; Engkau melupakan pandangan Allah kepadamu. Engkau tampaknya beramal untuk akhirat, padahal semua amal dan tujuanmu adalah untuk dunia. Diriwayatkan dari Nabi s.a.w. bahwa beliau bersabda, “Apabila seorang hamba menghiasi dirinya dengan amal akhirat, padahal dia tidak menghendaki akhirat dan tidak mencarinya, niscaya dia akan dilaknat di langit dengan nama dan keturunannya.”

Sesungguhnya saya mengenalmu, sebagai orang Munafik, dengan cara hikmah dan ilmu, tetapi saya berusaha untuk menutupimu dengan penutup dari Allah.

Ingatlah, engkau akan celaka. Apakah engkau tidak merasa malu? Anggota badanmu tidak bersih dari dosa dan najis zahir. Engkau mengaku bersih batin dan bersih hati, padahal tidak.  Bagaimana batinmu? Engkau tidak berlaku baik terhadap makhluk, tetapi engkau mengaku berlaku baik terhadap Khalik. Gurumu tidak meridhaimu karena kau tidak bersikap baik kepadanya, padahal engkau menerima perintah darinya dan duduk di majelis paling depan. Tidak usah banyak bicara, sehingga tauhidmu berdiri tegak di atas kakinya dan tetap teguh di sisi Allah. Engkau menetas dari telur wujud dan duduk di atas batu halus. Engkau berada di bawah sayap kesenangan. Engkau memungut biji-biji keikhlasan dan meminum air persaksian, kemudian kau tetap dalam keadaan seperti itu sampai menjadi seekor ayam. Saat itulah engkau menjadi penjaga bagi ayam-ayam lain sambil mencari biji-biji makanan bagi mereka. Artinya, engkau mengajak serta memperingatkan manusia di saat malam dan siang hari; memperingatkan mereka untuk taat kepada Allah Azza wa Jalla.

Wahai orang pandai, lepaskanlah buku dari tanganmu dan kemarilah, duduklah di sisi saya. Ilmu diambil dari mulut orang-orang berilmu, bukan dari buku-buku semata. Ilmu diambil dari amal perbuatan dan tingkah laku, bukan dari omongan semata, serta diambil dari orang-orang yang lenyap dalam pandangan makhluk dan berada di sisi Allah Azza wa Jalla. Matilah dengan meninggalkan selain Allah kemudian hiduplah bersama-Nya dan untuk-Nya. Bersahabatlah dengan para pelayan Allah Azza wa Jalla yang senantiasa berada di pintu-Nya. Kesibukan mereka adalah dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta mengikuti ketentuan-Nya. Kegiatan mereka adalah mengikuti kehendak dan perbuatan-Nya. Mereka tidak pernah berbuat yang menentang-Nya. Mereka tidak menentang-Nya dalam hal yang sedikit apalagi yang banyak, baik dalam hal yang dijunjung tinggi atau yang dianggap remeh. Janganlah terjerumus ke dalam kesibukan melayani nafsu dengan tamak serta ambisi dalam mencapai tujuannya, sehingga engkau jauh dari kesibukan melayani Allah. Para wali Allah tetap berada dalam tuntutan memenuhi permintaan dari makhluk, tetapi mereka melalaikannya karena kasih sayang kepada makhluk. Mereka tidak menuntut sesuatu dari makhluk untuk dirinya. Mereka telah tenteram, tidak ada sedikitpun keinginan dan syahwat duniawi. Kalian mengira bahwa dirinya sepertimu yang bodoh dan tetap melayani dunia, yang membawamu untuk mengikuti kehendak dan syahwat duniawi. Apabila engkau berakal, tentu akan berpaling dari melayani dunia dan menyibukkan diri melayani Tuhannya. Dunia adalah musuhmu. Yang tepat bagimu adalah berdiam diri dari ajakannya. Engkau harus membuat dinding penghalang dari ucapannya. Dengarkanlah ucapannya sebagaimana engkau mendengarkan orang gila yang hilang akalnya. Janganlah memperhatikan omongan dan tuntutannya karena syahwat, kelezatan dan kebohongan. Kecelakaanmu bergantung pada penerimaanmu terhadap dunia, sementara keselamatanmu bergantung pada penentanganmu terhadap dunia. Apabila engkau menaati Allah niscaya Dia akan memberikan rezeki-Nya dengan lapang dari setiap penjuru kepadamu. Apabila engkau durhaka dan berlaku zalim maka Dia akan memutuskan hubungan perantara datangnya rezeki duniawi dan Dia akan mengirimkan bencana sehingga engkau celaka. Itulah kerugian dunia dan akhirat. Diri yang taat dan merasa puas atas bagian dunianya, dia akan menjadi seperti majikan, kemanapun menghadap, niscaya dapat mengambil bagiannya secara sukarela. Setiap orang dapat menunaikan kewajibannya dengan senang hati tanpa terpaksa. Kosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah. Tenangkanlah anggota badan dari kelelahan dalam menghasilkan dunia.

Kepada kalian yang diberi nikmat, hendaklah mensyukuri nikmat itu; jika tidak, niscaya nikmat itu akan dicabut darimu. Potonglah sayap kenikmatan dengan bersyukur; jika tidak, niscaya dia akan terbang dari sisimu. Orang yang mati adalah orang yang mati dari Tuhannya Azza wa Jalla meskipun dia hidup di dunia. Apakah kehidupan berguna baginya padahal dia menggunakan untuk memenuhi syahwat, kesenangan dan kebohongannya? Dia itu mati isinya, tidak mati bentuknya.

Ya Allah, hidupkanlah kami bersama-Mu dan matikanlah kami dari selain-Mu.

Kepada orang tua tetapi berwatak anak-anak, sadarlah! Sampai kapan kau memelihara watak kanak-kanakmu di ballik keburukan dunia? Keadaan itu telah menjadikanmu bingung. Tidakkah kau tahu bahwa kebingungan itu diakibatkan oleh dirimu sendiri; bahwa kau adalah hamba dunia yang mengendalikan dirimu dengan tangannya. Jika dunia yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba dunia. Jika akhirat yang mengendalikanmu berarti kau adalah hamba akhirat. Jika kekuatan Allah yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba-Nya. Jika jiwa yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba jiwamu. Jika hawa nafsu yang mengendalikanmu, berarti kau hamba hawa nafsu. Jika makhluk yang mengendalikanmu, berarti kau adalah hamba makhluk. Karena itu, lihatlah orang yang mengendalikanmu. Sebagian besar dari kalian menghendaki dunia. Sedikit saja di antara kalian yang menghendaki akhirat. Yang jarang sekali adalah yang menghendaki wajah Tuhan Yang menguasai dunia dan akhirat, dan bersahabatlah dengan mereka. Janganlah membantah dan menentang mereka, karena itu bisa merugikanmu. Jangan bersikap buruk kepada mereka agar kau tidak celaka. Hendaklah menjadi orang yang berakal. Kembalilah kepada Allah dengan amal-amalmu. Di sisi-Nya kau tidak sebanding dengan sayap nyamuk sekali pun, kecuali kau ikhlas untuk-Nya dalam khalwat dan semua tingkah lakumu. Ingatlah bahwa harta yang tidak akan binasa adalah kejujuran, keikhlasan, takut kepada Allah, senantiasa menaruh harapan kepada-Nya, dan selalu kembali kepada-Nya dalam segala hal. Engkau harus percaya karena hal itu dapat kau temukan. Apabila kau melihat salah seorang di antara mereka yang bersifat seperti itu, rendahkanlah diri di hadapannya. Tunduklah dan jangan membantahnya. Tutuplah mulutmu dan janganlah menyinggung perasaannya dengan sikapmu yang buruk. Tutuplah mulutmu dari segala yang tidak kau ketahui. Ilmu dan sikap pasrah terhadap perkara yang tidak kau ketahui, itulah Islam.

Kepada orang yang lemah keyakinan, sadarlah bahwa tiada dunia dan akhirat dalam dirimu. Hal itu karena sikapmu yang buruk kepada Allah serta karena kebusukanmu kepada para wali dan para nabi-Nya yang telah Allah tempatkan sesuai dengan kedudukannya. Dia telah memberi tugas kepada mereka seperti kepada para nabi dan shiddiqiin. Dia memasrahkan tugas beserta ilmunya kepada mereka. Dia membinasakan hawa nafsu mereka. Dia menempatkan mereka bersama-Nya dan di sisi-Nya. Dia telah membersihkan hati mereka dari segala sesuatu selain-Nya. Dia melepaskan mereka dari jiwa-jiwa dan hawa nafsu mereka. Dia menjadikan dunia, akhirat dan makhluk di tangan mereka. Dia memperlihatkan kepada mereka kekuasaan-Nya. Dia mengajarkan hikmah dan ilmu-Nya kepada mereka. Dia membenarkan ucapan “Laa haula wa laa quwwata illaa bil laahil ‘aliyyil azhiim” mereka. Mereka jujur dalam ucapan tersebut karena membinasakan daya dan kekuatannya sendiri, juga kekuatan makhluk. Mereka berpegang teguh pada kekuatan Allah Azza wa Jalla . Mu’adz r.a. berkata, “Ya Allah, jika Engkau tidak mengizinkanku untuk berbuat apa yang aku kehendaki, maka berilah kesabaran atas apa yang Engkau kehendaki.”

Wahai anakku, ingatlah bahwa sikap ridha terhadap qadha Allah lebih baik daripada mendapatkan dunia sambil menentang Allah. Manisnya ridha dalam hati orang-orang yang jujur, lebih manis daripada mendapatkan syahwat dan kesenangan. Bagi mereka, keridhaan terasa lebih manis daripada dunia dan segala isinya, karena dapat membuat hidup terasa menyenangkan dalam keadaan bagaimanapun. Berbicaralah kepada manusia dengan lisan ilmu, amal dan keikhlasan. Janganlah berbicara kepada mereka dengan lisan ilmu tanpa disertai amal, karena hal itu tidak berguna bagimu dan bagi orang di sekitarmu. Nabi saw. bersabda, “Ilmu itu memanggil amal sampai amal menyambutnya, jika tidak ilmu akan berlalu darinya.”

Lenyaplah berkah ilmu, sedangka kau tetap akan dituntut. Engkau menjadi orang pandai yang akan didakwa oleh ilmumu sendiri. Pohonnya tetap kau pegang, sedangkan buahnya lenyap darimu.

Hendaklah memohon kepada Allah agar Dia memberimu derajat dan kedudukan di sisi-Nya. Kemudian apabila Dia memberikannya kepadamu, hendaklah memohon kepada-Nya agar Dia menyembunyikannya dan agar engkau tidak suka menampakkannya. Apabila engkau suka menampakkan apa yang ada di antara dirimu dan Allah, niscaya hal itu akan menyebabkanmu celaka. Jauhilah sikap sombong dalam tingkah laku dan amal, karena hal demikian akan menimbulkan murka Allah. Jauhilah kesenangan berbicara dengan makhluk dan kesenangan ketika mereka memandangmu. Hal itu dapat menimbulkan kemudaratan serta tidak berguna bagimu. Janganlah mengatakan sesuatu yang dapat melibatkan dirimu, hingga hatimu yakin bahwa urusan itu berasal dari Allah Azza wa Jalla. Bagaimana engkau dapat mengajak orang lain ke rumahmu dan menyediakan makanan bagi mereka?

Urusan ini membutuhkan fondasi, setelah itu baru bangunan. Galilah tanah hatimu sampai memancarkan air hikmah. Kemudian bangunlah dengan ikhlas, perjuangan, dan amal-amal shalih sampai gedungmu berdiri tinggi. Kemudian ajaklah orang lain ke sana.

Ya Allah, hidupkanlah amal kami dengan ruh keikhlasan kepada-Mu.

Apakah khalwatmu dari makhluk berguna, padahal makhluk ada dalam hatimu? Tidak, tidak ada kebaikan bagimu dalam khalwatmu. Apabila kau menyepi padahal makhluk ada dalam hatimu, berarti kau duduk menyendiri tanpa hadir dan tanpa sikap baik kepada Allah Azza wa Jalla; bahkan hawa nafsu dan setanlah yang menjadi teman-temanmu. Apabila hatimu menghendaki Allah, engkau akan menyepi dari makhluk meski berada di antara keluarga dam kerabatmu. Apabila rasa suka itu telah kuat tertanam dalam hatimu, akan robohlah dinding eksistensimu dan terbukalah penglihatanmu sehingga kau dapat melihat karunia dan perbuatan-Nya. Kemudian engkau akan ridha kepada-Nya, tidak kepada selain-Nya. Barangsiapa yang berada dalam suatu kondisi seraya berpegang teguh pada syariat, tidak mengharapkan yang lebih atau yang kurang dari kondisi itu, juga tidak mengharapkan lenyap atau tetap, berarti dia benar-benar telah memenuhi persyaratan ridha, muwafaqah (sesuai dengan qudrat dan iradat-Nya), dan pengabdian.

Janganlah berdusta. Engkau mengaku ridha padahal kau berubah watak setiap saat. Janganlah berdusta. Saya tidak akan mendengarkan omongan dustamu. Saya tidak akan melakukannya dan tidak akan mengakuinya. Masing-masing makhluk diberi petunjuk ke dalam hatinya; dimasukkan ke dalam hatinya kata-kata yang khusus sehingga mereka mengetahui kebaikan dan mereka tetap dalam kebaikan tersebut. Bagaimana tidak begitu sedangkan mereka mengikuti Rasul dalam ucapan dan perbuatannya? Rasul saw. diberi wahyu secara lahiriah sedangkan para wali diberi ilham ke dalam hatinya secara batiniyah, karena mereka adalah pewaris Rasul dan pengikutnya dalam segala hal yang telah diperintahkan kepadanya. Jika kau ingin mengikuti dengan benar maka perbanyaklah mengingat mati. Mengingat mati dapat menolong menjauhkan hawa nafsu dan setan darimu. Barangsiapa yang tidak menerima kematian sebagai nasihat, maka tidak ada jalan untuk mendapat nasihat baginya. Nabi saw. bersabda, “Cukuplah kematian sebagai nasihat.”

Bagian duniamu akan datang kepadamu, baik engkau bersikap zuhud atau engkau mencintainya. Apabila engkau zuhud, maka bagian duniamu akan sampai kepadamu, dan engkau tetap mulia. Apabila engkau mencintainya, maka bagian duniamu akan sampai kepadamu, dan kau tidak mulia.

Orang Munafik merasa malu kepada Allah pada saat ada orang lain di sampingnya, tetapi dia tdak merasa malu kepada-Nya pada saat tidak ada orang lain di sampingnya. Kalau saja keimananmu kepada-Nya benar, dan engkau yakin bahwa Dia melihatmu, dekat denganmu, serta mengawasimu, pasti engkau akan merasa malu kepada-Nya.

Saya mengatakan perkara yang haq kepadamu. Saya tidak takut kepadamu serta tidak mengharapkan apa-apa darimu. Bagi saya, engkau dan penduduk bumi bagaikan kutu atau seekor semut, karena saya yakin bahwa kemudaratan dan kemanfaatan berasal dari Allah, bukan dari dirimu. Raja dan rajanya raja sekalipun sama saja. Ingkarilah dirimu dan orang lain dengan syariat, bukan dengan hawa nafsu dan tabiatmu. Apa saja yang didiamkan syariat, ikutilah dalam diamnya. Apa saja yang dikatakan syariat, maka ikutilah perkataannya.

Wahai manusia, janganlah mengingkari orang lain karena hawa nafsu, tetapi ingkarilah karena imanmu. Keimananlah yang mengingkari mereka. Keyakinanlah yang menghilangkan mereka. Allah Azza wa Jalla, Dialah penolong yang menolongmu dan bangga kepadamu.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Jika Allah menolongmu, maka tidak akan ada orang yang dapat mengalahkanmu (QS 3: 160)

Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS 47:7)

Apabila engkau mengingkari kemunkaran karena membela Allah, maka Dia akan menolongmu untuk melenyapkannya dan menjadikan mereka hina di hadapanmu. Apabila engkau mengingkarinya karena hawa nafsu, setan dan tabiatmu, maka Dia akan menelantarkanmu dan tidak menolongmu menghadapi pelaku kemunkaran itu dan engkau pun tidak akan mampu melenyapkannya. Keimanan itulah yang mengingkari. Sebab, setiap orang yang mengingkarinya tidak karena keimanan, maka dia bukanlah orang yang mengingkari. Mengingkari itu dengan berkata “Janganlah.” Engkau menghendaki pengingkaranmu karena Allah, bukan karena makhluk-Nya; karena agama-Nya, bukan karena nafsumu, karena Dia, bukan karena dirimu sendiri. Lepaskanlah dirimu dari kegilaan. Ikhlaskanlah amalmu. Kematian selalu mengintipmu. Engkau harus melewati jembatan kematian. Tinggalkanlah ketamakan yang telah menodaimu. Yang jadi bagianmu akan datang padamu dan yang jadi bagian orang lain pasti tidak akan datang kepadamu. Sibukkanlah dirimu untuk Allah dan tinggalkanlah pencarian harta untuk dirimu sendiri dan orang lain. Allah berfirman kepada Nabi-Nya saw.:

Janganlah engkau hadapkan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya (QS 20:31)

Yang paling berat bagi orang yang makrifat kepada Allah adalah berbicara yang benar kepada orang lain serta duduk berkumpul bersama mereka. Oleh karena itu, mungkin dari seribu orang yang makrifat hanya satu orang yang mampu berbicara, kecuali orang yang diberi kekuatan seperti para nabi. Bagaimana orang itu tidak membutuhkan kekuatan para nabi padahal dia ingin duduk di antara berbagai jenis makhluk, bercampur dengan orang yang berakal dan yang tidak berakal; dia duduk bersama orang Munafik dan orang Mukmin. Dia benar-benar harus dapat membanding-bandingkan di antara mereka dan harus sabar melakukannya berulang-ulang.  Padahal dia dijaga perintah Allah. Dlam pembicaraannya kepada orang lain, dia tidak berbicara dengan hawa nafsunya serta pilihan dan kehendaknya sendiri. Dia dipaksa untuk berbicara, maka sudah tentu dia dijaga dalam pembicaraannya. Apabila engkau ingin makrifat kepada Allah, maka lenyaplah darimu kekuatan makhluk dalam kemudaratan dan kemanfaatannya, karena engkau tidak akan ma’rifat kecuali bersikap begitu.

Celakalah engkau. Dunia ada di tangan itu boleh, ada dalam saku juga boleh; memandang rendah dunia dengan niat baik juga boleh. Sedangkan memasukkan dunia ke dalam hati, maka itu tidak boleh. Diamnya dunia di ambang pintu, dibolehkan. Adapun masuknya dunia ke balik pintu, tidak dibolehkan, sebab tidak akan ada karamahnya bagimu. Apabila seorang hamba tidak ingat kepada diri sendiri dan orang lain karena tenggelam dalam kekhusuan, maka seolah-olah dia hilang. Batinnya tidak berubah saat bencana datang. Dia eksis pada saat datangnya perintah Allah, dan dia melaksanakannya, dan pada saat larangan Allah datang, dia menjauhinya. Dia tidak mengharapkan sesuatu dan tidak berambisi terhadap sesuatu. Dimanakah dirimu sedangkan mereka tenggelam dalam ilmu dan amal.

Wahai engkau yang menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya, yang memutuskan hamba-hamba Allah sadarlah bahwa engkau benar-benar aniaya dan munafik. Sampai kapan kemunafikan itu, wahai yang berilmu, yang zuhud? Berapa kali engkau berbuat munafik kepada raja dan pemerintah sehingga kau mengambil harta benda dunia dan kesenangannya dari mereka? Engkau dan kebanyakan raja pada zaman ini berlaku aniaya serta tidak jujur dalam segala hal kepada Allah dan hamba-Nya.

Ya Allah, hancurkanlah dari orang-orang Munafik dan hinakanlah mereka atau berilah mereka taubat, kekanglah kezaliman serta bersihkanlah bumi dari mereka atau buatlah mereka menjadi baik. Amiin.

Kepada para raja, orang zalim, orang adil, orang Munafik, atau orang ikhlas; ingatlah bahwa dunia akan sampai pada waktu yang terbatas sedangkan akhirat kekal selama-lamanya. Pisahkanlah dirimu dari semua yang selain Allah dengan perjuangan dan zuhud. Bersihkan hatimu dari selain Tuhan. Takutlah akan diburu oleh sesuatu, ditahan oleh sesuatu atau dijauhkan oleh sesuatu dari Tuhanmu. Kemudian apabila bagian duniawi datang, maka ambillah dengan tangan syariat dan menyesuaikan dengan perintah-Nya, dengan kekuatan mengikuti pijakan zuhud; bukan karena mencari dan mencintai dunia. Zuhud itu apabila berlangsung terus menerus maka akan terealisasi dalam jasad, kemudian diturunkan ke dalam hati, menimbulkan penyesalan dan dalam fisik dan kekurusan. Selanjutnya, jika penyesalan dan kekurusan telah dialami, niscaya akan datang jalan lapang dari Allah dipenuhi perasaan senang bersama-Nya, ma’rifat kepada-Nya, sehingga lenyaplah kesedihan dan kebingungan. Orang Mukmin adalah orang yang memutuskan hati dari makhluk, dari keluarga, harta dan anak. Dia hanya sibuk dengan mereka sedangkan hatinya menunggu datangnya utusan Tuhan yang menyampaikannya ke pintu negeri. Benar-benar dia telah meninggalkan keluarganya padahal dia duduk di antara mereka. Orang Mukmin selamanya suka meninggalkan. Dia ada di antara makhluk tetapi dia benar-benar meninggalkan mereka. Dia bersama makhluk padahal tallinya bersama Khalik. Apabila dia menghormati tauhid dalam hatinya, maka sahlah amalnya dari segi lahir, karena sama saja antara lahir atau batinmu, kaya atau fakirmu, penerimaan makhluk atau penolakan mereka, serta celaan atau pujian mereka kepadamu. Bagaimana engkau tidak mengeluarkan celaan dan pujian padahal hatimu telah sempit dari keduanya, serta telah dipenuhi Allah dan selalu mengingat-Nya serta merindukan-Nya? Pada saat itu, di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang haq (QS 18:44)

Engkau menjadi orang yang mencintai Allah dengan sebenarnya, orang berilmu dan mengajarkan ilmunya, yang menghukumi dengan bijaksana, yang dekat dan juga didekati, yang berkelakuan baik, yang tidak menggantungkan diri pada makhluk.

Kepada orang yang merasa bodoh, belajarlah dari kebodohanmu. Engkau benar-benar telah meninggalkan aktivitas belajar. Sebaliknya sibuk dengan aktivitas mengajar. Janganlah merasa lelah dengan sesuatu yang datang dari dirimu sendiri sedangkan orang lain pun tidak merasa beruntung. Sebab, orang yang tidak pantas mengajar dirinya sendiri, bagaimana bisa mengajar orang lain.


Janganlah menganggap lemah kepada Allah atas qadar-Nya, nanti engkau akan mendekat kepada orang-orang kafir. Beramallah sesuai dengan hukum sehingga amalmu menghubungkan mereka dengan ilmu. Apabila amal telah kau perbuat, maka kau akan melihat kekuasaan Allah. Pada saat itu Dia akan menjadikan alam ini bisa kau kuasai oleh hati dan batinmu. Apabila di antara kalian dan Allah tidak ada penghalang, maka Dia akan memberimu kekuasaan atas alam, memperlihatkan harta terpendam kepadamu, memberimu makan dari karunia-Nya, memberimu minuman keramahan, serta mendudukkanmu di depan hidangan taqarrub dengan-Nya. Semua itu merupakan buah pengetahuan atas Kitab dan Sunnah. Amalkanlah Kitab dan Sunnah dan janganlah keluar dari keduanya hingga Pemilik Ilmu, yaitu Allah Azza wa Jalla, datang kepadamu, kemudian mengambilmu dibawa kepada-Nya. Bila yang mengajarkan hukum menyaksikanmu benar-benar tertarik kepada Kitab-Nya, maka dia akan memindahkanmu kepada kitab ilmu. Apabila kau benar-benar telah berada di sana, niscaya hatimu dan isinya akan menjadi teguh dan Nabi membawanya ke sisi Tuhan sambil berkata, “Inilah dirimu dan Tuhanmu.” []

Membebaskan Hati dari Kekhawatiran Dunia

Sibukkan dirimu dalam memperbaiki diri dan kebajikanmu. Tinggalkanlah omongan orang dan kegilaan terhadap dunia. Bebaskan hatimu dari kekhawatiran akan dunia semampumu. Nabi saw. bersabda, “Bebaskan hatimu dari kekhawatiran akan dunia semampumu.”

Wahai engkau yang tidak mengenal masalah dunia, sadarlah bahwa seandainya engkau mengenal betul masalah dunia, tentu engkau tidak akan mencarinya. Apabila dunia mendatangimu, pasti dia akan membuatmu lelah. Apabila engkau telah makrifat kepada Allah, tentu engkau akan mengenal yang selain-Nya. Akan tetapi, engkau tidak mengenal Allah, para rasul, para nabi, dan para wali-Nya.

Engkau bisa celaka. Apabila engkau tidak mengambil pelajaran dari apa-apa yang telah terjadi pada makhluk terdahulu di dunia ini? Carilah sesuatu yang bersih dari urusan dunia. Tinggalkan pakaian duniawi dan hindarilah. Lepaskan pakaian nafsumu dan berjalanlah menuju pintu Allah. Apabila engkau telah melepaskan pakaian nafsu dari dirimu, berarti engkau benar-benar terlepas dari yang selain Allah Azza wa Jalla. Apabila sesuatu selain Allah masih mengikutimu, tolaklah dari dirimu. Dengan begitu, niscaya engkau akan melihat Allah.

Berserah dirilah senantiasa kepada Allah agar engkau selamat. Berjuanglah untuk-Nya agar engkau mendapat petunjuk. Bersyukurlah kepada-Nya agar Dia menambah nikmat untukmu. Serahkanlah dirimu dan orang lain kepada-Nya. Janganlah membantah-Nya untuk dirimu maupun untuk orang lain. Para wali Allah tidak menginginkan suatu kehendak selain kehendak Allah. Mereka pun tidak mengajukan suatu pilihan selain pilihan Allah. Mereka tidak berambisi mencari bagian duniawinya. Mereka tidak memandang bagian orang lain. Apabila ingin bersahabat dengan para wali Allah di dunia dan di akhirat, sesuaikan dirimu dengan mereka dalam ucapan, perbuatan, dan keinginan mereka. Saya melihatmu benar-benar berlawanan dengan mereka. Engkau benar-benar telah berperilaku yang bertentangan dengan mereka sebagai hasil ketekunanmu pada malam dan siang hari. Wali Allah berkata kepadamu, “kerjakanlah,” tetapi engkau tidak mengerjakannya, seolah-olah Dia sebagai hamba dan engkau yang disembah. Maha Suci Allah, alangkah Maha Pemurah Dia. Seandainya Dia tidak Pemurah, niscaya engkau akan melihat yang sebaliknya ada pada dirimu.

Apabila engkau ingin berbahagia, diamlah di hadapan-Nya. Diamnya lahir batin di hadapan saya adalah perilaku buruk. Jika saya membiarkannya, itu hanyalah karena keringanan saja. Laksanakanlah perintah-Nya, jauhi larangan-Nya, terimalah takdir-Nya, serta hindarilah membicarakan lahir dan batinmu di hadapan-Nya. Dengan itu, niscaya engkau akan melihat kebaikan di dunia dan di akhirat.

Janganlah meminta sesuatu kepada makhluk, karena mereka lemah serta fakir. Mereka tidak dapat memberi mudarat atau manfaat bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang lain. Bersabarlah bersama Allah. Jangan menuntut secara tergesa-gesa kepada-Nya; Jangan menyangka kikir kepada-Nya; dan jangan pula berburuk sangka kepada-Nya. Sebab, Dia lebih sayang kepadamu dibanding dirimu sendiri. Oleh karena itu, sebagian wali Allah mengatakan, “Apakah perananku bagi diriku sendiri?”

Sesuaikanlah dirimu senantiasa dengan kehendak Allah Azza wa Jalla, karena Dia lebih mengetahui dirimu dibanding engkau sendiri. Tidaklah setiap yang kau anggap baik akan diberikan Allah kepada dirimu. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Mungkin kalian membenci sesuatu, padahal sangat baik bagi kalian.
Mungkin kalian menyukai sesuatu, padahal amat buruk bagi kalian.
Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.
(QS 2: 216)

Allah menciptakan apa yang kalian tidak mengetahuinya.
(QS 16:8)

Tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit.
(QS 17: 85)

Barangsiapa yang ingin menempuh jalan Allah, perbaikilah nafsunya terlebih dahulu sebelum menempuh jalan tersebut. Nafsu membuat perilakumu menjadi buruk, karena nafsu mengajak kepada keburukan. Apakah yang kau lakukan di sisi Allah? Bagaimanakah perjalananmu menuju-Nya? Perangilah nafsumu sehingga kau menjadi tenteram. Apabila dirimu telah tenteram, ajaklah nafsu itu bersama dirimu menuju ke pintu-Nya. Janganlah mengikuti nafsu kecuali setelah melakukan riyadhoh (latihan), ta’lim (pengajaran), beradab baik, serta merasa tenteram terhadap janji Allah ataupun ancaman-Nya. Nafsu itu buta, tuli, gila, serta tidak mengenal Tuhannya; bahkan memusuhi-Nya. Dengan senantiasa memeranginya maka akan terbukalah kedua matanya, tertutup mulutnya, telinganya jadi mendengar, serta hilanglah kegilaan, kebodohan dan permusuhannya kepada Tuhannya. Hal ini membutuhkan banyak tali pengikat dan sejumlah orang, keberanian, kontinuitas setiap saat, setiap hari, dan setiap tahun. Semua ini tidak mungkin dicapai dengan mujahadah sesaat, sehari atau sebulan saja.

Pukullah nafsumu dengan cambuk kelaparan. Jangan memberikan bagiannya dan menunaikan haknya. Kuasailah nafsu dan janganlah takut terhadap pedang atau pisaunya. Nafsu sering banyak omong tanpa berbuat, sering berdusta tanpa kejujuran, suka berjanji tanpa ditepati, tidak punya kasih sayang, serta banyak melakukan perjalanan tanpa bekal. Iblislah yang menjadi pemimpinnya. Tetapi, tidak ada kekuatan bagi iblis untuk menghadapi orang-orang mukmin yang benar, dalam memusuhi dan menentangnya. Lantas bagaimana dengan nafsu?

Janganlah mengira bahwa iblis masuk surga dan mengeluarkan Adam a.s. dari surga dengan kekuatannya sendiri. Allah-lah yang memberinya kekuatan untuk melakukan itu dan menjadikannya sebagai penyebab, bukan karena kekuatan iblis.

Wahai engkau yang lemah akal, janganlah menghindar dari jalan Allah Azza wa Jalla, karena dengan nafsu itu, Allah hendak mengujimu. Allah lebih mengetahui kemaslahatanmu daripada dirimu sendiri. Tidaklah Allah menguji dirimu melainkan ada faidah dan hikmahnya. Apabila Dia mengujimu, hendaklah senantiasa tabah. Ingatlah dosa-dosamu serta perbanyaklah memohon ampun dan taubat. Hendaklah memohon kepada-Nya kesabaran dan ketabahan atas ujian itu. Tetaplah di sisi-Nya dan carilah rahmat-Nya senantiasa. Hendaklah memohon kepada-Nya tersingkapnya hijab di balik ujian itu atas dirimu dan kejelasan aspek kebaikannya.

Apabla ingin meraih kebahagiaan, hendaklah senantiasa bersahabat dengan syaikh yang memahami hukum-hukum Allah dan ilmu-Nya; yang mengajar, mendidik, dan mengenalkanmu pada jalan menuju Allah. Orang yang menghendaki hal itu tentu harus punya seorang penuntun dan penunjuk arah, karena dia berada di gurun yang penuh kalajengking, ular dan binatang buas lain yang berbahaya, sehingga dikhawatirkan dia mendapat bahaya. Adanya penuntun akan menunjukkannya ke suatu tempat yang ada air dan pohon-pohon yang berbuah. Apabila dia sendirian tanpa seorang penuntun pun, niscaya dia akan terjerumus ke tempat yang banyak kalajengking, ular, dan binatang buas lainnya.

Wahai engkau yang bepergian di jalan dunia, janganlah memisahkan diri dari rombongan, penunjuk jalan dan teman-teman. Kalau terpisah, maka akan hilanglah harta dan nyawamu.

Sementara engkau yang bepergian di jalan akhirat, hendaklah tetap bersama seorang penunjuk yang dapat mengantarkanmu ke tujuanmu. Layanilah dia di perjalanan dan bersikaplah baik kepadanya. Janganlah membantah pendapatnya, sebab dia akan mengajari dan mendekatkan dirimu kepada-Nya. Setelah itu, di perjalanan dia akan memintamu menggantikannya karena melihat kepandaian, kejujuran dan kecerdikanmu. Kemudian dia akan menjadikanmu sebagai pemimpin. Dia akan memintamu untuk menggantikan posisinya dalam kendaraan. Keadaan itu akan terus berlangsung pada dirimu sampai dia membawamu kepada Nabi s.a.w. Selanjutnya dia menyerahkan dirimu kepada beliau sehingga engkau menjadi lebih dekat. Setelah itu, dia akan memintamu untuk menguasai hati, tingkah laku, dan jiwa. Dengan itu, engkau menjadi pengembara antara Allah Azza wa Jalla dan makhluknya serta menjadi pelayan di hadapan Nabi s.a.w. Berkali-kali engkau akan datang kepada makhluk dan Khalik. Semua itu tidak akan datang dengan tangan hampa dan angan-angan, tetapi dengan sesuatu yang menghujam di dalam dada serta dibuktikan dengan amal perbuatan.

Wali Allah sering berperilaku tidak sejalan dengan keluarganya. Dari sejuta orang, mungkin hanya seorang yang dapat memutuskan nafsu sehingga sejalan dengannya. Para wali Allah senantiasa mendengarkan firman Allah dengan hati dan jiwa mereka. Apa yang mereka dengar, mereka realisasikan dengan perbuatan anggota badannya.

Engkau yang tidak pintar, hendaklah bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, kembalilah ke jalan orang-orang yang benar. Ikutilah mereka dalam ucapan dan perbuatan. Jangan mengikuti jalan orang-orang munafik yang mencari dunia, berpaling dari akhirat, serta meninggalkan jalan Allah yang telah ditempuh orang-orang terdahulu. Orang-orang munafik mencari jalan orang-orang yang malas dan mereka tidak menempuh jalan benar yang merupakan jalan menuju Allah Azza wa Jalla.

Wahai anakku, ingatlah bahwa mereka inilah orang-orang yang kau jadikan teman di dunia demi dunia ini, sementara di akhirat kelak, kau tidak akan melihatnya. Hubunganmu dengan mereka akan terputus. Bagaimana hubunganmu dengan teman-temanmu yang berakhlak buruk tidak terputus, sedangkan kau bergaul bukan karena Allah? Apabila memang harus bergaul dengan makhluk, hendaklah bergaul dengan orang-orang yang suka menjauhi perkara-perkara yang dilarang Allah, yang tidak cinta akan dunia, yang makrifat pada Allah, serta yang mengamalkan perintah Allah Azza wa Jalla. Hendaklah bergaul dengan orang-orang yang dapat menjauhkanmu dari makhluk dan mendekatkanmu kepada Allah Azza wa Jalla; yang menyelamatkanmu dari kesesatan dan membawamu pada kebaikan; yang bisa menutup kedua matamu dari pandangan dunia kemudian membukanya untuk akhirat; yang dapat menghempaskan kedudukan duniawi dari hadapanmu dan menggantikannya dengan kedudukan akhirat; serta yang dapat menyelamatkan diri dari bahaya ular, kalajengking, dan binatan buas lainnya, serta menempatkanmu di tempat yang aman, tenang dan nyaman. Hendaklah bergaul dengan orang yang bersifat seperti itu dan bersabarlah atas perkataannya. Terimalah perintah dan larangannya, niscaya akan melihat kebaikan dengan segera. Persiapkanlah diri untuk beramal. Kemudian apabila Allah telah menetapkan amalmu maka engkau pun akan beramal. Carilah jalan untuk beramal, bertawakallah dan tetaplah di atas jalan amal. Terjunkan dirimu ke lautan tawakal sehingga engkau akan menemukan jalan menuju amal dan mengamalkannya. []


Mengikuti Rasulullah saw.

Dunia itu ibarat pasar yang tidak lama lagi akan tutup. Oleh karena itu, hendaklah engkau menutup pintu-pintu untuk memandang makhluk dan bukalah pintu untuk melihat Allah Azza wa Jalla. Hendaklah engkau menutup pintu-pintu usaha dan sebab (perantara) dengan keadaan bersih hati dan batin dalam setiap hal yang khusus bagimu; bukan dalam hal yang umum untuk keluarga dan para pengikut selain dirimu. Lalu, hendaklah engkau berusaha utuk orang lain, usaha yang bermanfaat untuk orang lain, serta menghasilkan sesuatu untuk orang lain. Hendaklah engkau mencari apa yang khusus untuk dirimu berupa impian karunia-Nya. Dudukkanlah hawa nafsumu di samping dunia dan dudukkanlah hatimu di samping akhirat, serta batinmu disisi Tuhan. Sesungguhnya kau mengetahui apa yang kau inginkan.

Kaum Muslim adalah pengganti para Nabi. Oleh karena itu, hendaklah engkau menerima dan melaksanakan apa yang mereka perintahkan kepadamu. Sebab, mereka menyuruhmu dengan perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, serta mereka melarang dengan larangan Allah dan Rasul-Nya. Para nabi berbicara lalu mereka pun berbicara. Para nabi diberi dan mereka pun mengambil. Mereka tidak bergerak dengan gerakan watak dan hawa nafsunya. Mereka tidak menyekutukan Allah Azza wa Jalla dan agama-Nya dengan hawa nafsunya. Mereka mengikuti Rasulullah saw. dalam ucapan dan perbuatannya. Mereka mendengarkan firman Allah Azza wa Jalla.

Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu maka terimalah, sementara apa yang dilarang bagimu, maka tinggalkanlah. (QS 59:7)

Mereka mengikuti Rasulullah saw. sehingga beliau membawa mereka kepada yang mengutus beliau. Mereka mendekatkan diri pada Nabi saw. sehingga beliau pun mendekatkan mereka kepada Allah Azza wa Jalla. Beliau menganugerahkan bagi mereka julukan, anugerah, dan pengaturan atas makhluk.

Wahai orang Munafik, engkau mengira bahwa agama adalah kebaikan, dan perintah adalah sia-sia. Tidak ada kemuliaan bagimu, tidak juga bagi setanmu, juga bagi sahabatmu yang jahat.

Ya Allah, berikanlah tobat kepadaku dan mereka, serta bersihkanlah mereka dari hinanya kemunafikan dan dari ikatan syirik.

Hendaklah engkau menyembah Allah Azza wa Jalla dan memohon pertolongan untuk menyembah-Nya dengan usaha yang halal. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai hamba yang beriman dan taat, yang makan dari yang halal. Dia mencintai orang yang makan dan beramal dan murka kepada orang yang makan dan tidak beramal. Dia mencintai orang yang makan dengan hasil usahanya dan murka kepada orang yang makan dengan kemunafikannya dan menggantungkan dirinya kepada makhluk. Dia mencintai orang yang tauhid kepada-Nya dan murka kepada orang yang menyekutukan-Nya. Dia mencintai orang yang berserah diri kepada-Nya dan murka kepada orang yang menghindar dari-Nya. Di antara syarat mencintai adalah kesesuaian, dan di antara ciri permusuhan adalah pertentangan. Oleh karena itu, hendaklah engkau berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla dan rela atas pengaturan-Nya di dunia dan di akhirat. Allah hanya membutuhkan beberapa hari saja untuk membukakannya. Allah menambahkan kepada saya dengan cobaan yang lain, saya merasa bingung dalam menghadapinya. Tiba-tiba ada yang berkata kepada saya, “Mengapa engkau tidak mengatakan kepada kami sejak awal tentang keadaanmu ketika engkau berserah diri?” Lalu saya tersadar dan saya pun diam.

Celakalah, jika engkau mengaku mencintai Allah Azza wa Jalla tetapi kau juga mencintai yang selain Dia. Dia itu Mahasuci sedangkan yang selain Dia adalah kotor. Artinya, apabila engkau mengotori yang suci dengan mencintai selain Dia, maka Dia akan mengotorimu. Dia akan berbuat kepadamu seperti Dia berbuat kepada Nabi Ibrahim al-Khalil a.a. dan kepada putra Ya;qub a.s. Pada saat hati keduanya condong kepada putra-putra mereka, maka Dia menguji mereka. Juga kepada Nabi kita Muhammad saw. ketika beliau condong kepada kedua cucunya yaitu Hasan dan Husain, maka datanglah Malaikat Jibril kepadanya dan bertanya, “Apakah engkau mencintai mereka?”
Beliau menjawab “Ya.”
Kemudian Jibril berkata, “Salah seorang di antara mereka akan diberi minum racun, sedangkan yang lainnya akan dibunuh.”

Setelah itu, keluarlah mereka dari hati beliau dan beliau mengosongkan hatinya untuk Allah Azza wa Jalla sehingga kebahagiaan terhadap mereka telah mengubah kesedihan terhadap mereka. Allah selalu memperhatikan hati para nabi, para wali serta hamba-hamba-Nya yang shalih.

Wahai para pencari dunia dan orang-orang Munafik, hendaklah kalian membuka tangan kalian, niscaya kalian tidak melihat apa-apa di sana.

Celakalah, jika engkau bersikap zuhud dalam usaha, engkau hanya duduk-duduk saja, dan malah memakan harta orang lain atas nama agamamu. Usaha itu adalah pekerjaan para nabi semuanya. Tidak ada di antara mereka kecuali orang yang punya pekerjaan atau kasab. Sementara di akhirat mereka mengambil dari makhluk dengan izin Allah Azza wa Jalla.


Wahai orang yang mabuk oleh arak dunia, oleh syahwat dan kegilaannya, ingatlah bahwa sebentar lagi engkau akan tersadar di lubang kuburmu. []`


Dunia adalah Penjara bagi Orang Mukmin

Orang Mukmin itu terasing di dunia. Sementara orang zuhud terasing di akhirat. Orang makrifat terasing  dalam hal selain Allah. Sementara orang Mukmin terpenjara di dunia walaupun dia mendapat rezeki yang banyak dan tempat yang luas. Penghuni dunia berubah dalam harta dan keagungannya. Mereka senang dan tertawa di sekeliling dunia padahal mereka berada dalam penjara batin. Kegembiraannya nampak pada wajahnya, dan kesedihan ada dalam hatinya. Dia mengenal dunia sehingga dia menceraikan dengan hatinya terlebih dahulu, dengan talak satu, karena dia takut akan membalikkan segala sesuatu. Pada saat dia seperti itulah maka akhirat akan membukakan pintunya. Kemudian dia mendatangkan kelembutan dan kebaikan akhirat sehingga orang mukmin meninggalkan dunia dengan talak yang lain. Kemudian datanglah yang lainnya dan merangkulnya sehingga dia meninggalkan dunia dengan talak tiga, sementara dia tetap bersama akhirat. Pada saat dia bersama akhirat, tiba-tiba cahaya Allah Azza wa Jalla gemerlap menerangi sehingga dia meninggalkan akhirat. Dunia berkata kepadanya, “Mengapa engkau meninggalkan saya?”

Dia menjawab, “Aku melihat yang lebih baik darimu.”
Sementara akhirat bertanya kepadanya, “Mengapa engkau meninggalkan saya?”
Dia menjawab, “Sebab kamu dijadikan dan dibentuk. Dan kamu bukan Dia. Jadi, bagaimana mungkin saya tidak meninggalkanmu?”

Dengan demikian, pada saat itu nampaklah dengan jelas makrifatnya kepada Tuhannya Azza wa Jalla, sehingga dia terbebas dari yang selain Dia dan menjadi orang asing di dunia dan akhirat. Pada saat itu, hilanglah segalanya dan terhapuslah segalanya, sehingga datanglah dunia untuk melayaninya. Para pelayannya melihat keluarganya berdiri dengan maksud beramal sambil menanggalkan perhiasan dunia yang tampak di hadapan anak-anaknya. Sesungguhnya hal itu dibuat seperti itu agar dia tidak berpaling kepada dunia. Seorang ratu, jika dia mencintai seseorang maka dia akan menghabiskan pemberiannya kepada orang itu daripada kepada orang-orang lemah dan budak-budak negro karena dia lebih memperhatikan orang itu dan merasa cemburu kepadanya.

Oleh karena itu, hendaklah engkau menghadap kepada Tuhanmu secara menyeluruh. Tinggalkanlah hari esok menuju arah kemarin agar hri esok datang dan engkau sudah mati.

Kepada orang kaya, hendaklah engkau tidak menyibukkan diri dengan kekayaanmu sebab hari esok akan datang dan engkau menjadi fakir. Hendaklah engkau tidak bersama sesuatu tetapi jadilah bersama Sang Pencipta segala sesuatu. Sebab, Dia adalah Zat yang tidak diserupai oleh sesuatu pun. Janganlah engkau merasa tenang kepada yang selain Dia.

Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada ketenangan bagi seorang mukmin selain bertemu dengan Tuhannya.”

Apabila telah runtuh apa yang menghalangi antara dirimu dan makhluk serta engkau menjadi hidup, begitu pula apa yang ada di antara dirimu dengan Tuhan, maka sungguh Dia telah memilih bagimu. Oleh karena itu, janganlah engkau membenci pilihan-Nya. Barangsiapa yang sabar bersama Allah Azza wa Jalla, niscaya dia akan melihat kelembutan-Nya yang mengagumkan. Barangsiapa yang sabar atas kefakiran maka akan datang kekayaan kepadanya. Perkara yang paling banyak menjadikan kenabian adalah pengurusan perbudakan dan pengasingan. Pada saat seorang hamba merasa terhina maka Dia akan memuliakannya. Pada saat hamba rendah hati maka Dia akan meninggikannya. Dialah yang memuliakan, Dia Yang menghinakan, meninggikan, merendahkan, memberi taufik, dan melimpahkan kemudahan. Tanpa semua itu, kita tidak akan mengenal-Nya.

Kepada orang yang ujub dengan amalnya, betapa bodohnya engkau? Jika tidak ada taufik dari-Nya maka engkau tidak akan menunaikan shalat, puasa, dan bersikap sabar. Engkau seharusnya berada di tempat sykur, bukan di tempat ujub. Kebanyakan hamba merasa ujub dengan ibadah dan amalnya. Mereka mencari pujian dan sanjungan dari makhluk. Mereka merasa senang karena dunia dan pemiliknya berpihak kepada mereka. Penyebab itu semua adalah keberadaan mereka bersama hawa nafsunya. Dunialah yang dicintai oleh hawa nafsu mereka. Sedangkan yang lainnya dicintai oleh hati, dan Allah Azza wa Jalla dicintai oleh batin. Sesungguhnya hukum yang dibuat mengarah kepada hatimu setelah ditetapkan hukuman karena hukumlah yang memenuhi urusan ini. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengakui sesuatu tanpa berdasarkan hukum maka dia telah berdusta. Sebab, setiap hakikat yang tidak disaksikan syariat, berarti zindik.

Hendaklah engkau terbang menuju Allah Azza wa Jalla dengan dua sayap, Alquran dan Sunnah. Masuklah kepada-Nya dengan tanganmu berpegang pada tangan Rasulullah saw. Jadikanlah beliau sebagai teladan dan gurumu. Biarkanlah tangannya yang agung menghiasimu, menyisir jasadmu, dan memalingkanmu kepada-Nya. Beliaulah hakim di antara ruh, yang mengurus setiap orang yang berkehendak, yang menentukan baik dan buruk, pemimpin orang-orang shalih, serta yang membagi keadaan dan kedudukan di antara mereka. Sebab, Allah Azza wa Jalla telah memasrahkan semua hal itu kepada beliau. Dia menjadikannya pemimpin bagi semua umatnya. Suatu penganugerahan jika keluar dari raja untuk tentaranya, sesungguhnya diberikan atas kekuasaan pemimpinnya. Tauhid adalah ibadah, sedangkan bersekutu dengan makhluk adalah adat atau kebiasaan. Oleh karena itu, tetaplah berada dalam ibadah, dan tinggalkanlah adat. Apabila engkau bertentangan dengan ibadah, berarti engkau bertentangan dalam hak-hakmu dengan adat; kecuali jika Allah mengubahmu. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri (QS 13:11)

Hendaklah engkau mengeluarkan hawa nafsumu dan makhluk dari dalam hatimu. Lalu penuhilah hatimu dengan apa yang tersimpan pada keduanya sehingga keadaannya kembali kepadamu. Hal ini tak akan datang dengan puasa di siang hari dan bangun di malam hari, tetapi dengan sucinya hati dan bersihnya batin.

Sebagian ulama berkata, “Puasa dan bangun malam adalah ibarat cuka dan sayur dalam suatu hidangan. Makanan selain hidangan itu hanyalah sebagai pelengkap. Keduanya merupakan makanan utama. Kemudian datang setelah itu berbagai makanan. Kemudian makan, dan mencuci tangan. Setelah itu datang menemui Allah Azza wa Jalla. Kemudian yang dilakukan adalah penganugerahan, pemutusan, pengaturan, penggantian, penyerahan negara dan pencabutannya. Apabila hati seorang hamba telah baik terhadap Allah Azza wa Jalla dan menetap di dekat-Nya maka Dia akan memberikan kerajaan dan pemerintahan di seluruh pelosok bumi. Dia akan menyerahkan kepadanya penyebaran da’wah kepada makhluk dan sabar atas hinaan mereka. Dia memasrahkan kepadanya semua perubahan yang batil dan penegakkan yang hak. Dia telah memberikan semua itu dan mencukupkannya. Sebab, apabila Dia memberi, tentu Dia akan mencukupinya. Allah Azza wa Jalla memenuhi perutnya dengan hikmah. Dia sungguh telah menciptakan dari celah-celah bumi hati hamba-hamba-Nya yang salih dan baik kepada-Nya. Dia menciptakan hamba-hamba-Nya yang makrifat kepada-Nya, sebagai sungai hukum yang muncul dari lembah ilmu-Nya. Dari samping ‘Arasy dan Lauh-Nya berjalan sampai ke tanah-tanah hati yang mati yang tidak mengenal-Nya dan berpaling dari-Nya.”

Wahai anakku, hendaklah engkau menyadari bahwa memakan makanan yang haram akan mematikan hatimu, sementara memakan makanan yang halal akan menghidupkannya. Satu suap makanan tersebut akan menyinari hatimu, sementara satu suap yang lain akan menggelapkannya. Satu suap akan menyibukkanmu dengan urusan dunia, sementara satu suap yang lain akan menjadikanmu mencintai Pencipta keduanya. Makanan haram dapat menyibukkanmu dengan dunia dan menyukai kemaksiatan. Sementara makanan halal dapat menyibukkanmu dengan akhirat dan mencintai ketaatan. Makanan halal akan mendekatkan hatimu kepada Tuhan. Makanan tersebut tidak kau ketahui kecuali dengan makrifat kepada Allah Azza wa Jalla. Sementara makrifat kepada-Nya sesungguhnya terdapat dalam hati dan bukan dalam tulisan. Makrifat itu berasal dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya. Sesungguhnya hasil dari makrifat kepada Allah adalah setelah mengamalkan hukum-hukum-Nya; setelah mempercayai-Nya dan berlaku jujur; setelah mengesakan Allah dan mempercayai-Nya; dan setelah mengeluarkan makhluk dari dalam hatinya secara keseluruhan. Bagaimana mungkin engkau bisa bermakrifat kepada Allah padahal engkau tidak mengenal apa pun kecuali apa yang kau makan, kau minum, kau pakai, dan yang kau nikahi? Engkau tidak memperhatikan dari berbagai segi. Tidakkah engkau mendengar sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang tidak memperhatikan dari mana asal makanan dan minumannya, niscaya Allah tidak akan memperhatikan dari pintu neraka mana Dia memasukkannya.”

Hendaklah engkau tidak memperhatikan semua perkara dan tidak menyebut hanya satu perkara. Hendaklah engkau tidak disibukkan oleh suatu perkara dan janganlah terikat oleh makhluk. Hanya saja engkau berbicara kepada mereka atas apa yang mereka pikirkan. Engkau bersedekah dengan berkeliling kepada mereka. Engkau mengamalkan sabda Nabi saw, “Berkeliling kepada manusia merupakan sedekah.”

Engkau memberi mereka dari pemberian Allah. Engkau memuliakan mereka dari kemuliaan-Nya kepadamu. Engkau bersikap ramah, sayang, dan lembut kepada mereka. Jika demikian keadaannya, akhlakmu akan berasal dari akhlak Allah Azza wa Jalla dan perbuatanmu selalu berdasarkan perintah-Nya.

Ingatlah bahwa pemimpin itu ada dua macam: pemimpin hukum dan pemimpin ilmu. Pemimpin dari makhluk menunjukkanmu kepada pintu yang dekat kepada Allah Azza wa Jalla. Dua pintu yang harus engkau masuki adalah pintu makhluk dan pintu Khalik; pintu dunia dan pintu akhirat. Salah satunya mengikuti yang lain. Pertama pintu makhluk dan yang kedua pintu Allah Azza wa Jalla. Engkau tidak akan melihat pintu akhir sebelum melewati pintu awal. Oleh karena itu, hendaklah engkau menyingkirkan dunia dengan hatimu sehingga engkau masuk menuju akhirat. Layanilah pemimpin hukum sehingga dia memasukkanmu kepada pimpinan ilmu. Keluarlah dari makhluk sehingga engkau akan mengenal Allah Azza wa Jalla.

Makrifat merupakan suatu tahapan yang terdiri dari beberapa tingkatan. Keduanya berlawanan dan tidak berkumpul. Perkara ini saling berlawanan sehingga janganlah engkau mencari penyatuan dari keduanya. Hendaklah engkau mengosongkan hatimu yang merupakan rumah Allah Azza wa Jalla. Hendaklah engkau meninggalkan yang selain Dia dalam hatimu. Apabila malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah yang ada gambar di dalamnya, lalu bagaimana Allah Azza wa Jalla masuk ke dalam hatimu, padahal dalam hatimu ada gambar dan berhala? Sebab, segala sesuatu selain Dia adalah berhala. Oleh karena itu, hendaklah engkau menghancurkan berhala itu dan bersihkanlah rumah tersebut, niscaya engkau akan melihat penghuninya hadir di dalamnya, engkau akan melihat keajaiban yang belum pernah engkau lihat sebelumnya.

Ya Allah, berilah kami taufik agar Engkau meridhai kami.
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat,

dan peliharalah kami dari siksa api neraka.[]

(Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Memperhatikan Makhluk

Dunia adalah hijab bagi akhirat, akhirat adalah hijab terhadap Penguasa dunia dan akhirat, dan setiap makhluk adalah hijab terhadap Sang Pencipta, yakni Allah SWT. Ketika engkau bersama-Nya, maka Dia pun adalah ‘hijab’ bagi dirimu. Dengan itu, engkau tidak akan mengalihkan pandangan kepada makhluk, tidak juga pada dunia, dan tidak pula pada apapun selain Allah Azza wa Jalla, hingga engkau sampai di pintu-Nya dengan kaki-kaki batinmu dan kezuhudanmu yang benar terhadap apa-apa selain Diri-Nya; dengan senantiasa mengosongkan diri dari segala sesuatu, senantiasa berharap kepada-Nya, senantiasa memohon pertolongan kepada-Nya, dan senantiasa memperhatikan masa lalu dan ilmunya. Oleh karena itu, apabila hati dan nuranimu benar-benar telah sampai kepada-Nya, juga kedekatanmu kepada-Nya, kerendahan hatimu di hadapan-Nya, rasa malumu terhadap-Nya, penguasaan dan pengurusanmu atas hatimu, serta menjadikanmu tabib atasnya, maka pada saat engkau berpaling kepada makhluk dan dunia, keberpalinganmu itu merupakan nikmat bagi mereka. Pengambilan bagianmu terhadap dunia dari tangan mereka dan pengembaliannya kepada orang-orang fakir, serta penerimaanmu darinya demi bagianmu, adalah ibadah, ketaatan, dan keselamatan. Barangsiapa yang mengambil dunia dengan sifat ini, dunia tidak akan mencelakakannya; bahkan ia akan selamat darinya.

Kewalian memiliki tanda pada wajah-wajah para wali, yang dikenal oleh para ahli firasat. Isyarat-isyarat itu dikemukakan dengan kewalian, bukan dengan lisan. Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan, dia mesti mengorbankan diri dan hartanya semata-mata untuk Alllah Azza wa Jalla; mengeluarkan makhluk dan dunia dari dalam hatinya seperti keluarnya rambut dari dalam adonan dan susu; demikian juga dari segala sesuatu selain Allah. Jika demikian halnya, akan diberikan hak orang yang memang memiliki haknya. Di hadapan-Nya engkau makan bagianmu dari dunia dan akhirat. Engkau ada di depan pintu-Nya dan berdiri tegak melayani.

Janganlah memakan bagianmu di dunia, selagi dunia menjadi landasan dan kau berdiri di atasnya. Akan tetapi, makanlah bagianmu di dunia di hadapan pintu Penguasa, selagi engkau duduk dan dunia berdiri.

Layanilah orang yang berdiri di depan pintu Allah Azza wa Jalla dan hinakanlah siapa saja yang berdiri di idepan pintu dunia. Segala sesuatu yang merupakan bagian dunia ada di bawah kaki kekayaan dan kemuliaan Allah Azza wa Jalla.

Kaum muslim senantiasa ridha kepada Allah atas kesempitannya di dunia dan ridha pula kepada-Nya di akhirat untuk berdekatan dengan-Nya. Mereka tidak mencari sesuatu dari Allah selain Diri-Nya. Mereka tahu bahwa dunia telah dibagi-bagi, sehingga mereka pun meninggalkan tuntutan atasnya dan beramal demi meraihnya. Tidak ada yang mereka kehendaki selain wajah Allah Azza wa Jalla. Seandainya mereka masuk surga, mereka tidak membuka mata mereka hingga melihat cahaya wajah Allah. Kesendirian dan kesunyian yang paling disukai adalah tatkala seseorang yang hatinya kosong dari makhluk dan sebab-sebab. Seseorang tidak akan menempuh jalan para nabi, para shiddiqqiin, dan orang-orang shalih hingga dia merasa puas dengan kemudahan di dunia dan bersikap pasrah atas apa pun yang telah ditakdirkan. Hendaklah engkau tidak mencari sesuatu yang banyak, sebab sesungguhnya engkau bisa celaka. Apabila datang kepadamu sesuatu yang banyak dari Allah di luar pilihanmu sendiri, berarti engkau benar-benar telah dipelihara di dalam perkara tersebut.

Hasan al Bashri r.a. pernah bertutur, “Hendaklah engkau menasihati manusia dengan ilmu dan tutur katamu. Kepada orang yang sering memberi nasihat, hendaklah menasihati manusia dengan kebeningan batin dan ketakwaanmu. Janganlah menasihati mereka dengan cara memperbagus penampilanmu tetpi diikuti dengan keburukan batinmu.”

Allah Azza wa Jalla telah menetapkan keimanan di dalam hati kaum Mukmin sebelum Dia menciptakan mereka. Ini adalah masa lalu. Kita tidak boleh terpaku pada masa lalu dan bersikap tawakal terhadap masa lalu. Akan tetapi kita mesti bersungguh-sungguh, berusaha dan mengerahkan sikap zuhud, bersungguh-sungguh dalam menghasilkan keimanan dan keyakinan; emnetapi anugerah Allah Azza wa Jalla, dan senantiasa melazimkan duduk bersimpuh di pintu-Nya. Dengan demikian, hati kita senantiasa bersungguh-sungguh di dalam menggapai keimanan, sehingga mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla menganugerahkan sesuatu kepada kita tanpa harus kerja keras dan mengalami keletihan. Dia tidak meluaskan bagi kalian apa yang dulu pernah Dia luaskan bagi orang yang mendahului kalian, yakni para sahabat dan para taabi’in. Allah Azza wa Jalla, Tuhan kita, berada di atas ‘Arsy, sebagaimana difirmankan-Nya tanpa ada penyerupaan dan tanpa mengidentikkannya dengan jasad fisik.


Ya Allah, limpahkanlah kami rezeki, berilah kami taufik, dan jauhkanlah kami dari bid’ah. Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami kebajikan di dunia dan akhirat, serta lindungilah kami dari siksa api neraka.[]

(Syaikh Abdul Qadir Jailani, Percikan Cahaya Ilahi )

Dunia dan Akhirat

Dunia dan Akhirat

  • Dunia adalah kendaraan seorang Mukmin, yang dengannya dia berangkat menuju Tuhannya. Maka, perbaikilah kendaraan kalian, niscaya ia akan menyampaikan kepada Tuhan kalian.

  • Pernah seseorang mencela dunia di sisi Imam Ali r.a., maka Imam berkata: “Dunia adalah negeri kebenaran bagi yang membenarkannya. Negeri keselamatan bagi yang mengetahui tentangnya. Negeri kekayaan bagi yang mengambil bekal darinya. Tempat turunnya wahyu Allah. Tempat shalat para wali-Nya. Masjid para nabi-Nya. Dan tempat jual-beli para wali-Nya. Mereka beruntung dengan mendapatkan rahmat darinya dan di dalamnya mereka mengharapkan surga.”

  • Ketahuilah, wahai hamba-hamba Allah, bahwa kalian dan keadaan kalian di dunia ini seperti orang-orang yang sebelum kalian. Mereka ini usianya lebih panjang daripada kalian, negerinya lebih makmur daripada kalian, dan lebih jauh jejaknya (peninggalannya). Suara-suara mereka tidak terdengar lagi. Jasad-jasad mereka telah hancur. Rumah-rumah mereka kosong. Dan jejak-jejak mereka terhapus.

  • Keluarkanlah hati kalian dari dunia ini sebelum badan kalian keluar darinya. Di dalam dunia ini kalian diuji dan untuk selainnya kalian diciptakan. Sesungguhnya ketika seseorang meninggal, orang-orang berkata, “Apa yang ditinggalkannya?” Sebaliknya, malaikat berkata, “Apa yang dibawanya?” Maka, nafkahkanlah sebagian harta kalian sebagai pinjaman yang baik bagi Allah. Janganlah kalian meninggalkan seluruh harta kalian (sebagai warisan) karena hal itu akan menjadi beban (yang akan dimintai pertanggungjawabannya) atas kalian.

  • Ketahuilah, sesungguhnya dunia yang kalian harapkan dan kalian sukai, yang karenanya kalian menjadi marah dan karenanya pula kalian menjadi puas, bukanlah negeri kalian, bukan tempat tinggal kalian yang kalian diciptakan untuknya, dan bukan pula yang kalian diseru kepadanya.


  • Janganlah kalian berlomba-lomba dalam kemuliaan dunia dan kebanggaannya. Jangan terpesona dengan perhiasannya dan kesenangannya. Dan jangan pula bersedih dengan musibah dan kesengsaraannya. Sebab, kemuliaan dunia dan kebanggaannya terputus. Perhiasannya akan sirna. Musibah dan kesengsaraannya akan hilang.
(Imam Ali bin Abi Thalib kw)

Hadits-Hadits Tentang Dunia

Syarah Mukhtaarul Ahaadits
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi
Penerbit Sinar Baru Algensindo, cetakan ke-9, 2008

28. Dua perkara yang dibenci anak Adam, yaitu: membenci mati, padahal mati lebih baik daripada fitnah, dan dia membenci sedikit harta benda, padahal sedikit harta benda meringankan hisab.  (Riwayat Ahmad)

101. Apabila Allah menghendaki keburukan atas suatu kaum, maka Dia menjadikan urusan mereka berada di tangan orang-orang yang hidup mewah.
(Riwayat ad Dailami)

115. Apabila umatku mulai mengagung-agungkan perkara duniawi maka dicabut dari mereka pengaruh agama Islam, dan apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar, mereka tidak akan mendapatkan keberkahan wahyu. (Riwayat Turmudzi)

128. Apabila seseorang di antara kalian melihat orang lain memiliki keutamaan dalam hal harta benda dan rupa lebih darinya maka lihatlah orang yang lebih rendah daripadanya.
(Riwayat Syaikhain melalui Abu Hurairah ra)

143. Ada empat perkara yang tidak pernah kenyang dari empat perkara lainnya yaitu; bumi dari hujan; wanita dari laki-laki; mata dari memandang; dan orang alim dari ilmu.
(Riwayat Imam Hakim)

173. Perbaikilah/bekerjalah (a’malu) urusan dunia kalian dan beramallah untuk akhirat kalian seakan-akan kalian akan mati besok (HR Ad Dailami melalui Anas ra)

179. Carilah kebutuhan-kebutuhan kalian dengan jiwa yang mulia, karena sesungguhnya semua perkara itu berjalan sesuai dengan takdir.
(Riwayat Ibnu Asakir melalui Abdullah ibnu Bisr)

252. Amma ba’du (sesudah membaca basmalah dan hamdalah), sesungguhnya dunia itu hijau lagi manis, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah padanya, maka Dia akan melihat bagaimanakah kalian berbuat. Karena itu hati-hatilah kalian terhadap masalah dunia dan hati-hati pulalah kalian terhadap masalah kaum wanita. Sesungguhnya permulaan fitnah yang menimpa kaum Bani Israil adalah disebabkan wanita. Ingatlah, sesungguhnya Bani Adam diciptakan dalam berbagai macam tingkatan. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam keadaan beriman, dan hidup sebagai orang  yang beriman, serta mati sebagai orang yang beriman. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam keadaan kafir, lalu hidup sebagai orang kafir dan mati pun sebagai orang kafir. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam keadaan beriman, lalu hidup sebagai seorang yang beriman, tetapi ia mati sebagai seorang kafir. Di antara mereka terdapat orang yang dilahirkan dalam keadaan kafir, dan hidup sebagai seorang kafir, tetapi dia mati dalam keadaan beriman. Ingatlah, sesungguhnya marah itu adalah bara api yang menyala-nyala dalam perut anak Adam. Tidakkah kalian melihat kedua matanya yang memerah dan urat lehernya yang menegang? Karena itu apabila seseorang di antara kalian merasakan hal tersebut (marah), ingatlah akan tanah, ingatlah akan tanah. Ingatlah, sesungguhnya laki-laki yang paling baik adalah yang lambat marahnya, cepat reda, dan laki-laki yang paling buruk adalah orang yang cepat marahnya, lambat redanya. Apabila seseorang lambat marahnya dan lambat pula redanya, atau ceoat marahnya dan cepat pula redanya, maka hal tersebut pertengahan. Ingatlah sesungguhnya pedagang yang paling baik adalah yang baik dalam membayar utang dan baik pula dalam menagih utang. Dan pedagang yang paling buruk ialah pedagang yang buruk dalam membayar utang dan buruk pula dalam menagih utang. Apabila seseorang baik dalam mambayar utang tetapi buruk dalam menagih utang, atau ia buruk dalam membayar utang tetapi baik dalam menagih utang, maka hal tersebut berimbang. Ingatlah, sesungguhnya kelak di hari kiamat bagi setiap pengkhianat itu ada benderanya masing-masing sesuai dengan khianatnya, dan ingatlah bahwa pengkhianatan yang paling besar adalah khianat yang dilakukan oleh Amir (pemimpin) rakyat. Ingatlah, jangan sekali-kali pengaruh orang banyak dapat mencegah seseorang untuk mengatakan perkara yang haq apabila ia mengetahuinya. Ingatlah, sesungguhnya jihad yang paling utama itu adalah kalimat yang haq di hadapan sultan yang kelewat batas (zalim). Ingatlah, sesungguhnya perumpamaan orang-orang yang tertinggal di masa lalu dari dunia ini, sama dengan perumpamaan hari kalian sekarang ini, bila dibandingkan dengan hal-hal yang telah lewat daripadanya.

(Riwayat Turmudzi melalui Abu Said)

299. Sesungguhnya bumi ini berseru sebanyak 70 kali untuk setiap harinya “Hai anak Adam, makanlah sesuka hati kalian dan sesuka selera kalian, demi Allah aku benar-benar akan memakan daging dan kulit kalian.”
(Riwayat Hakim)

345. Apabila kesialan itu terdapat pada sesuatu, adanya pada rumah, wanita (istri) dan kuda (kendaraan).
(Riwayat Syaikhan)

494. Ada tiga perkara yang dapat mengantarkan seorang hamba untuk memperoleh keinginan dunia dan akhirat, yaitu: sabar di dalam menanggung musibah, ridha dengan takdir, dan berdoa di kala sedang senang.
(Riwayat Abu Syekh melalui sahabat Anas)

507. Sesungguhnya Allah SWT menjadikan kotoran yang keluar dari anak Adam sebagai perumpamaan buat dunia
(Riwayat Ahmad)

521. Merupakan suatu ketetapan dari Allah bahwa tidak sekali-kali sesuatu pun dari perkara duniawi terangkat melainkan Dia pasti bakal merendahkannya.
(Riwayat Imam Bukhari)

585. Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang tidak meninggalkan urusan akhiratnya demi urusan duniawinya, dan pula tidak meninggalkan perkara duniawinya demi perkara akhiratnya, dan tidak mau menjadi beban bagi orang lain.
(Riwayat al Khathib melalui Anas ra)

607. Dunia itu manis lagi hijau, barangsiapa yang memperoleh harta dari usaha halalnya lalu ia membelanjakannya sesuai dengan hak-haknya, niscaya Allah akan memberinya pahala dari nafkahnya itu, dan niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam surga-Nya. Dan barangsiapa memperoleh harta dari usaha yang haram lalu ia membelanjakannya bukan pada hak-haknya, niscaya Allah akan menjerumuskannya ke dalam tempat yang menghinakan (neraka). Dan banyak orang yang menangani harta Allah dan Rasul-Nya kelak di hari kiamat mendapat siksa neraka.
(Riwayat Baihaqi melalui Ibnu Umar ra)

608. Dunia adalah benda yang ada sekarang, orang yang bertakwa dan orang yang durhaka sama-sama makan sebagian daripanya. Sedangkan akhirat merupakan janji yang benar, di hari akhirat keputusan berada pada Raya Yang Maha Adil, Dia memenangkan perkara yang hak dan mengalahkan perkara yang batil. Karena itu jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya setiap ibu itu pasti diikuti oleh anaknya masing-masing
(Riwayat Imam Muslim)

609. Dunia merupakan tempat tinggal bagi orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan merupakan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan hanya karena dunialah orang yang tidak berakal mengumpulkannya.
(Riwayat Ahmad melalui Aisyah ra)

610. Dunia semuanya merupakan perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita (istri) yang saleh.
(Riwayat Nasai)

611. Dunia terkutuk dan terkutuk pula semua yang ada di dalamnya, kecuali dzikrullah dan hal-hal yang berkaitan dengannya, serta orang yang alim atau orang yang belajar (ilmu agama)
(Riwayat Thabrani melalui Ibnu Mas’ud ra)

612. Dunia tidaklah jernih bagi orang mukmin, bagaimana ia dapat jernih karena merupakan penjara dan negeri cobaannya, dan dunia merupakan surga bagi orang yang kafir.
(Riwayat Ibnu La’al melalui Anas ra)

1120. Barangsiapa mencintai dunianya, niscaya akhiratnya ditelantarkan, dan barangsiapa mencintai akhiratnya niscaya dunianya ditelantarkan; oleh karena itu dahulukanlah yang abadi daripada hal yang fana.

(Riwayat Hakim melalui Abu Musa ra)

Jangan Selalu Merasa Berdosa

“Jangan terlalu merasakan dosa-dosa yang telah engkau lakukan, sehingga dapat menghalang-halangi engkau bersangka baik kepada Allah. Sesungguhnya apabila engkau mengenal Tuhanmu dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya, maka engkau tidak terlalu membesarkan dosa-dosamu, di sisi sifat Maha Rahmannya Allah SWT. Tidak ada dosa yang kecil, apabila Allah mengharapkan padamu sifat adil-Nya, dan tidak ada dosa besar, apabila Allah menghadapkan padamu sifat-Nya yang penuh anugerah.”

Apabila seorang hamba merasa besar sekali dosanya terhadap Allah, setiap saat ada saja dosa yang dikerjakannya walaupun dosa-dosa kecil, maka perasaan seperti ini akan memburukkan dirinya sendiri. Ia akan menganggap Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan menurunkan siksa-Nya kepada si hamba yang berdosa. Seakan-akan Allah itu sangat kejam, yang suka menyiksa manusia berdosa. Padahal Allah Ta’ala bersifat sangat Rahman dan sangat adil bagi siapa saja.

Sesungguhnya rahmat dan kasih sayang Allah itu lebih banyak dan lebih luas dari siksa-Nya. Sifat adil dan bijak Allah itu meliputi langit dan bumi dengan segala isinya. Allah SWT mengetahui tentang manusia yang ada di muka bumi ini, kemampuan ilmu dan kekuatan imannya. Sehingga tuangan rahmat dan kasih sayang-Nya yang ada di permukaan bumi ini sangat sempurna dan sangat bijaksana. Sifat Allah Ta’ala yang pemaaf dan pengampun adalah bagian dari anugerah Allah SWT kepada manusia dan semua makhluk yang ada di alam semesta.

Manusia tidak perlu berlebih-lebihan merasa dosa atas kesalahannya terhadap Allah SWT, setelah mengetahui sifat Allah dan besarnya dan besarnya rahmat dan anugerah Allah kepada seisi alam ini. Tugas seorang hamba kepada Allah SWT, karena dosa-dosa dan kesalahan yang diperbuatnya adalah kembali sadar, lalu bertobat dengan tobat yang sungguh-sungguh, dengan niat tidak akan kembali lagi melaksanakan dosa-dosa yang pernah dikerjakannya dan berharap rahmat Allah terus menerus, agar tidak tergoda dan tergelincir untuk kedua kalinya ke lembah dosa (Itulah yang disebut dengan taubatan nasuha).

Sahabat Ibnu Mas’ud berucap, “Adapun hamba yang merasa dosa-dosanya seperti setinggi gunung, dia kuatir kalau-kalau dosa yang besar dan tinggi itu akan jatuh dan menimpa dirinya (seperti gunung yang bisa roboh menimpa manusia di bawahnya). Sebaliknya, orang yang menganggap enteng dosa dan kesalahan yang pernah diperbuatnya, menganggap dosa itu seperti lalat yang hinggap di ujung hidungnya, ia menganggap remeh dosa yang diperbuatnya, tidak akan mengganggu pikiran dan perasaannya, seperti mudahnya ia menghalau lalat yang hinggap di ujung hidungnya.

Perasaan orang pertama sudah diuraikan sebelum ini, sedang perasaan orang yang kedua (tukang maksiat dan munafik) seperti ini, selain bodoh juga sangat meremehkan Allah SWT. Ia menganggap Allah SWT tidak mampu berbuat apa-apa, kalau ia berbuat dosa. Atau mengira tidak ada hubungannya dosa kesalahannya dengan Allah SWT. Adapun orang yang berbuat dosa dan sadar akan kesalahannya, lebih baik dari seorang hamba yang ujub dan sombong, seperti tidak ada lagi yang melebihi dirinya. Sedangkan orang berdosa akan menarik orang beriman untuk segera surut dari perbuatannya mendekati Allah SWT. []


(Ibnu Ɓthaillah, Al Hikam)

Larangan Berdusta



Jadilah orang yang berakal dan jangan sekali-kali berdusta. Engkau berkata, “Saya takut kepada Allah.” Padahal engkau takut kepada selain Allah.

Janganlah engkau takut kepada jin, manusia, atau malaikat. Janganlah takut kepada makhluk sejenis hewan, baik yang dapat berbicara ataupun yang tidak. Janganlah engkau takut terhadap siksaan dunia ataupun siksaan akhirat. Akan tetapi, takutlah pada Zat Yang menyiksa makhluk-Nya dengan siksaan.

Orang yang berakal tidak takut pada kecaman orang yang mengecam. Dia hanya takut kepada Allah. Dia tuli terhadap semua kecaman selain kecaman Allah. Semua makhluk dalam pandangannya adalah lemah, sakit dan fakir. Contoh orang yang berakal adalah para ulama yang dapat mengambil manfaat dari ilmu yang mereka miliki. Para ulama yang benar-benar memahami syariat dan hakikat agama Islam merupakan “dokter-dokter” agama yang bertugas memperbaiki kerusakan agama.

Oleh karena itu, kepada orang yang merasa agamanya telah rusak, hendaklah datang kepada mereka agar mereka dapat memperbaiki kerusakan agamanya. Sementara itu, Zat Yang telah menurunkan penyakit, Dia juga yang menurunkan obatnya. Dia lebih mengetahui berbagai kemaslahatan ketimbang makhluk-Nya. Oleh karena itu, hendaklah engkau tidak menuduh atau menyalahkan Allah dalam perbuatan-Nya atas makhluk-Nya. Engkau lebih pantas untuk disalahkan dan dicaci ketimbang yang lainnya. Hendaklah engkau berkata kepada diri sendiri, “Pemberian itu bagi orang yang taat, tongkat itu bagi orang yang durhaka. Apabila Allah telah menghendaki kebaikan pada seorang hamba lalu dirampas-Nya maka bersabarlah Dia akan mengangkat, memperbaiki, memberi dan mencukupimu.

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu agar dekat dengan-Mu tanpa ada bencana. Berlemah-lembutlah kepada kami dalam qadha dan takdir-Mu. Jagalah kami dari kejahatan orang-orang jahat dan tipu daya orang-orang yang menyimpang. Jagalah kami sesuai kehendak-Mu. Kami memohon kepada-Mu ampunan dan kebaikan dalam agama, dunia dan akhirat. Dan kami memohon taufik kepada-Mu agar dapat beramal salih dan ikhlas dalam beramal. Amin.

Seorang lelaki menghampiri Syaikh Abu Yazid al-Busthami. Orang itu selalu melihat ke kanan dan ke kiri. Syaikh Abu Yazid bertanya kepadanya, “Ada apa denganmu?”
Orang itu menjawab, “Saya menginginkan tempat yang bersih untuk shalat.”
Syaikh Abu Yazid berkata kepadanya, “Sucikanlah hatimu dari sikap riya dan shalatlah di mana kamu suka.”

Tidak ada yang mengetahui sikap riya kecuali orang-orang yang ikhlas. Mereka pernah berbuat riya dan memberishkan dirinya dari sikap tersebut. Riya adalah suatu tahapan dalam perjalanan suatu kaum yang sering dilalui. Riya, berbangga diri, dan nifak adalah sebagian dari anak panah setan yang dilemparkan ke dalam hati. Oleh karena itu, hendaklah engkau datang kepada para guru dan pelajarilah perjalanan hirup mereka dalam menempuh jalan menuju Allah. Hendaklah engkau bertanya kepada mereka tentang bahaya hawa nafsu dan tabiat buruk. Sesungguhnya mereka telah menguasai bahayanya; mereka telah mengenal bahaya dan kejahatannya sehingga mereka mengalahkan riya. Janganlah tertipu oleh tipuan setan terhadap dirimu. Jangan kalah oleh hawa nafsu, karena nafsu membidikmu dengan anak panahnya. Setan tidak akan mampu menguasaimu kecuali melalui nafsu. Setan dari golongan jin tidak akan mampu menguasaimu kecuali setan dari golongan manusia. Itulah nafsu dan jiwa yang buruk. Berdoalah kepada Allah dan mintalah pertolongan kepada-Nya terhadap (makar) musuh-musuhmu sehingga Allah akan menolong. Kemudian, jika engkau telah menemukan Allah, engkau pun melihat apa yang ada pada-Nya, dan jika engkau telah memperolehnya, maka kembalilah kepada keluarga dan makhluk-Nya dan ajaklah mereka kepada-Nya. Katakanlah kepada mereka, “Bawalah keluarga kalian kepadaku,” sebagaimana Nabi Yusuf a.s. setelah memperoleh kerajaan berkata kepada keluarganya, Bawalah semua keluargamu kepadaku (QS 12: 93)

Orang-orang yang terhalang (al-mahjubun) adalah mereka yang dihalangi Allah Azza wa Jalla dan yang luput dari kedekatan dengan Allah di dunia dan akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Alquran: Wahai anak Adam, jika Aku lupakan kalian, akan luputlah segala sesuatu dari diri kalian.

Bagaimana Allah tidak melupakanmu, sedangkan engkau berpaling dari-Nya dan dari hamba-hamba-Nya yang senantiasa berbuat baik dengan menyakiti mereka melalui ucapan dan perbuatan, serta berpaling dari mereka, baik secara lahir maupun batin.

Nabi saw. bersabda, “Menyakiti seorang Mukmin adalah lebih berat di hadapan Allah daripada merobohkan Ka’bah dan Baitul Makmur lima belas kali lipat.”

Oleh karena itu, hendaklah engkau menyadari, bahwa akan celaka orang-orang yang selalu menyakiti orang-orang fakir, sedangkan mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, senantiasa bersikap baik terhadap diri-Nya, serta bermakrifat dan bertawakal kepada-Nya.


Celaka, jika engkau ditarik dari keluarga yang mati, dikeluarkan dari rumah, dan harta yang kau banggakan dirampas. Tidaklah berguna harta itu dan tidak akan dikembalikan lagi. 

(Abdul Qadir Jaelani, Percikan Cahaya Ilahi)